[one] to [two]

13.3K 851 9
                                    

Mobil antik berwarna merah muda terparkir di halaman villa. Turun dari pintu pengemudi, berlanjut ke sebelah, membuka pintu untuk keponakan tercinta. Bocah cilik melompat turun saking girangnya.

Wanita berpenampilan manis menggandeng bocah laki-laki yang masih mengenakan mantel berwarna kuning. Dengan sepatu botnya, anak laki-laki berkisaran dua tahun itu langsung berlarian saat pintu utama villa terbuka.

Tertampak seorang pria berusia paruh baya dengan uban menghiasi kepala, berpenampilan seseorang yang berwibawa sangat tinggi. Model jas abu-abu, simpul dasi yang rumit, setelan putih di baliknya, dan celana kain hitam menutupi kaki panjangnya.

"Aser!"  panggil Cloudy disambut hangat oleh pria tersebut.

"Selamat datang, Young Master. Apa enak jalan-jalannya?" tanya Acer mendapat sahutan berupa anggukan kepala. "Silakan masuk. Jollie memasakkan makanan untuk Anda."

Berlari masuk, Cloudy berteriak memanggil, "Olly! Ody pijja!"

"Sepertinya Young Master tahu apa makanan hari ini." Acer berdiri sembari memasang senyum simpul. Kemudian menatap wanita terbilang muda sedang berjalan anggun ke arahnya. Acer menunduk hormat. "Welcome, Miss Cally."

"Good afternoon, Acer," sahut Cally menunjuk arah langit. "Hari sudah sore. Bukan begitu, Acer?"

"Sorry, Miss, saya tidak tahu kalau langit sudah sore." Acer menengadahkan tangan, meminta sesuatu yang langsung diketahui Cally. "Bisa dibantu, Miss?"

"Aku bukan anak berumur sepuluh tahun yang perlu dibantu berjalan, Acer. Aku bisa jalan sendiri." Cally berhadapan dengan Acer. "Jika kau ingin membantuku, tolong ambil koper di bagasi mobil," kata Cally meletakkan kunci di telapak tangan Acer.

"Dengan senang hati, Miss."

"Thank You, Acer."

Acer mengangguk sebagai balasan. Pria itu melangkah menuju mobil antik.

***

Di pinggir danau, tempat di mana Gio menyelamatkan Theresa. Dengan setelan basah, Gio tak peduli betapa payahnya seorang anak sulung dari Alfonso dan sahabat baik semasa kecil. Berenang pun tak tahu.

Urung melakukan bantuan berupa pernapasan buatan, Gio menyuruh Reon yang berhak menindaknya.

"Haruskah aku?" tanya Reon heran. "Tidak bisakah kamu yang memberi pernapasan buatan?"

Melepas setelan yang basah, Gio mengibasnya setelah memeras sekuat tenaga. Air-air cipratan melukai Reon yang langsung mengeluarkan umpatan. Gio pun tak peduli. Malah acuh tak acuh.

"Jika kamu marah, tidak usah menyodorkanku air. Jadi, basah." Reon mengelap air-air bekas cipratan dikibas oleh Gio. "Tolonglah, sebelum dia kehilangan oksigen."

"Dia tidak bakal mati, Reon." Dengan setengah telanjang, Gio menenteng kaus putihnya ke pundak. "Suruh Arlie, atau anak-anak peternakan. Aku mesti pulang. Young Master butuh aku."

"Astaga, Gio!" Reon geram. Mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Coba Cloudy tidak mengerjaimu, mungkin kamu tidak akan basah begini. Memalukan."

Menunggu pertolongan yang datang, Reon duduk bersila sembari bersidekap. Tak lama kemudian, Arlie serta pegawai-pegawai pertenakan muncul. Mereka bersedia membantu Reon dan kekasihnya.

"Beri napas buatan. Dan bawa ke villa. Sekalian panggil taksi untuk sebentar malam. Paham?" perintah Reon, akhirnya melanjutkan ke villa tanpa Theressa.

"Baik, Master."

Karena perintah dari Tuan Reon Alfonso, serta merta Arlie dan para lelaki lainnya melakukan hal itu. Betapa piciknya seorang wanita untuk mendapatkan Reon, malah kelakuan jahil seorang balita lucu telah mengakhiri hubungannya dengan Reon. Tambahan ciuman dari pegawai Reon.

Good Time ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя