19 (REVISI)

35.1K 1.6K 1
                                    


Bel masuk berbunyi. Setelah apel pagi Kelas XI IPA 2 bersiap-siap mengganti bajunya dengan seragam olahraga. Karena ini jam pertama pelajaran olahraga.

Saat mereka semua sudah siap. Mereka segera berbaris ke tengah lapangan. Mereka melakukan pemanasan saat akan berolahraga. Kemudian, berlari mengelilingi lapangan futsal sebanyak tiga kali.

Saat Pak Romy datang. Mereka kembali berbaris, karena Pak Romy akan mengabsen kehadiran muridnya.

Pertemuan kali ini, Pak Romy membagi kelompok. Satu kelompok terdapat lima orang. Karena, Pak Romy akan mengadakan ulangan praktek olahraga. Mereka akan bermain sepak bola.

Kelompok dibedakan jadi dua. Cewek sendiri dan cowok sendiri.

Kini, Kelompok Rissa ada Imel, Karin, Irma, dan Sella. Kenapa Rissa bisa bersama kedua sahabatnya? Karena Pak Romy membebaskan untuk mencari kelompok masing-masing.

"oke anak-anak, setiap ketua kelompok maju untuk mengambil nomor undian". Ujar Pak Romy.

Akhirnya setiap kelompok maju dan mengambil nomor undian. Semoga dapet nomor udian yg terakhir. Rissa membatin.

Tapi dewi keberuntungan tidak berpihak pada Rissa. Kelompok Rissa bermain paling pertama melawan kelompok tiga.

Rissa pun langsung berkeringat dingin. Mampus gue. Gue kan takut bola. Kalo bolanya sampek ngena in kepala gue gimana dong.
Batinnya.

Karin yang melihat Rissa melamun, langsung menghampiri dan menepuk pundaknya. Rissa menoleh pada Karin.

Karin tahu bahwa kalo Rissa takut pada bola. Tapi ia menyemangati Rissa. "lo pasti bisa Sa. Gue yakin!". Ucap Karin menepuk nepuk pundak Rissa.

Rissa tersenyum dan mengajak Karin. Walaupun ia enggan ikut praktek ini. Karena, ia tak tahu bagaimana tata cara bermain sepak bola. Rissa hanya menjadi kipper atau penjaga gawang.

Pertandingan dimulai. Para cewek pun berebut bola. Laki-laki yang melihat tim cewek bermain hanya ketawa. Karena, menurutnya sangat lucu cewek bermain futsal.

Saat bolanya digiring musuhnya menuju ke gawang Rissa, Rissa hanya berkomat kamit. Ia harus konsen pada bola yang akan menuju gawangnya.

Konsen Sa konsen! Lo pasti bisa!. Batinnya.

Saat bolanya sudah dihadapannya Rissa akan menendang bolanya agar menjauhi gawangnya. Tapi sebelum menendang bolanya. Kaki Rissa sudah ditendang oleh temen Rissa. Lisna. Lisna memang tak menyukai Rissa. Dengan cara seperti inilah dia membalas dendam.

Rissa terpental. Ia jatuh tengkurap. Ia meringis kesakitan. Celana olahraganya dibagian pahan robek karena gesekan dengan semen lapangan. Darah segar mengalir dari pahanya.
Ia tak bisa membendung air matanya.
Semua murid menghampiri Rissa.

Dari kejauhan, seorang cowok bertubuh tinggi bermata hazel sedang memperhatikan gadisnya. Lukas selalu memperhatikan Rissa dari kejauhan. Mengawasi gerak geriknya dari jauh. Matanya membelalak saat melihat Rissa terpental disemen lapangan.

Dengan cepat ia berlari menuju lapangan menolong gadisnya.

Saat murid-murid yang mengerumuni Rissa seketika minggir karena ada Lukas. Saat Rissa akan digendong oleh seorang cowok. Lukas mencegahnya. "biar gue aja yang bawa". Ucap Lukas seraya mengambil alih tubuh ringkih Rissa. Ia membawanya ke UKS.

Rissa yang tak kuat menahan rasa sakit, ia tampak tak peduli siapa yang akan membawanya ke UKS.

Saat tiba diUKS, Lukas mendudukkan Rissa di ranjang. Ia mencari kotak P3K. Ia mengobati luka Rissa.

"AW!!". Pekik Rissa. "pelan-pelan kak". Ucap Rissa meremas baju Lukas menahan rasa sakit dipahanya.

Saat selesai mengobati luka Rissa. Ia menatap mata teduh Rissa. Ia tersenyum lebar seraya mengusap lembut pipi chubby Rissa.

Tetapi, yang ditatap hanya acuh tak acuh. Menepis tangan Lukas dari pipinya. Rissa masih belum bisa memaafkan Lukas. Entah kenapa?. Saat dipermainkan orang yang ia cintai sangat sakit hatinya.

Kemudian, Rissa beranjak turun dari ranjang. Tetapi Lukas memegang tangan Rissa. "mau kemana?". Ucap nya lembut.

Rissa tak menjawab hanya menatap sekilas wajah Lukas. Sebenarnya ia tak tega melihat Lukas seperti ini. Tetapi ego nya tetap tinggi untuk tidak memaafkan Lukas. Dan ia langsung pergi meninggalkan Lukas di ruangan UKS. Ia berjalan seraya memegangi lukanya. Lukas hanya menatap punggung Rissa menjauh dan hilang dibalik pintu.

Ia merindukan Lukas? Pasti. Ia sangat rindu. Rindu senyumnya. Pelukannya, dan semua yang berhubungan tentang Lukas. Ia tengsin. Ego nya terlalu tinggi.

Rissa berjalan menuju taman belakang sekolah. Ia ingin sendiri. Ia tak kuat menahan rasa rindu pada Lukas. Tetapi, ia juga benci Lukas karena sudah menjadikannya taruhan. Tetapi rasa benci itu lebih kecil dari rasa rindu Rissa sekarang.

Ia tak kuat menahan air matanya yang mulai menggenang dipelupuk matanya. Air matanya turun membasahi pipinya. Gue rindu lo kak! Tapi lo malah kayak gitu. Batinnya.

Rissa tak menyadari bahwa dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikannya.

Saat melihat gadisnya menangis karenanya. Lukas memaki maki dirinya. Merutuki kebodohannya. Ia tak menghampiri Rissa. Rissa mungkin butuh waktu sendiri.

Melihat gadisnya menagis hati Lukas bak disayat-sayat oleh silet. Pujaan hatinya menangis karena ulah bodohnya yang mau menerima tawaran itu.

"Sa maafin kakak, kakak gak tau kalo kek gini jadinya. Tapi percayalah kamu adalah hidup kakak. Kakak sayanh kamu Sa" batin Lukas seraya menatap Rissa dari kejauhan. kakak gak bakalan maafin diri kakak. Kalo kamu masih tetep kek gini. Lanjutnya lagi. Kemudian, ia berbalik menuju kelasnya. Ia tak tega melihat gadisnya menangis karenanya.

Ya walaupun awalnya gue cuma pengen mainin lo, tapi lama-kelamaan hati ini jatuh terlalu dalam hingga kejurang cintamu, Sa.

Votenyaaa dong .

My Crazy BadBoyWhere stories live. Discover now