Chapter 17: Go Public!

2.8K 286 83
                                    

Hallo! Aduh sudah berapa lama tidak update? Maafkeun maafkeun.. Kesibukan membuatku lambat melanjutkan. Sok lah dibaca aja yaa^^

-----------



Last Scene Part 2

Patricia tengah berjalan-jalan mengelilingi pos kesehatan. Dia sungguh tidak tenang dan khawatir menunggu perang di luar sana. Khawatir kepada suaminya, Chris, dan Jessica. Segala pikiran yang buruk sudah mulai memenuhi kepalanya. Ingin rasanya dia ikut dalam penyerangan ini, tapi dia tidak ingin mengambil resiko. Ini kehamilan pertamanya dan dia akan menjaga bayinya sebaik mungkin.

"Sebaiknya kau beristirahat, Patt. Orang hamil harus banyak istirahat." Marianne berujar ketika dia masuk ke dalam tenda. Dia membawa beberapa kapas dan perban yang sudah basah oleh darah. Pasti dia baru saja mengobati luka para tentara yang gugur.

"Tidak, Marianne. Aku tidak akan beristirahat sampai perang ini selesai. Setelah perang usai dan kemenangan menjadi milik kita, aku bisa tidur selama yang aku mau." Patricia mengacak-acak rambutnya dan mengelus keningnya yang berkeringat. Tiba-tiba saja Patricia jatuh terduduk di atas tempat tidur pasien, dengan segera Marianne menghampiri Patricia dan terkejut saat melihat wajahnya sudah pucat.

"Kau perlu istirahat, Patricia." Marianne membantu Patricia untuk tidur di atas tempat tidur. Setelah memastikan Patricia berada di posisi yang pas, dia segera keluar tenda untuk mengambilkan Patricia segelas air hangat.

Begitu Marianne kembali, Patricia segera menengguk habis minuman yang diberikan olehnya. "Terima kasih." Patricia mencoba memejamkan matanya dan menenangkan pikirannya, tapi dia tidak bisa. Nafasnya terus memburu setiap menitnya, jantungnya terus berdetak lebih cepat, pikirannya melayang kepada suami dan kakaknya yang tengah berjuang hidup dan mati di luar sana.

Saat Patricia mulai merasakan kantuk dan mulai bisa menenangkan dirinya sendiri, suara dari walky talky yang di genggam Marianne berbunyi. "Butuh Medis di bagian Utara. Mayor Dalton terluka." Suara itu terdengar terburu-buru dan tegang, sehingga membuatnya tidak terlalu jelas. Tapi Patricia dapat mengenali suara itu dengan baik. Itu adalah suara Jessica. Dan dia menyebutkan Mayor Dalton terluka.

"Chris!" Patricia mulai bangkit dari tidurnya, tapi Marianne segera menahannya. "Tidak, Patrice. Kau sedang hamil. Kau tidak boleh turun ke lapangan!"

"Tapi Chris terluka!! Kakakku terluka!!" Patricia berujar panik dengan setengah berteriak kepada Marianne. Dia mencoba melepaskan genggaman tangan Marianne dari lengannya.

"Tidak. Kau harus tetap disini. Akan ada tim medis yang menolongnya. Aku berjanji akan membawanya kesini." Marianne masih mencoba membujuk Patricia. Akhirnya Patricia berhenti meronta-ronta. Dia terdiam dan menatap Marianne yang tengah berbicara kepada anak buahnya untuk turun ke bagian utara.

Patricia sempat terdiam dan memikirkan kembali apa yang tadi dikatakan oleh Jessica. "Kenapa Chris ada di bagian utara?" Patricia bertanya bingung kepada Marianne. Sedangkan Marianne terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Patricia. Dengan sedikit gugup, Marianne menjawab pertanyaan Patricia.

"Disana sedang butuh bantuan. Pasukan disana lebih sedikit daripada bagian yang lain." Marianne menjelaskan dengan nada gugup. Jelas pasukan di semua bagian di bagi rata dan tidak akan ada kekurangan anggota kecuali perlawanan dari pasukan hitam lebih besar dari yang dibayangkan oleh US Army. Dan Marianne tidak menjelaskan satu hal. Dia tidak menjelaskan adanya Deborah di bagian Utara.

Patricia tahu tentang Deborah. Bahkan dia yang memikirkan berbagai macam cara untuk mengalahkan Deborah yang diketahui kuat dan sulit di serang dari sisi manapun. Tapi dia tidak tahu kalau Deborah akan ada di Seattle hari ini. Karena biasanya Deborah hanya datang 2 minggu sekali. Dan hari ini jelas bukanlah hari Deborah kembali ke Seattle, jadi Patricia juga tidak memikirkan akan adanya Deborah di dalam perang ini.

The Name Of Love ( Feltson )Where stories live. Discover now