Chapter 4: Dilemma

4.7K 596 217
                                    

Hai semua aku balik lagi! Terima kasih semua yang udah komen dan Vote di chapter sebelumnya. Kalian memang yang terbaik :* Dan ini dia part 4 nyaa.. Jangan lupa vote dulu sebelum baca biar lebih ikhlas hahaha :D

-----------

"Aktingmu bagus sekali, Tom." Suara lembut Emma Watson menembus telinganya dan seketika Tom merasa rindu dengan sosok wanita ini.

Tom menggeser posisi duduknya dan mempersilahkan Emma untuk duduk disampingnya, "Thank you." Balas Tom yang tersenyum pada Emma. Matanya langsung tertuju pada pakaian perawat yang kini tengah melekat di tubuh Emma. Pakaian perawat berwarna putih dan rambutnya yang di gelung rapih sehingga memamerkan leher putihnya. Tom hampir kehilangan konsentrasi saat melihat leher jenjang Emma.

Tom mengubah kembali posisi duduknya agar lebih dekat ke Emma. Sedangkan Emma masih menatap lurus melihat ke sekelilingnya. Dimana Alfonso dan beberapa crewnya tengah menyiapkan tempat shooting untuk scene ketiga. Dimana ini adalah scene terakhir untuk hari ini.

"Kau pernah bermain film Action?" tanya Emma yang menoleh ke Tom. Tom Nampak berpikir, "Pernah. Tapi ini film Action pertamaku dimana aku jadi pemeran utama dan aku menjadi bagian dari Action itu. Menyenangkan namun sangat menegangkan." Jelas Tom. Emma sendiri hanya tersenyum dan menganggap.

Tom menghela nafasnya, "Emma. Aku minta maaf atas kejadian dikamarku dihari terakhir kita bertemu. Aku benar-benar tidak bisa menjaga ekspresiku. Kau tahu. Aku hanya terkejut kau masih ada di Apartement ku di pagi hari. Bahkan kau mau merawatku saat aku sakit sebelum aku yang membuatmu kesal." Tom menjelaskan dengan suara yang tercekat. Dia tidak tahu harus bagaimana meminta maaf kepada wanita cantik di hadapannya ini. Dia juga tidak tahu apakah permintaan maafnya akan diterima jika dia meminta maaf seperti ini.

Emma menatap wajah Tom yang terlihat gugup menyatakan permintaan maafnya, lalu dia tersenyum. "Ya kau benar-benar tidak bisa menjaga ekspresimu. Maafkan aku juga yang langsung marah begitu saja tanpa tahu apa alasanmu." Tom tersenyum mendengarnya lalu mengangguk pelan.

Tom mengulurkan tangannya kepada Emma, "Friends?" Emma menatap mata Tom sesaat sebelum dia menjabat tangan Tom lalu tersenyum, "Friends." Mereka berdua pun tertawa.

"Tidurlah. Akan kubangunkan kalau shooting akan dimulai." Tom mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di kepala kursi panjang itu dan memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian suara dengkuran kecil sudah terdengar menandakan kalau Tom sudah tidur. Emma yang masih tetap pada posisinya pun menatap Tom. Wajahnya sangat damai ketika tertidur, membuat Emma ingin mengelus wajah tampannya. Dan itu pun yang dilakukannya.

Tangannya mengelus pipi Tom dan kemudian menyisir rambut Tom yang jatuh di keningnya dengan jari-jarinya. Diulanginya berulang kali sampai harum wangi rambut Tom menempel di sela-sela jarinya. Emma menyukainya.

*

Scene 3:

"Jess. Kau berhasil. Kau berhasil." David memeluk Jessica yang tengah mengatur nafasnya. Dadanya sungguh sesak karena telalu lelah berlari. Dia tidak pernah berlari seperti ini sebelumnya. Mata Jessica tertutup dan dia masih terus mengatur nafasnya sambil menahan rasa sakit di kakinya.

David melepas pelukannya lalu melihat ke arah kaki Jessica yang banyak mengeluarkan darah karena terkena plesetan peluru. David pun merobek kausnya yang bagian bawah lalu menutupi luka Jessica dengan kausnya. "Apakah itu sangat sakit?" tanya David. Jessica mengangguk pelan. Wajahnya sudah sangat pucat dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya.

"Ayo kita cari bantuan." David bangkit dan berusaha membantu Jessica bangun. Ketika Jessica baru menapakkan kakinya, dirinya sudah tumbang dan jatuh pingsan. Jessica benar-benar tidak kuat menahan rasa sakit itu.

The Name Of Love ( Feltson )Where stories live. Discover now