[26]

32.3K 1K 30
                                    

Lala menyeruput es jeruk yang ia pesan dengan gugup, di hadapannya saat ini ada Jacob yang sedari tadi menatapnya dengan intens.
"Jacob," panggil Lala dengan suara yang pelan, ada rasa penyesalan yang saat ini menggerogoti hatinya, ia datang dalam kehidupan Jacob dan pergi begitu saja tanpa pamit. Meninggalkan luka yang masih membekas di hati pria tampan ini.
"Gak nyangka, kita ketemu di sini." Ucap Jacob dengan dingin lalu tersenyum miring. "Mau bilang kebetulan, gak ada yang kebetulan di dunia ini. Mau bilang takdir, kamu jodoh orang. Aku harus apa?" Sinis Jacob lalu mengambil minuman yang ia pesan di atas meja lalu ia teguk hingga kandas.
"Maaf Jac, aku meninggalkanmu." Tutur Lala merasa bersalah.
"Permintaan maaf di tolak, aku masih gak ikhlas kamu di miliki orang lain. Seharusnya kamu jadi milik aku." Ungkap Jacob dengan sedikit emosi. Kenyataan bahwa Lala sudah menikah dengan pria lain membuat hatinya semakin terasa sakit, di tambah dengan rasa sayang yang masih ia miliki untuk wanita ini membuatnya semakin merasa terluka.
"Kamu kenapa sih? Tiba-tiba nikah sama dia? Kamu tahu dia siapa? Dia bukan orang yang baik buat kamu!"
Lala menarik nafasnya dengan panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan. "Aku tahu,"
"Tahu apa?"
"Aku tahu siapa suamiku sebenarnya."
"Kamu tahu siapa suamiku tapi kamu masih mau menikah dengannya? Apa alasan kamu menikah dengannya?"
Lala tersenyum miring lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ingin rasanya ia mengungkapkan alasan kenapa ia harus menikah dengan Revan, tapi sekarang tidak ada gunanya lagi. Ia sudah menikah dengan Revan dan sudah memiliki perasaan padanya. Tak ia pungkiri, bahwa rasa sayang dan benih cinta mulai tumbuh di hatinya untuk si mafia kejam tersebut.
"Kenapa diam? Jawab La! Apa alasan kamu mau nikah sama dia?" Tanya Jacob lagi dengan nada suara yang tinggi. Lala masih bungkam, enggan membalas pertanyaan yang di layangkan mantan kekasihnya tersebut. Mantan, Lala tersenyum kecut saat mengucapkan kata itu dalam hati. Mantan, bahkan salah satu di antara mereka belum ada yang mengatakan kata perpisahan.
"Ku rasa aku harus pergi, ada urusan lain." Pamit Lala lalu bangkit dari duduknya dan mengambil tas jinjingnya. Lala tersenyum simpul ke arah Jacob lalu berjalan ke arah Kak Hani yang sedang berada di meja kasir untuk berpamitan.
"Kak Hani, aku pamit pulang. Sampai bertemu nanti." Kak Hani mengangguk pelan saat di panitia oleh mantan karyawannya, mereka lantas berpelukan dengan erat dan saling melepaskan rindu.
"Sering-sering ke sini, lain kali ajak suamimu juga." Ucap Kak Hani dengan ramah. Lala mengangguk pelan lalu tersenyum manis.
"Pasti, lain kali aku akan ajak Revan."
Kak Hani melepaskan pelukannya, mengusap kepala Lala dengan gemas lalu mencubit pipinya dengan pelan.
"Kamu cantik," puji kak Hani.
"Terima kasih." Balas Lala dengan senang. "Aku pamit." Kak Hani mengangguk lalu tersenyum menatap kepergian Lala yang di kawal oleh dua orang body guard di belakangnya.
Tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Jacob bangkit dari duduknya lalu berlari menyusul Lala. Dengan gerakan cepat Jacob menyekap lengan Lala lalu membalikkan tubuhnya agar menghadap ke arahnya. Sontak saja, hal yang barusan di lakukan ya tersebut membuat dua body guard yang di tugaskan menjaga Lala langsung beraksi. Mereka berdua mendorong Jacob hingga cekakan tangannya pada Lala terlepas.
"Mau apa Lo, hah?!" Tantang Jacob dengan emosi tatkala dua body guard tersebut memperlakukannya dengan kasar.
"Kamu di larang menyentuh Nyonya Lala," peringat salah satu body guard.
"Gue punya hak buat nyentuh dia!"
"Kamu gak punya hak!"
"GUE PACARNYA!" teriak Jacob persis seperti orang kesetanan.
"Sudah cukup!" Lerai Lala dengan cepat, kegaduhan yang saat ini terjadi antara Jacob dan Dua body guard nya berhasil mencuri perhatian banyak pengunjung cafe yang saat ini tengah menatap mereka dengan penasaran.
Lala memberi isyarat pada dua body guard ya untuk mundur, dan hal itu langsung di laksanakan oleh ke duanya. Lala beranjak, berhenti tepat di hadapan Jacob lalu menatap netra pria itu yang memerah karena amarah.
"Aku masih sayang sama kamu," ungkap Jacob dengan tulus.
"Maaf Jac, aku udah nikah."
"Kasih alasan kenapa kamu mau nikah sama mafia brengsek itu?" Lala kembali bungkam saat pertanyaan itu kembali di layangkan Jacob padanya. Bukannya ia tak bisa menjawab, ia punya jawabannya. Hanya saja tidak mau lagi mengungkit alasan tersebut, ia sudah membuka hatinya untuk Revan yang kini sudah mulai sedikit berubah menjadi sesosok baru yang lebih baik.
"Kenapa kamu diam?" Tanya Jacob lagi.
"Aku gak ada waktu buat bahas kayak gini Jac, maaf telah mencampakkanmu." Ujar Lala lalu kembali hendak pergi. Namun lagi-lagi Jacob mencekal tangannya dengan erat lalu menatapnya dengan ekspresi dingin.
"Aku tahu kenapa kamu menikah sama mafia brengsek itu." Ucapnya sembari menahan amarahnya yang sudah siap untuk meledak. "Kamu punya hutang sama dia? Dan cara untuk melunasi hutang tersebut adalah dengan cara kamu menikah sama dia. Iya kan?" Tanya Jacob lagi. Lala sedikit terkejut dengan ucapan Jacob, entah Jacob hanya menebak itu atau dia memang tahu semuanya ia tidak peduli sekarang.
"Lepasin Jac, aku harus pergi." Pinta Lala lalu mencoba melepaskan tangan Jacob yang mencengkeram erat lengannya.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku, yang aku katakan barusan itu benar, kan?" Tanya Jacob lagi, dan Lala masih bungkam. Kecewa dengan sikap yang di tunjukkan Lala, Jacob tersenyum miris lalu semakin erat mencengkeram lengan Lala hingga wanita itu merasakan sedikit perih di pergelangan tangannya.
"Jacob lepasin!" Pinta Lala yang di balas Jacob dengan gerakan gelengan kepala.
"Aku tahu alasan lain kenapa kamu menikah dengan mafia brengsek itu." Senyuman iblis tercetak jelas di bibirnya yang sukses membuat Lala tahu sisi lain dari seorang Jacob. Baru teringat di memori otak Lala saat melihat senyuman itu, di hari pernikahannya Jacob datang dan menembak Revan di bagian lengannya hingga terluka.
"Kamu menikah sama dia karena uang, kamu cuma jadi pelampiasan nafsu belaka. Hal itu sama aja kayak pelacur! Walaupun sudah terikat dalam sebuah pernikahan." Kalimat pedas itu berhasil meluncur dari mulut Jacob dengan mulus, membuat air mata Lala langsung keluar begitu saja tanpa di komando. Ucapan Jacob sangat menyayat hatinya, pria itu sama saja mengatainya seperti seorang murahan.
Plak. Satu tamparan mendarat dengan mulus di pipi Jacob, sisi gelap Lala mulai muncul. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Jacob yang berada di lengannya hingga terlepas lalu mengarahkan jari telunjuknya ke depan wajah Jacob lengkap dengan tatapan matanya yang tajam bak seekor elang.
"Jaga omonganmu, aku gak semurah yang kamu bayangkan!" Balas Lala dengan emosi lalu pergi meninggalkan Jacob yang masih mematung di tempat sembari mengepalkan ke dua tangannya dengan erat. Sayang, cinta dan kebencian melebur menjadi satu yang memunculkan perasaan dendam yang teramat besar.
"BANGSAT LO SEMUA!" maki Jacob dengan emosi lalu menendang kursi dan meja yang berada di dekatnya.

Gairah Cinta Sang Mafia (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang