[30]

33.9K 1K 11
                                    

Revan menatap Lala dengan senyuman yang merekah, melihat sang istri begitu bahagia menyantap beberapa menu makanan yang telah ia beli beberapa saat lalu.
"Kamu mau apa?" Tanya Lala dengan sinis tatkala ia melihat Revan mengambil sepotong pizza miliknya.
"Makan," jawab Revan dengan santai lalu mengarahkan sepotong pizza tersebut ke arah mulutnya.
"Jangan di makan!" Larang Lala tiba-tiba, membuat Revan mengurungkan niatnya untuk memakan sepotong pizza berbentuk segitiga tersebut.
"Kenapa?"
"Gak boleh, semua makanan di sini punya aku. Siapapun gak boleh minta atau makan, siapapun termasuk kamu!" Larang Lala mendadak jadi egois, ia bahkan merampas sepotong pizza dari tangan suaminya. Revan yang melihat tingkah Lala justru terkekeh geli, merasa lucu dengan sikap baru yang di tunjukkan sang istri padanya semenjak ia mengandung.
"Ok, aku gak bakalan makan." Putus Revan mengalah. Ia lalu duduk di samping Lala, merengkuh tubuh mungil sang istri ke dalam dekapannya, menemani Lala yang terus saja menyimpan mulutnya dengan segala jenis makanan yang tersaji di atas meja.
"Bumil rakus!" Ejek Revan lalu tertawa pelan, sedangkan Lala hanya mendengus mendengar ejekan tersebut, ingin bicara namun mulutnya penuh dengan makanan.
Dor!
Suara tembakan terdengar sangat keras dari luar rumah, membuat Lala yang tadinya asyik menikmati makanannya terkejut bukan main lalu memuntahkan semua makanan yang sudah ia masukkan ke dalam mulutnya beberapa saat yang lalu. Sedangkan Revan mencium aroma yang tidak beres dari arah luar, ia dengan cepat bangkit dari duduknya lalu mengamati sekitar, beberapa body guard yang bertugas berjaga di dalam rumah semuanya keluar sembari mengeluarkan senjata api yang selalu mereka bawa dibalik jas hitam yang mereka kenakan.
"Ada apa?" Tanya Lala dengan panik, mendengar suara tembakan serta beberapa body guard membawa senjata api membuatnya teringat pada kejadian pesta pernikahannya.
"Kita di serang tuan, sebaiknya anda cepat pergi dari sini!" Adu Max dengan tergesa-gesa, Revan yang mendapatkan aduan seperti itu langsung menarik lengan Lala untuk berlari mengikuti langkahnya menuju belakang rumahnya.
"Kita mau ke mana?" Tanya Lala di sela-sela langkahnya yang tergesa-gesa.
"Ayo sayang, lari lebih cepat!" Titah Revan yang terus saja menyeret lengan Lala agar berlari lebih cepat mengikuti langkah panjangnya.
"Aku capek!" Adu Lala saat sudah beberapa menit mereka berlari keluar dari rumah menuju jalanan sempit ke arah hutan. Lala sudah tidak sanggup lagi untuk berlari, perutnya terasa keram dan kakinya terasa pegal.
"Perutku sakit," rintihnya dengan lemas. Mendengar sang istri mengeluhkan sakit di bagian perutnya membuat Revan langsung menghentikan langkahnya, menatap Lala dengan kasihan lalu mengusap perut sang istri dengan lembut.
"Kamu gak papa?" Tanya Revan dengan khawatir.
"Capek, perutku keram." Adu Lala sembari menahan rasa keram di bagian perutnya.
"Cepet naik!" Titah Revan sembari membungkukkan tubuhnya, memberi isyarat pada sang istri untuk segera naik ke punggungnya. Tanpa pikir panjang, Lala langsung menaiki punggung lebar nan keras milik suaminya lalu Revan bergegas bangkit dan berlari kecil untuk mencari tempat persembunyian.
Dor...
Suara tembakan kembali terdengar dari arah belakang, refleks Lala menolehkan kepalanya ke belakang, menatap dua orang berpakaian serba hitam serta memakai sebuah masker yang menutupi bagian wajahnya. Lala tahu betul, itu bukan anak buah dari suaminya, body guard Revan tidak memakai masker. Dua orang tersebut bahkan menembakkan beberapa peluru ke beberapa batu di dekat mereka, memberi isyarat pada Revan agar berhenti melangkah.
"Kita dikejar!" Panik Lala dengan ketakutan. Revan diam, ia harus berfokus pada setiap langkah yang ia ambil, jangan sampai ia tersandung ataupun terpeleset, ia tidak mau jatuh. Jika ia jatuh, maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada istri tercintanya serta ke dua calon bayinya.
Dor....!!
"AAA!" Teriak Lala dengan keras saat suara tembakan terdengar lebih keras dari sebelumnya, di iringi dengan olengnya tubuh Revan yang tengah menggendong dirinya. Peluru yang di tembakkan oleh dua orang asing tersebut berhasil menyerempet salah satu kaki Revan hingga pria tampan tersebut oleng dan terjatuh. Untung saja, ia bisa mengendalikan tubuhnya yang oleng, ia jatuh tersungkur di tanah dengan keadaan Lala yang menindih tubuhnya.
"Kamu gak papa?" Tanya Revan dengan panik usai jatuh bersamaan dengan Lala, dengan gerakan pelan Lala mulai bangkit dari tubuh Revan lalu duduk di tanah. Revan nampak panik saat melihat Lala, ke dua tangannya dengan cepat menangkap wajah cantik sang istri lalu bertanya apa dia baik-baik saja.
"Mana yang sakit? Kamu gak papa, kan? Ada yang terluka? Bayinya gimana?" Tanya Revan secara beruntun.
"Seharusnya aku yang tanya, kamu gak papa? Kaki kamu berdarah!" Ucap Lala lalu menangis dengan sangat keras saat melihat celana yang di kenakan suaminya robek di bagian lutut dan menampilkan darah segar yang terus saja keluar dari luka hasil serempetan peluru yang ditembakkan dua orang asing tersebut.
"Jangan bergerak!" Gertak dua orang yang berada di balik tubuh Revan, dengan cepat Revan langsung mengangkat ke dua tangannya ke udara sebelum akhirnya ia berbalik menatap dua orang brengsek yang menyerangnya tiba-tiba dan membuat sang istri ketakutan bukan main.
"Beraninya main keroyokan," sinis Revan lalu meludah ke arah sepatu hitam yang di kenakan salah satu orang asing tersebut. Tak terima dengan apa yang di lakukan Revan barusan, dua orang tersebut langsung hendak memukul Revan. Namun dengan cepat pria itu menghindarinya, dan pada akhirnya perkelahian ke tiganya tidak dapat terelakkan. Revan beberapa kali sukses memukul ke duanya dengan keras, namun tak sedikit pula Revan yang terkena tinjuan dari mereka, di tambah lagi kondisi kaki kiri Revan yang terluka, membuatnya harus menerima pukulan secara brutal dari dua orang brengsek tersebut. Perkelahian terus saja di mulai, bahkan semakin lama semakin memanas, belum ada salah satu di antara mereka yang ingin menyerah, sekarang justru ke tiganya membawa senjata api untuk ia gunakan sebagai senjata. Suara tembakan-tembakan terdengar sangat keras dan bertubi-tubi, lengah sedikit saja, nyawa sebagai taruhannya. Saat salah satu orang asing tersebut sedikit lengah, Revan berhasil menarik masker yang menutup sebagai wajahnya, lalu meninggalkan sebuah jogetan cakaran kukunya di sana yang sukses meninggalkan sebuah bekas. Sekilas, Revan bisa melihat wajah salah satu di antara mereka, namun hanya berlaku persemian detik, karena di detik selanjutnya orang tersebut sudah kembali membenarkan masker yang menutupi bagian bawah wajahnya. Mereka berhenti sejenak, mengambil nafas dan ancang-ancang untuk kembali menyerang, dalam otak cerdas Revan, ia mulai mengingat kembali potongan-potongan kejadian di masa lalu mengenai pria asing ini. Ini bukan pertama kalinya ia melihat wajahnya, hingga akhirnya ia teringat pada penyerangan saat resepsi pernikahannya, dan beberapa Minggu yang lalu, ia melihat wajah itu. Pria itu pernah bersama dengan Lala di tempat restoran di mana sang istri dulu bekerja sebelum mereka menikah.
Lala yang baru pertama kali melihat adegan action secara nyata ini ketakutan bukan main, air matanya terus saja menetes diiringi dengan gemetar di sekujur tubuhnya. Tubuhnya yang lemas mencoba untuk bangkit dari duduknya, namun sayang, saat ia baru saja berdiri selama beberapa detik, tubuhnya kembali oleng dan jatuh terduduk di tanah.
"Revan," rintih Lala dengan nada suara yang memilukan tatkala ia melihat darah segar mulai keluar dari selangkangannya. Revan yang sedikit mendengar rintihan sang istri langsung menoleh ke arah Lala, menatap darah segar mulai tembus di pakaian yang di kenakan Lala.
Lengah saat melihat kondisi sang istri, membuat dua orang asing tersebut sukses memukul Revan dari belakang lalu memukulnya secara membabi-buta hingga Revan tergeletak tak berdaya di atas tanah kering tepat beberapa meter dari jarak Lala dengan dirinya.
"Revan," Isak Lala dengan pilu saat melihat sang suami terluka bukan main, ditambah lagi dengan rasa sakit yang bersarang di perutnya saat ini.
"Kita buat kesepakatan," cetus salah satu orang asing tersebut, membuat Revan menatapnya dengan tajam walaupun kondisinya sudah mulai melemas sekarang. "Ku selamatkan istri serta bayi yang dia kandung, dan sebagai bayarannya. Aku ingin nyawamu lenyap sekarang juga." Sambungnya yang langsung di akhiri dengan suara gelak tawanya yang sangat keras.
Dor!
Suara tembakan kembali terdengar, ke dua orang asing tersebut menoleh ke belakang, menatap sekumpulan anak buah Revan yang jumlahnya sepuluh orang berada tepat di belakangnya dan siap untuk menyerang. Perkelahian kembali berlanjut, kali ini di menangkan oleh body guard Revan, dua orang asing tersebut di buat babak belur di sekujur tubuhnya, namun sepertinya Dewi Fortuna masih berpihak pada mereka, mereka berhasil melarikan diri dan lolos dari kejaran anak buah Revan.
"Revan," rintih Lala sebelumnya akhirnya kesadarannya terenggut. Sedangkan Revan yang melihat sang istri pingsan mencoba untuk bangkit dari baringnya dan hendak mendekat ke arah sang istri, tapi sayang, rasa sakit yang ia rasakan mampu mengalahkan dirinya. Tubuhnya tergeletak tak sadarkan diri sebelum ia sampai di dekat Lala.
"BAWA MEREKA KE RUMAH SAKIT! CEPAT!"

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Where stories live. Discover now