[15]

43.8K 1.2K 5
                                    

Lala melihat dirinya di pantulan cermin besar yang berada di hadapannya. Dirinya terlihat sangat cantik dengan sebuah dress pernikahan berwarna putih dengan bagian bawahnya mengembang. Lala tersenyum kecil saat melihat dirinya sendiri di cermin, ia akui, dirinya sangat cantik saat memakai gaun pengantin ini. Gaun mahal dan terlihat sangat mewah. Namun senyumannya itu tak berlangsung lama, karena beberapa detik kemudian senyuman itu lenyap dari bibir tipisnya, di gantikan dengan sebuah ekspresi sedihnya. Besok dirinya akan menikah, meninggalkan status pacarannya dengan Jacob dan resmi menjadi istri Revan. Lala bahkan baru ingat bahwa dirinya memiliki seorang kekasih, Jacob. Dirinya merindukan pria tampan itu, apa yang sedang di lakukan Jacob saat ini, apakah pemuda itu mencarinya? Atau sama sekali tidak peduli? Lala tidak tidak tau. Tapi jujur saja, ia merindukan pria itu.

Lala tersentak kaget dan melupakan lamunannya tentang Jacob saat merasakan sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya dengan possesive. Lala menatap ke arah cermin, di sana ia bisa melihat pantulan dirinya yang sedang di peluk Revan dari belakang dengan begitu mesra. Bayangannya tentang Jacob kembali hadir dalam memorinya, andai saja yang melakukannya itu adalah Jacob, mungkin ia akan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.

"Aku tidak sabar untuk menunggu besok, mulai besok, kamu akan menjadi milikku." bisik Revan dengan suara setak yang terdengar sangat merdu di telinga Lala. Revan menatap ke arah cermin, netranya bisa melihat wajah Lala yang juga kini tengah menatapnya lewat pantulan cermin. Tatapan Revan menajam saat melihat ekspresi tak bahagia Lala yang terpancar dari wajah gadis itu. Pelukannya di perut Lala mengencang, membuat gadis itu berontak karena merasakan sakit, namun seberapa kuat Lala mencoba melepaskan dirinya dari Revan, dia tidak akan bisa, kekuatan Revan jauh lebih besar di bandingkan dengan dirinya.

"Aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini, tapi bisakah kamu tidak kabur besok?" tajam Revan, Lala menggeleng pelan, ia berjanji tidak akan kabur besok, kabur itu artinya ia harus siap untuk kehilangan ke dua orang tuanya dan juga adiknya. Atau bahkan yang lebih buruk dari itu.

"Aku akan melepaskanmu dan membiarkan keluargamu bahagia dan bebas dariku. Ada satu cara jika kamu ingin semua itu." ucap Revan dengan pelukannya yang sedikit mengendur, membuat Lala merasa sedikit lega, rasa sakitnya suda sedikit berkurang walaupun masih sedikit terasa di perutnya.

"Aku tahu apa caranya, aku harus menikah denganmu." jawab Lala, Revan tersenyum sinis, bukan hanya cara itu saja yang ia maksud. Senyuman sinisnya itu kini berubah menjadi sebuah senyuman iblis yang sangat licik. Lala bahkan sampai ngeri melihat senyuman pria itu.

"Kamu pikir setelah kamu menikah denganku kamu bisa bahagia dan lepas dariku? Ada satu syarat lagi yang harus kau penuhi setelah kita menikah, baru setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi." Lala mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan apa yang baru saja di katakan oleh Revan. Revan melepaskan pelukannya di pinggang Lala, meraih pundak gadis itu lantas memutar tubuh Lala untuk menghadap ke arahnya.

"Setelah kamu menikah denganku, kau WAJIB melahirkan bayi laki-laki untukku. Ingat itu, bayi laki-laki WAJIB!" tegas Revan yang membuat Lala melotot tidak percaya.

"Kau menikahiku karena kau ingin anak laki-laki ?" Lala berucap dengan nada bicara yang kecewa, Revan melipat ke dua tangannya di dada lantas mengangguk dengan mantap, membenarkan tebakan Lala barusan.

"Aku pikir kamu benar-benar mencintaiku seperti yang kamu katakan kemarin. Tapi ternyata apa? Kau mempermainkanku?" sendu Lala, Revan tersenyum licik ke arah gadis itu lantas meraih dagu Lala untuk ia cengkram dengan lumayan keras, membuat Lala meringis sakit.

"Kamu sangat naif dan terlalu percaya padaku. Aku hanya ingin bermain denganmu sebentar. Kita menikah besok, dan setelah itu kamu harus hamil. Melahirkan anak laki-laki atau kau tidak akan pernah bisa lepas dariku untuk selamanya." jelas Revan, Lala menghembuskan nafasnya dengan kasar, menatap Revan dengan tajam.

"Kamu pikir aku adalah gadis murahan yang bisa kamu pakai dan kamu buang begitu saja? Kau salah! Aku bukan gadis seperti itu!" sarkas Lala, Revan tersenyum sinis lantas mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir merah muda Lala. Lala dengan cepat memalingkan wajahnya ke samping sebelum pria brengsek itu melumat bibirnya dengan rakus.

"Kamu tidak punya pilihan lain selain melakukan hal itu. Sebelum kamu melahirkan anak laki-laki untukku, maka aku tidak akan melepaskanmu. Dan yang lebih buruk lagi, aku bisa menghabisi satu persatu anggota keluargamu." air mata Lala tak bisa ia bendung lagi, wajah cantiknya yang terpolesi make up tipis harus basah karena air matanya.

"Jangan menangis, besok kita akan menikah, sayang." ucap Revan sembari mengelus pipi Lala sebentar sebelum akhirnya ia menyeret kakinya meninggalkan Lala yang masih terisak. Selepas kepergian Revan, Lala menangis meraung-raung di dalam ruangan ganti di dalam sebuah butik gaun pengantin. Meja kecil yang berada di dekatnya ia tendang hingga jatuh dan menimbulkan suara. Ia membuang semua benda yang berada di dekatnya, tidak peduli jika nanti ia akan akan terkena masalah karena perbuatannya. Ia butuh sebuah melampiasan. Sekarang ia sudah tau tentang apa yang akan terjadi pada hidupnya kedepan. Hidupnya akan lebih sulit dari sebelumnya. Atau bahkan lebih buruk dari kata hancur.

Melahirkan anak laki-laki untuk pria yang bahkan tidak ia cintai? Rasa nya benar-benar sangat berat. Selain ia merasa di jual oleh keluarga nya, ia juga bagaikan seorang wanita dengan rahim sewaan. Lalu setelah melahirkan bayi laki-laki apa lagi yang terjadi? Ia akan lepas dari pria jahat ini dan meninggalkan darah dagingnya. Sangat mustahil, jika ia meninggalkan bayinya pada Revan suatu hari nanti, ia sama halnya dengan menjual bayinya demi sebuah kebebasan. Lala berada dalam keputusasaan sekarang, ia bingung harus bagaimana tapi harus tetap menjalaninya. Masa depannya sudah terlihat sangat hancur berantakan, melepaskan cita-citanya yang ingin menjadi hakim, kehilangan keluarganya, tidak bisa bertemu dengan kekasihnya, dan juga mengenai masa depannya yang cukup sulit. Ia harus menjalani kehidupan rumah tangga dengan pria yang bahkan baru saja ia temui, sosok jahat dan juga kasar serta suka mengancam. Andai ia punya pilihan antara hidup dan mati, mungkin lebih baik ia mati sekarang juga. Ia tidak yakin bisa melewati semua hari-harinya mulai esok, bahkan seterusnya.

"Kenapa sejak tadi hanya diam?" Tanya Revan yang di abaikan oleh Lala. Gadis itu memiliki untuk diam, sebelum ia hilang kontrol lalu mengatakan kalimat yang seharusnya tidak di dengar oleh Revan dan membuat pria itu murka.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora