[23]

33.5K 1K 14
                                    


L

ala membaringkan tubuhnya di atas ranjang hotel, seperti yang di katakan Revan sebelumnya, walaupun mereka hanya berkeliling mall, mereka akan menghabiskan malam di hotel sebagai syarat honeymoon abal-abal yang tengah mereka lakukan.

"Capek," keluh Lala sembari memeluk bantal yang berada di sampingnya. Revan yang baru saja melepas baju yang melekat di tubuhnya ikut berbaring di samping istrinya lalu menoleh dan menatap Lala dengan senyum yang merekah.

"Capek teriak?" sindir Revan lalu tertawa pelan. Lala menoleh ke arahnya lalu tersenyum sinis.

"Kamu juga tadi teriak," kali ini gantian Lala yang menyindir lengkap dengan senyuman yang tak kalah sinis dengan suaminya. Revan diam, skakmat dengan ucapan sang istri lalu mulai berpikir bagaimana caranya mengalihkan pembicaraan mereka, karena jujur ia sangat malu saat ia berteriak keras tadi saat di bioskop.

"Kamu juga sama takutnya aku tadi, teriaknya kenceng banget ya ampun!" pekik Lala lalu tertawa dengan keras. Revan hanya bisa pasrah di ledek seperti itu. "Haha...,"

Kesal mendengar suara tawa jahat dari sang istri, Revan mulai beraksi. Salah satu tangannya ia lingkarkan di perut Lala, memeluk istri cantiknya tersebut dengan erat dari samping lalu mulai menciumi leher jenjang Lala yang sukses membungkam tawa jahat wanita tersebut.

"Revan," erang Lala sembari memejamkan matanya, menikmati setiap kecupan serta cumbuan yang di lakukan suaminya padanya.

"Masih ingat kan, sama omongan aku sebelum nge mall?" tanya Revan dengan suara serak. Lala masih memejamkan matanya, sembari berpikir apa yang di katakan suaminya pada saat itu. Beberapa saat berpikir, Lala menggelengkan kepalanya, lupa.
Revan menghentikan cumbuannya, mendonggakkan kepalanya ke arah wajah istrinya yang terlihat sangat menggoda untuk ia terkam sekarang juga.

Merasa tidak ada lagi kecupan di lehernya, Lala membuka matanya dengan lebar. Dari raut wajahnya ia terlihat kecewa karena suaminya menghentikan kecupannya di saat ia merasakan nikmat.

"Kenapa berhenti?" tanya Lala secara spontan. Revan tersenyum bahagia, ternyata istri cantiknya ini sangat menyukai kecupan serta cumbuannya.
"Mau lagi?" goda Revan sembari menggerakkan salah satu tangannya menyentuh area sensitif Lala yang berada di dada. Lala kembali menutup ke dua matanya, menikmati sentuhan lembut tersebut.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku," cetus Revan dan Lala langsung menatapnya dengan netra yang menyipit.

"Yang mana?"

"Mau lagi?" tanya ulang Revan, Lala mengangguk mantap dan Revan langsung kembali memeluknya dengan sangat erat.

"Sampai gak bisa jalan besok, kan?" bisik Revan menggoda Lala. Ke dua mata Lala langsung terbuka seketika, dengan sekuat tenaga ia memukul punggung Revan dengan keras. Bukannya kesakitan, Revan justru tertawa dengan keras sebelum memulai percintaan panasnya dengan sang istri malam ini.

*

Sekitar pukul 4 pagi Lala terbangun dari tidurnya di hotel semalam, ia merengek pada Revan dan meminta pulang saat itu juga. Awalnya Revan menolak, namun Lala terus saja memaksanya agar mau menurutinya, dan pada akhirnya mereka pulang dari hotel waktu subuh. Dan saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Revan masih bergelut dengan selimut sedangkan Lala sudah terlihat cantik dengan dress rumahan berwarna biru laut. Lala berada di dapur saat ini, niatnya ia akan memasak sarapan pagi untuk dirinya sendiri dan Revan. Para pelayan yang di bayar Revan sudah melarangnya untuk melakukan aktivitas dapur, namun Lala terus saja ngotot ingin memasak. Ia bosan dengan menu sarapan yang di buat oleh pelayan, selalu saja setiap pagi sarapannya Roti kalau tidak salad sayuran.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Where stories live. Discover now