Seperti ada magnet yang membuat mereka selalu bertemu dan tak bisa berpisah. Ucapan Arnold terus terngiang-ngiang dikepala Ivanna.

Apa benar mereka akan bertemu terus dan tak bisa saling berjauhan? Jika iya maka itu adalah kesialan bagi Ivanna. Namun, jika tidak itu adalah keberuntungan baginya.

Arnold terlihat sangat tergesa-gesa. Ia menyusun semua berkas dan dokumen penting kedalam tasnya. Tumben sekali. Biasanya Mia yang akan melakukan semuanya. Tapi, Arnold sangat berbeda hari ini. Ia sangat senang, seperti akan menemui seseorang yang sangat berarti baginya.

"Tak apa, tuan. Biar aku saja." cegah Mia.

"Tidak apa-apa, Mia. Biar aku saja." ucap Arnold yang menyunggingkan senyum tipisnya namun, bisa membuat wanita mana saja tertunduk memohon untuk dikencaninya. Sangat manis. Tak biasanya Arnold tersenyum. Walau senyumnya tipis, tetap saja tak menghilangkan kharisma dan ketampanan seorang Arnold.

"Ayo berangkat." ajak Arnold.

"Tapi, tuan. Apa kita tidak terlalu cepat datang kesana?" Mia melirik jam yang ada ditangannya sekali lagi. Ia tau dan pastikan bahwa ia tak salah lihat.

"Tak apa. Lebih cepat lebih baik." lalu Arnold mengambil ponsel genggamnya dan segera menghubungi Pedro agar menjemput mereka didepan pintu utama perusahaan milik Arnold.

Pedro tepat berhenti dihadapan mereka. Arnold langsung menuju mobil yang akan membawanya ketempat dimana Ivanna bekerja.

"Ayo, Mia. Jika berlama kita pasti akan telat."

Mia merutuki dirinya yang sedari tadi melamun karena terlampau heran dibuat kelakuan tuannya itu hari ini. Sangat berbeda dari Arnold yang biasanya.

Arnold yang biasanya tak mau datang terlalu cepat disaat jadwal meeting menantinya. Tapi, hari ini ia malah datang 2 jam lebih awal.

Arnold yang biasanya tak mau menebar senyum mempesonanya pada siapapun, terlebih Mia. Tapi, hari ini ia memberikan senyuman itu walau hanya sedikit. Berbeda. Sangat berbeda.

"I-iy..a..tuan." Mia langsung masuk kedalam mobil. Ia tepat berada disebelah Arnold saat ini. Percayalah, Mia takkan tertarik lagi dengan Arnold. Setampan apapun dia.

Karena Mia sudah menikah dan memiliki seorang putri. Kesetiaan adalah hal yang dijunjungnya tinggi, sejak awal ia menikah dengan suaminya. Ia tak mau berhenti bekerja dengan Arnold, karena sudah sangat lama sekali ia bergabung dengan perusahaan besar dan ternama itu.

Pedro melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Ia sudah tau sejak kemarin kemana mereka akan pergi.

"Kita sudah sampai, tuan." ucap Pedro yang memberhentikan mobil tepat dipintu utama perusahaan Brytel Property itu.

Arnold berjalan masuk kedalam perusahaan milik Kevin itu. Tapi, bisa saja dengan sekejap menjadi milik Arnold. Jika ia mau.

Pekerja wanita ditempat itu seolah menjadi patung. Aura maskulin jelas terpancar saat Arnold berjalan melalui mereka. Rahang yang tegas, mata biru, seolah menegaskan bahwa ia adalah pahatan sempurna yang Tuhan berikan. Siapapun tau jika dewa Yunani pasti kalah jika dibandingkan dengan Arnold.

Pedro dan dua pengawal lainnya setia berada dibelakang Mia dan Arnold. Mereka masuk dan menekan tombol lift. Sesampainya mereka langsung disambut hangat oleh Kevin. Tapi, dimana Ivanna? Arnold mengernyitkan dahinya tak melihat Ivanna bersama dengan Kevin untuk menyambutnya.

"Dimana sekretarismu?"

"Ah iya. Sebentar, tuan. Ia sedang menyiapkan semua keperluan dan laporan persentasi kami diruang meeting." ucap Kevin takut.

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now