Sudut mata Jelice mengintip Gio hendak pergi dengan muka kesal. "Kamu sedari dulu tahu tempat tinggal Oceana, kan? Kenapa kamu tidak mengutarakannya ke kakakku? Apa maumu?"

Kaki Gio terhenti. Lantas berbalik menatap Jelice. "Aku bukan kamu yang menutupi kenyataan. Aku masih punya kepedulian di mana semua orang tidak menyukai si pendosa. Meski kakakmu punya banyak dosa, tapi dia punya kesempatan untuk berubah."

"Sayangnya, tidak terealisasikan." Jelice menatapnya tajam. "Kepergian Oceana tidak akan membuat Reon berubah. Hanya sejengkal saat Oceana hamil. Itu pun hanya sebelas bulan. Sisanya hanya rongsokan tidak pantas dipungut."

Jelice mendekati Gio, menepuk pundak seolah membersihkan debu. "Yang lebih menderita bukan Reon, Gio. Tapi, keponakanku. Menurutmu, pantaskah Reon menyandang predikat sebagai ayah yang baik? Jujur padaku, saat-saat liburan Reon selalu membawa wanita-wanita asing ke sini, kan? Hingga akhirnya Cloudy mengusirnya secara halus lewat kamu dan Acer."

Gio menunduk.

"Yang kusayangkan selama dua tahun ini, Reon takkan berubah. Kekecewaan terhadap dunia ini mempersulitnya." Jelice mendesah. "Berbeda denganku yang dulunya dihina, sekarang membalik hina." Jelice tersenyum pilu. "Keberadaan seseorang menuntaskan kekejaman itu."

Gio mendongak. "Baiklah. Mungkin kali ini aku sependapat denganmu. Dari dulu kamu memang tidak bisa berbicara lembut dengan Reon selain ketiga kakak-kakakmu semenjak kejadian itu."

"Lupakan kejadian itu," kata Jelice, mengibaskan tangan. "Tatap masa depan. Akankah Oceana menerima maaf Reon?"

Tenggorokan Gio tersangkut benda entah apa membuatnya tersedak. Jelice hanya terkekeh.

"Duh, inikah persahabatan sejati," goda Jelice yang berlalu.

***

Cally membalikkan badan saat Reon menarik badannya untuk mengejar keterlambatan. Jalannya terlihat santai. Gestur badannya lunglai. Dengan tangan dimasukkan ke kantung celana. Aurannya terasa suram penuh kegelapan.

"Lama," keluh Cally.

"Sorry for it."

Reon membuka pintu mobil di kursi penumpang sebelah kemudi, menyandarkan kepalanya. Matanya menerawang. Cally tak memedulikan ulah Reon yang seenaknya.

Sementara itu, Adora memasukkan barang-barang ke bagasi. Mobil Cally akan dikendarainya, karena Cally akan ikut dengan suaminya. Saat datang ke peternakan ini, Adora malas mengendarai mobilnya. Dia datang ke sini menaiki bus.

Tujuh menit berlalu, Jelice keluar dengan tampang semringah. Diikuti Gio yang merajuk kesal. Cloudy melompat-lompat ceria, meminta Gio menggendongnya.

"Biarkan Daddy yang membawa tas Master." Acer menawarkan diri.

Gio berterima kasih pada tawaran ayahnya.

"Pengumuman!" Jelice bertepuk tangan sekali. "Mulai hari ini, jangan panggil Master ke Reon dan Young Master ke Cloudy. Hubungan itu tidak ada di kamus Kakek Azzorra. Sorry to say, Kakek Azzorra terkenal kepala batu yang pertama. Paham?"

Semuanya mengangguk mantap, kecuali Reon memandang halaman villa dengan pandangan kosong.

Jelice masuk ke mobilnya sendiri, disusul Cally memasuki mobil Samuel di mana ada suaminya serta anak-anaknya. Acer meminta supir menyetir mobil satunya di mana Marinka dan Veera berada, sedangkan ayah Gio itu memilih ikut Adora dan Crescencia.

Kemudian Gio menyetir mobil Reon usai menaruh Cloudy di belakang kursi kemudi. Gio memasang carseat untuk bayi berusia dua tahun. Bagaimana tidak, Cloudy tak memiliki Jollie untuk mengurusnya.

Good Time ✔️Where stories live. Discover now