🔗PART 6

175 26 20
                                    

***


Ken berdiri dibelakang pintu keluar kampusnya. Ia sedikit mengeluarkan kepalanya dan mengintip. Waspada jika ada mobil Hyundai jenis Sonata YF berwarna hitam parkir didepan gerbang kampusnya.

Dia trauma. Kejadian kemarin itu sudah cukup membuatnya viral di grup chat kampus, dan dia tidak mau Ravi melakukan hal yang lebih konyol lagi dari itu, demi menunjukkan perasaannya.

Ken menghela nafasnya, ia benar-benar takut kalau Ravi datang. Akhirnya, setelah membulatkan tekad dan tarik nafas, Ken mulai melangkahkan kakinya keluar. Ia melihat kanan dan kiri. Tidak ada tanda-tanda kalau namja bermarga Kim itu ada di kampusnya.

Ravi melihat jam tangannya. Semua mahasiswa tampaknya sudah keluar, tapi ia sama sekali tidak melihat Ken. Lagi, Ravi menoleh pada jam tangannya. Ini sudah kelamaan, dia sudah menunggu hampir dua puluh menit, dan Ken biasa keluar lima menit setelah jam pulang mahasiswa kelas siang.

Sesuatu mengalihkan perhatiannya, seorang namja pirang yang berada dibelakang empat yeoja keluar dengan posisi setengah membungkuk. Apa itu Ken? Pikirnya. Tapi tidak mungkin. Ken biasanya tidak melakukan hal sekonyol itu, bersembunyi dibalik orang? Dia adalah namja terelegan yang pernah Ravi kenal.

Baiklah, sudah cukup sabarnya. Ravi masuk ke halaman kampus Ken dan mencari sendiri dengan mata kepalanya, sebelum bertanya pada beberapa orang yang mungkin saja melihat Ken, dan jawaban salah satu mahasiswa memberinya petunjuk.

“ ..Dia baru saja keluar, sekitar lima menit yang lalu, pakai tas hitam dan celananya warna khaki,”

Ravi memutar ingatannya kembali. Tas hitam, celana warna cokelat terang gurun pasir...

“ Rambutnya di cat pirang? “, tanya Ravi memastikan. Namja itu mengangguk.

Ravi membungkuk terima kasih dan pergi mengejar Ken. Ia masuk dalam mobil yang dipinjamnya dari teman satu apartemennya karena mobilnya sedang di cuci, mobil itu milik pacar temannya yang datang ke apartemen mereka.

Ken berjalan diatas trotoar, sesekali melihat ke belakang siapa tahu Ravi menguntitnya dan mau ‘menculiknya’ lagi. Dengan tangan yang memegang kedua tali tas punggungnya, Ken terus berjalan menuju halte terdekat.

Padahal jika dipikir-pikir, dia punya beberapa pilihan kalau mau menghindari Ravi. Yang pertama, jangan kuliah. Yang kedua, dia bisa minta tumpangan pada Hongbin dan Hyuk. Tapi tidak, Ken tidak kepikiran kesitu. Lagipula dia tidak pernah bolos.

Setelah menjalankan mobilnya sepelan mungkin, Ravi akhirnya menemukan Ken. Ia membuka kaca mobilnya dan terus mengikuti kemana Ken berjalan, setidaknya sampai dia mendapat lapak untuk memarkirkan mobilnya.

Ken memegang tengkuknya. Ada yang tidak beres. Sepertinya seseorang mengikutinya dari belakang. Ken mengambil ponselnya dan melihat melalui pantulan bayangannya. Benar saja, ada mobil berwarna putih di belakangnya yang berjalan sangat lambat.

Ken mencoba tenang, itu bukan Ravi. Mungkin mobil itu sedang telfonan dengan seseorang makanya menyetir dengan pelan.

Saat ia masih menggunakan ponselnya untuk ‘berkaca’, tiba-tiba ada yang menelfon. Ken ragu mengangkat. Ia mendengus kesal sebelum menekan tombol hijau pada kontak sang penelpon yang ia simpan dengan nama.. ‘Larva’.

Apa! Kan sudah ku bilang jangan menggangguku lagi! “, Ken menekak pada orang yang menelponnya, yang sebenarnya adalah Ravi tapi ia mengganti namanya menjadi larva karena ia kesal.

Dan tentu saja, dalam hangul larva dan ravi itu tulisannya beda tipis, 라비 = Ravi = 라바 = Larva.

Hyung, berhenti disana,” perintahnya. Tentu saja Ken mengernyitkan alisnya. Apa maksudnya?

“ Apa maksudmu?! Aku tidak punya waktu untuk main-main sekarang ini,”

“ Berhenti dan jangan lihat ke belakang,” perintah Ravi lagi. Spontan Ken menghentikan langkahnya saat Ravi menyuruhnya tidak berbalik badan.

Memangnya ada apa? Apa ada tyranosaurus dibelakangnya? Karena penasaran Ken pun membalikkan badannya.

“ Kau punya seseorang yang berbaik hati mau mengantarmu pulang dan kau membiarkan dirimu berjalan kaki, sementara orang itu sudah menunggumu selama dua puluh menit. Ken hyung, kau tega sekali,” Ravi berbicara dengan telfon yang masih menempel di telinganya.

Ken menurunkan ponselnya dari telinganya. Ia terkejut melihat Ravi yang entah sejak kapan berdiri dibelakangnya dengan jarak satu meter. Ravi menghampiri Ken.

“ Tidak punya perasaan,” lanjutnya.

Ken membisu, ia tidak percaya ini. Ravi benar-benar punya bakat menjadi spy.

“ Aku memang tidak punya perasaan untuk membalas perasaanmu,” jawab Ken.

“ Tapi kau punya hati dan aku akan merebutnya darimu.”

“ Apa yang kau lakukan? “

“ Tentu saja menjemputmu hyung

“ Aku tidak minta kau menjemputku,”

“ Aku juga tidak minta kau memintaku untuk menjemputmu,”

“ Aku tidak mau pulang bersamamu, jadi pergilah dan tinggalkan aku! “

Shireo,” jawab Ravi santai.

Ken tidak memperdulikan dan hendak pergi. Tapi, baru saja ia berbalik dan mau melangkahkan kaki tiba-tiba hujan turun dan langsung deras. O,ow....

Ken memejamkan matanya merutuki diri.

‘Jangan berbalik, mau diletakkan dimana wajah kyeopta-mu ini, Lee Jaehwan...’ rutuknya dalam hati.

Dia tetap berdiam ditempatnya membiarkan bajunya mulai basah karena ‘dikeroyok’ air hujan.

Ravi masuk ke mobil dan Ken mengira dia akan pergi meninggalkannya. Tapi tidak, Ravi keluar dengan membawa payung. Dia berdiri didepan Ken saat ini membentangkan payung diatas kedua kepala mereka dan Ravi berdiri lebih dekat agar bagian tubuh mereka juga terlindung. Ken bahkan bisa merasakan kalau poninya sejajar dengan batang hidung Ravi.

“ Aku tidak akan pergi kemana-mana sampai kau ikut denganku. Lebih baik aku meninggalkan mobil itu daripada membiarkanmu sendirian menunggu bus ataupun berjalan kaki,” ujarnya dengan suara husky dan intonasi bicara yang pelan.

Ken ingin sekali mendongakkan kepalanya dan melihat wajah Ravi, karena ia merasa kalau kata-kata itu bukan keluar dari mulutnya.






[Revisi 2018.09.15 06:25]

《END》 Chained Up Of Love Hurts 🔗 [RaKen]Where stories live. Discover now