Pedro tersenyum mendengar pertanyaan tuannya itu. Ia sebenarnya ingin sekali merutuki tindakan tuannya itu. Tapi, ya untung saja Kevin tak tau menau maksud Arnold menanyakan dimana Ivanna.

"Kalau begitu, kita bisa langsung memulai meetingnya sekarang." Arnold berlalu pergi dan langsung masuk kedalam ruangan meeting itu tanpa menunggu perintah atau aba-aba dari Kevin.

"Apa tidak terlalu cepat, tuan?" Kevin berjalan dengan langkah sedikit tergesa, karena Arnold yang cepat sekali berjalan.

"Tidak."

"Baiklah kalau begitu." ucap Kevin pasrah. Bagaimanapun ia tak bisa melawan Arnold. Tapi, yang Kevin takutkan jika Ivanna sama sekali belum menyelesaikan laporan persentasi mereka. Habislah sudah.

Arnold melihat Ivanna yang teduduk dimeja kerjanya. Tak menyentuh apapun dan tak memegang apapun. Ia duduk dengan pandangan yang lurus kedepan. Ivanna melamun lagi.

"Kalian tunggu disini saja. Aku akan ke toilet sebentar." ucap Arnold pada Mia, Pedro dan Kevin.

Arnold berjalan masuk kedalam ruang kerja Ivanna. Mengunci pintu itu dengan pelan dan tak disadari Ivanna sama sekali. Arnold mengambil kunci dan memasukkannya disaku celananya.

"Aku bisa bilang pada Kevin jika kau tak ingin lagi bekerja disini." Ivanna terkejut dan langsung tersadar dari lamunannya. Suara yang sangat familiar ditelinganya. Suara yang selalu terngiang dikepalanya. Suara dari orang yang ingin sekali dihindarinya.

Ivanna membalikkan badannya dan melihat Arnold yang berdiri tidak jauh darinya. "K-k..aa..u..u..!" Ivanna tak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Ia melirik jam yang ada ditangannya dan mengingat kembali perkataan Kevin.

Bukannya sibodoh ini datang terlalu cepat? tanya Ivanna heran dalam hatinya.

"Aku tau apa yang ada dipikiranmu. Kau pasti mengira mengapa aku datang terlalu cepat, bukan?"

Arnold mengernyitkan dahinya dan langsung tersenyum melihat Ivanna.

Jangan berikan aku senyumanmu itu, sialan! Dasar kau! umpat wanita cantik itu sekali lagi dalam hatinya.

"Jangan sok tau."

"Aku tau, sayang. Aku datang dengan waktu yang kupercepat itu hanya ingin bertemu dengamu." Arnold berjalan mendekati Ivanna.

"Aku tak perduli dan itu terserahmu. Kita hanya memiliki urusan dalam bidang bisnis saja." Ivanna memalingkan wajahnya.

"Apa kau yakin hanya itu saja?" Arnold mendekap tubuh Ivanna yang terlihat kaku itu. Tapi, Ivanna tak menolak.

"Tak biasanya kau mau menerima pelukan dariku? Apa kau mulai menyukaiku?" tanya Arnold sedikit terkekeh.

Ivanna yang dibuat malu dengan pertayaannya itu menjauhkan tubuhnya dari Arnold. Sekilas terlintas dibenaknya, apakah pada Arnold saja ia meminjam biaya pengobatan untuk ibunya itu? Pertanyaan itu yang membuat Ivanna tak bisa menolak dekapan Arnold. Tak salah jika mencoba, bukan?

Arnold mengernyitkan dahinya melihat reaksi Ivanna. Baru sebentar ia menerima Arnold namun, langsung tak mau menerimanya lagi.

"Arl...Arnold." ucap Ivanna pelan. Ia takut jika ia salah mengambil tindakan. Yang malah akan semakin membahayakan dirinya. Apakah Arnold bisa diajak berkompromi? Apakah Arnold mau membantunya? Atau ia malah meledek dan mempermalukan Ivanna?

"Ada apa?" tanya Arnold heran.

"Tidak apa-apa. Ayo kita masuk keruang meeting. Pasti yang lain sudah menunggu kita." balas Ivanna.

Mungkin belum saatnya. Nanti biar Ivanna saja yang akan menemui Arnold. Ia tak mau membicarakan hal itu ditempat ia bekerja. Jika ada yang mendengar, pasti akan membeberkannya dan bertambahlah orang yang kasihan melihat masalahnya. Ivanna tak butuh dikasihani karena ia masih mampu melakukan semuanya dengan usahanya sendiri.

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Arnold curiga.

"Nanti jika sudah saatnya aku akan menemuimu dan menceritakan semuanya."

"Apakah ini kau, Ivanna? Tak biasa sekali kau mau bercerita denganku. Biasanya pertanyaanku tak mau kau jawab. Apa kau kebentur atau kemasukkan yang bukan dirimu didalam tubuhmu itu ha?" ucap Arnold polos dan heran. Apakah yang didepannya saat ini adalah Ivanna? Ivanna yang pernah di tidurinya itu?

"Banyak tanya sekali kau ini!" pekik Ivanna kesal. Ia juga tak tau mengapa ia mau bersikap seolah Arnold adalah orang terdekat baginya.

Ivanna membuka pintu kerjanya agar mereka bisa menyusul Kevin dan yang lainnya. "Apa kau mengambil kuncinya?"

"Mungkin."

"Jangan bercanda, Arnold."

"Sensian sekali kau ini." Arnold berjalan dan menyamakan dirinya Ivanna. Memberikan kunci yang sejak tadi berada disaku celananya.

"Sebelum kita pergi, ingat.. Jangan kau bertanya lagi atau aku tak akan memberitahukannya sama sekali."

"Baiklah, Nona." ucap Arnold patuh.

"Anak pintar. Ayo kita susul mereka, sebelum mereka mengira kita melakukan hal yang tidak-tidak."  Ivanna menarik tangan Arnold. Arnold mengikuti Ivanna dari belakang. Tepat seperti anak yang merengek dan mengekori ibunya dari belakang.


JANGAN LUPA VOTE & COMMENT
Tbc.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now