Chapter 29: The Day

3.2K 286 87
                                    


HEYHO!! Oh my god sudah berapa lama aku pergi:( maafkan daku yang super sibuk ini. Aku baru selesai jadi panitia di acara kampus. Makanya sekarang baru sempet lanjut. Makasih temen-temen yang masih bertahan sampe sekarang:") semoga chapter ini bisa menebus kesalahanku huhu:(

-----------


London, 10 Mei 2019

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu. Pernikahan pasangan paling fenomenal dan paling disukai sejak pertama kali mereka mengumumkan tentang hubungan mereka. Emma Watson dan Tom Felton. Dua orang yang pertama kali bertemu di lokasi shooting Harry Potter. Saling jatuh cinta disana dan merasakan sakit hati disana. Sempat berpisah selama bertahun-tahun seperti tak saling kenal, tapi akhirnya Tuhan menyatukan kembali mereka. Entah bagaimana kisah ini menjadi begitu rumit, tapi Peri Cinta tidak akan memanah hati yang salah. Emma dan Tom memang diciptakan untuk satu sama lain.

Pada awalnya, Tom menganggap pernikahan adalah sebuah lelucon. Seperti yang terjadi pada Ibu dan Ayahnya. Dia tidak pernah menganggap serius tentang pernikahan. Baginya, pernikahan hanya syarat untuk hidup bersama dan memiliki anak. Tetapi di zaman sekarang, banyak orang yang memiliki anak tanpa menikah. Dan Tom merasa bisa hidup seperti itu.

Tetapi dia salah, pernikahan bukan hanya sekedar sebuah kertas. Tapi pernikahan adalah suatu komitmen dalam diri dan tanggung jawab. Pernikahan adalah simbol cinta yang paling besar. Dan Tom sudah memahami itu. Apapun yang terjadi di dunia ini, seberapapun rintangan yang harus dihadapi, dia akan tetap menikah. Dan hanya Emma yang akan menjadi pengantinnya.

Baru di usia 31 dia menemukan kedewasaan dalam dirinya. Kedewasaan yang membawanya kepada cinta sejati. Pasangan hidupnya.

"Oohh, kau sangat tampan." Sharon Felton memekik di depan kamar anaknya. Air matanya mengalir dan tangannya menutupi mulutnya agar tak keluar satu isakan dari sana. Kakinya melangkah mendekati anak bungsunya.

"Rasanya baru kemarin aku melahirkanmu. Anak lelakiku dengan tendangan dalam perut paling kuat daripada kakak-kakaknya. Kini kau sudah besar dan berdiri dihadapanku dengan sangat tampan." Sharon mengelus pipi Tom. Isakan mulai keluar dari mulutnya.

"Aku tidak tahu akan secepat ini aku kehilanganmu. Kini aku merasa sudah sangat tua karena melihatmu sangat dewasa dan mampu mengambil keputusan sendiri." Sharon menggenggam tangan Tom lalu mengecupnya.

"Mom. Aku akan selalu menjadi anakmu. Seperti Chris, Ashley, dan Jo. Aku akan tetap menjadi anakmu selamanya dan kau akan selalu menjadi wanita pertama yang paling aku cintai didunia ini." Tom mengelus kedua pipi ibunya dan menyeka air matanya. Bibir Tom mengecup kening Sharon sebelum akhirnya memeluknya erat.

Mereka sering berpisah, apalagi jikalau Tom sedang bekerja. Setiap pulang, Tom akan kerumah ibunya dan bermanja selayaknya anak kecil. Dan ibunya akan selalu menuruti anak bungsunya itu. Tetapi sekarang terasa berbeda. Jelas, Tom bukanlah milik ibunya seutuhnya. Tom harus berbagi kasih sayang dengan istrinya, dan Ibunya belum siap akan hal itu.

*

Emma baru saja sampai didepan gereja dengan limosin pernikahannya. Matanya melihat keluar jendela mobil, tepat ke arah pintu gereja yang masih tertutup. Beberapa hiasan pernikahan telah bertengger di sekitar pintu. Karpet merah juga sudah tergelar di tangga menuju pintu. Semuanya sudah sangat siap.

Jantung Emma berdetak tak menentu. Dia begitu gugup, takut, dan senang disaat yang bersamaan. Dia penasaran, apakah itu yang dirasakan semua pengantin baru? Matanya menatap tangannya yang tertutup oleh sarung tangan dan tengah menggenggam se-bucket bunga. Tangannya gemetar hebat dan berkeringat. Ia pun menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Matanya tertutup, dia mencoba menenangkan dirinya.

The Name Of Love ( Feltson )Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum