"Nekat"

6.2K 247 2
                                    

Sebenarnya siapa yang salah? Serigala berbulu domba atau domba bersifat serigala?

☕☕☕

Revin dan Natalie berjalan cepat. Sesampainya di kawasan rumahnya, Nata mengancungkan jari telunjuk kepada pak satpam agar dia memaklumi semua. Sementara Revin mengikutinya dari belakang.

"Pak! Kalau cctv di depan nyala ga?" tanya gadis itu.

"Mungkin non, soalnya saya kurang tau."

"Yaellah." rutuk Natalie.

Keduanya kembali berjalan ke dalam rumah, berusaha agar tidak mengganggu orang rumah dengan langkah kaki mereka. Natalie dan Revin berdiri sejenak di ruang tamu yang luas. Natalie kembali berpikir.

Ruang khusus komputer cctv ada di kamar kosong dekat ruang bermain Nata waktu kecil. Parahnya, ruang utu berada tepat di samping kamar orangtua Nata yang palingan kaca one way di depannya belum dipasang tirai. Tapi siapa yang tahu? Soalnya itu kaca one way. Kalau mereka lewat padahal tirai belum dipasang, sama saja mereka cari masalah. Kalau mereka tidak lewat, sama saja mereka memperpanjang masalah.

"Nat?" panggil Revin.

Natalie segera sadar dari lamunan yang membawa dirinya ke labirin kebingungan. Jalan ke ruang itu hanya satu, yaitu kamar bermain tadi. Jadi harus bagaimana lagi?

"Rev, kalau mau ke ruang komputer kita harus lewat dari kamar orangtua gue."

"What?" pekik Revin. "Ga ada jalan lain?"

Nata menggeleng. "Gue takut ketahuan lah Rev."

"Lo yakin orangtua lo ada di sana?"

Kini Natakie mengangguk, dia tahu betul jadwal orangtuanya bekerja dan istirahat. Kalau jam segini, biasanya orangtua Nata akan menyelesaikan urusan penting di laptop mereka, dan sibuk.

"Yaudah, ga berbahaya kok. Kita lewat aja!" ujar lelaki es tu.

"Gila! Lo ga tau apa kalau mereka bisa liat kita kalau lewat?" hardik Nata seraya mengerutkan dahinya.

"Lo kan bisa ngecek Nata! Kaku banget sih. Lo bisa nengokin sementara gue ngumpet di mana aja."

Natalie tersenyum. Benar juga yang dikatakan Revin, dia benar-benar kaku sampai terlalu serius untuk menghadapi ini. Padahal dia bisa saja melihat apa orangtuanya sudah tidur atau belum. Mungkin, efek bersama Revin membuatnya sesara di kutub; dingin dan tak bernyawa.

Natalie mengisyaratkan Revin agar lelaki itu berunduk di samping almari jam hias yang termasuk saru dari banyak barang tua di rumah itu. Gadis itu beranjak lalu menaiki anak tangga yang setengahnya berujung di lantai dua. Berbelok sedikit, dan pintu paling ujung adalah pintu kaca milik orangtuanya.

Nata mengetuk.

Tok tok tok!

Sejenak dia berhenti, berharap kalau orangtuanya sudah tidur dan tidak menyahut. Sekejap dia melirik persembunyian Revin yang tampak jelas dari tempatnya, lalu mengacungkan jempol menandakan kalau orangtuanya tidak menyahut.

Natalie berjalan ke arah teralis putih dan memanggil Revin.

"Ayo!"

Revin berjalan santai, sangat santai. Dia berjalan mengelilingi ruang tamu yang luas lalu menengadah ke rah Natalie. Gadis itu tersenyum, namun seketika dia pucat ketika mendengar suara pintu kamar orangtuanya terbuka.

Bulu judulnya merinding ngeri. Dia membulatkan matanya ketika mendengar panggilan.

"Iya Nata?"

Natalie berbalik, menengok ibunya sekarang berdiri di pintu sambil menguap. Mungkin baru bangun karena Natalie mengetuk pintu tadi.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang