The Boss 02

69.4K 3.9K 256
                                    


Gue minum martini gue dalam sekali tegukan. Habis itu cuba libre, masih ada margarita sama cosmo yang belum gue sentuh. Gue pesen banyak koktail, bodoh gue mau habisin semua. Ini jantung gue masih deg-degan, anjir. Gara-gara Kainan fucking Millard.

Bangsat itu player.

Gue jadi kebayang-bayang terus sama pipi dia yang nempel di pipi gue. Dagunya yang kasar habis cukur nggak sengaja ngores pipi kanan gue pas dia bisikin gue pakek suaranya serak nan berat, gue merinding. Rasa nyampek ke selangkangan gue ini.

Goblok! Apa sih yang gue pikirin.

Gue minum margarita gue lagi sambil ngedumel dalam hati.

Buang jauh-jauh pikiran kotor lo, Krystal Aharon.

Inget dia itu player kelas casanova. Tadi itu dia cuma goda elo, sadar. Lo nggak mau kan jadi cewek kesekian di daftar list bekasnya Kai bangsat itu.

NGGAK!!

"Tall udah!" Sulli tiba-tiba megangin tangan gue. Ini anak dateng-dateng langsung ngelarang-larang gue.

"Gue mau minum," Gue singkirin tangan Sulli. Dia duduk di sebelah kanan gue, gabung sama gue di bar.

Gue teguk abis cosmo terakhir gue, "Heh sini." Panggil gue ke bartender yang lagi ngeservis cewek di meja dua kursi kiri gue.

"Martininya satu lagi. Jangan dikasih garem." Kata gue terus tanya ke Sulli. "Lo mau apa?"

"Cosmo aja."

"Sama cosmonya satu," Si bartender ngacungin tangan bentuk ok.

Nggak usah pakek lama pesenan kita dateng.

"Udah kali, Tall. Dari tadi minum terus kobam lo nanti." Sulli ngejauhin martini gue yang baru dateng.

Ini anak kayak nggak ngaca kalau ngomong.

"Apaan sih, Sull. Gue masih sadar kali." Gue ambil gelas gue dari tangan Sulli terus gue teguk lagi martini gue.

"Gue udah peringatin elo ya."

"Iya, bawel." Ini situasinya kayak kebalik, biasanya gue yang ngomong gitu ke Sulli.

"Tadi dibisikin apa lo sama Pak Kai? Sampe kaget gitu."

"Hah?" Gue jadi gelagapan gini. Pada liat ya, reaksi gue pasti berlebihan tadi.

"Dibisikin apa lo sama Pak Kai?" Sulli ngulangin pertanyaannya pengen tau banget dia.

"Itu emm..."

"Itu? Itu apa?" Tanya dia nggak sabaran.

"Itu nggak penting." Kata gue cepet. Emang nggak penting kok yang diomongin Pak Kai.

"Tapi kok muka lo jadi merah banget tadi?" Masih ngejer aja ini Sulli, pantang menyerah dia kalau masalah Kainan Millard.

"Udahlah Sull, gak usah bahas dia. Lo kan tahu gue gak suka."

Gue abisin gelas ke lima gue, mulai ringan pikiran gue. Tubuh gue juga mulai goyang ngikutin musik beat yang lagi dimainin DJ.

"Turun yuk?" Ajak gue ke Sulli. Di dance floor ada Egi sama Bang Ceye, Bang Temin juga ada sama kak Naun, istrinya.

"Dari tadi kek," kata dia langsung nyambar tangan gue.

Gue langsung goyang ngikutin musik di bawah lampu kuning yang nyorot lantai dansa kelap-kelip. Gerakin pantat sama pinggul gue ngebentuk gerakan sexy. Sulli senyum sambil bersiul gitu ngeliatin gue. Gue bukan penari yang buruk, kalau gue ngelamar jadi penari setripis gue pasti keterima.

The BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang