Kesembilan.

948 103 14
                                    

Dirinya berjalan santai menuju halte bus biasa tempatnya menunggu. Melirik jam digital yang bertengger ditangan kirinya, pukul 5 sore. Menghela nafas kecil, ia sedikit berteriak. "Kau pikir kau itu kecil, Kim?"

Sontak yang merasa terpanggil, berdiri tegak dari tempat persembunyiannyaㅡ semak belukar dibelakang halte yang tak terlalu ramai itu, sambil berteriak 'tidak,' seperti seorang tentara yang di ospek. Diperoleh lah lirikan datar dari sang senior.

"Kau membuat dirimu sendiri seperti seorang penguntit, kau tahu?" Jinhwan menepuk tempat duduk sebelahnya, mengisyaratkan sang junior untuk menempatinya. "Disini saja."

Hanbin senang sekaligus terheran, apa seniornya ini sudah tak marah? Kenapa ia terlihat sangat baik hati, ramah, dan tidak sombong? Apa dia sudah sadar bahwa Hanbin itu adalah seseorang yang baik? Yang tampan? Yang layak menjadi kekasih hatinya?

Setelah menurut pada perintah lelaki yang lebih tua, si bangir mengeluarkan ponsel pintarnya. Tak lama, dirinya tersenyum sendiri melihat benda pipih itu, sampai Jinhwan mengerutkan dahinya heran.

"Hyung!"

Jinhwan yang memang sedari tadi memperhatikan adik kelasnya itu pun menoleh ke arah sebaliknya, menghindari tatapan tiba-tiba dari Hanbin. Uh- oh, ketahuan curi pandang?

Hanbin tersenyum hangat melihat kelakuan lelaki yang disukainya itu. Kembali pada tujuan awalnya, "Hyung, lihat gadis ini. Bukankah dia sangat manis?"

Foto selfie dirinya sendiri dengan seorang anak kecil berusia sekitar 8 tahunan yang sedang memakan es krim dengan nikmatnya. Jinhwan tertegun melihat foto tersebut, dan dirinya juga terkekeh kecil, "Ohh- Hanbyul-ah? Ini mantan pacarmu, eh? Kau pedofil."

Sadar akan kesalahannya, rapper muda itu menggelengkan kepalanya. "Tidak! Itu adikku tentu saja, Hanbyul. Maaf tadi aku berbohong, hyung."

Tunggu, sepertinya ada yang salah.

"Kenapa kau tahu nama adikku Hanbyul?"

"Aku tidak tahu, aku hanya menebak. Karena gosipnya, kau tak punya mantan kekasih." Jinhwan hanya berbicara datar seolah itu hal yang sepeleㅡ walaupun memang benar.

Kaget, kenapa sampai murid baru kemaren saja tahu rahasia memalukan Kim Hanbin? "Hah- Apa? Apakah aibku adalah rahasia umum di sekolah ini?"

Yang ditanya menggeleng kecil, "Kau hanya..." ia menggantung kalimatnya, berpikir untuk kata-kata yang akan menjadi lanjutan dari ucapannya tersebut.

"...kurang peka." Sambung Jinhwan sambil menatap polos Hanbin yang juga sedang memandangnya. Mata keduanya bertemu dengan dramatis, sampai si dominan tak sadar wajahnya telah memerah sempurna di hadapan sang crush.

Sepertinya Jinhwan tidak sadar dengan apa yang dirinya katakan. Itu, bukan sebuah kode. Mungkin? Terlihat dari reaksi datar yang ditunjukkannya setelah ia mengetahui wajah Hanbin memerah, sedang kepanasan akan api cinta. Jinhwan hanya memalingkan wajahnya kedepan tanpa kalimat tambahan.

Bus sudah datang tepat di hadapan mereka, dan Hanbin masih sibuk dengan dunianya sendiri. "Huh, jinjja. Kau ini idiot?"

Dengan sekuat tenaga, dirinya menarik paksa si bangir yang masih bengong seperti orang idiot itu supaya berdiri. "Ya, cepat. Kau mau kutinggal?"

"Eh? Arra, arra!"

Hanbin hanya bingung. Dirinya benar-benar tidak peka, eh?

Bangun 30 menit sebelum sekolah, merupakan hal yang baru bagi lelaki bertinggi badan 1,6 meter itu. Umpatan kecil keluar dari bibir merah muda Jinhwan setelah melihat jam digital yang terletak di samping meja nakasnya.

Gimme Your Ice Cream? - ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang