-13- THANKS.

185K 13.5K 134
                                    


Dyta tidak tau yang tadi malam itu mimpi atau nyata. Tapi Dyta beranggap bahwa itu mimpi, mana mungkin juga Diers bisa berkata romantis seperti itu, ya kan?

Dyta mengingat kejadiannya kemarin, untungnya Diers tidak bertanya tentang makanan yang ia beli kemarin.Biasanya Diers protes jika bukan Dyta yang masak, entah, Dyta juga tidak tau mengapa Diers malah menginginkan masakannya yang biasa saja, dan anehnya Diers tau mana masakan Dyta dan mana makanan beli.

Disinilah Dyta sekarang, dapur.

Hanya dapur tempat untuk berdekatan dengan Diers. Tak ada gunanya ruang TV dan ruang santai yang Diers desain mewah-mewah, kaca yang menghadap ke tembok kaca menampilkan jalanan besar dibawah. Percuma saja, tak pernah mereka berdua gunakan.

Paling hanya duduk sebentar lalu sibuk lagi dengan urusan masing-masing, tidak seperti di film-film romantis yang bermesraan bersama pasangannya. Dyta melirik jam tangannya yang menunjukan pukul lima subuh.

Dyta beranjak kearah dapur,ia masih ingat perkataan Diers lusa kemarin. Yang jelas-jelas Diers tidak ingin melihat Dyta lagi.

Ada yang janggal diruang TV.

Ada sesorang yang sedang duduk membelakangi dirinya.

Dyta langsung mengambil cobekan untuk jaga-jaga siapa tau maling,bkan?

Perlahan Dyta menghampiri ingin melihat wajah orang itu.

Diers?

Ngapain dia tidur sambil duduk disini?

Apa dia ngigo?

Dyta sengaja mendiamkan, takut-takut Diers terbangun dan melihat Dyta berada didepan matanya.

Dyta beranjak pelan-pelan kedapur, ia hanya memasak spageti untuk pagi ini. Saking hati-hatinya menyalakan kompor saja tidak mengeluarkan suara satu pun.

Saat Dyta berjinjit untuk mengambil bumbu dilemari dapurnya, ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Palanya menopang dibahu Dyta. Setengah Shock namun Dyta tau dia siapa.

"Dyt..."

Siapa lagi kalau bukan suara Diers.

Dyta langsung menegang.

"Maafkan aku.." Diers mengeratkan pelukannya.

"Aku tak bermaksud seperti itu.." Tangannya masih memeluk Dyta dari belakang.

"Aku sangat ingin melihatmu lagi, ucapan kemarin jangan dimasukkan kehati."

"Diers?" Dyta sedikit melirik kearah Diers.

"Hm?"

"Apa kamu ngigo?" Tanya Dyta sambil melepaskan pelukan Diers. Masih membelakangi Diers.

"Tidak, aku serius." Diers sedikit mencerna lagi kata-katanya. Bagaimana bisa Diers berbicara romantis seperti itu?

Bagaimana cara megakhiri ini? kau menjatuhkan harga dirimu sendiri, Diers! batin Diers menyesal.

Diers punya ide.

Diers langsung beranjak ke sofa lalu mengehempaskan tubuh kesana dengan posisi tengkurep. Dyta mengikuti Diers dari belakang lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Tuh kan, Diers ngigo. Mana mungkin Diers bersikap seperti itu." Dyta langsung bergegas kedapur melanjutkan masakannya.

Sedangkan Diers tersenyum puas dengan mata yang masih tertutup.

                                                                          ***

Dyta melirik jam dinding di dapurnya, sekarang tepat setengah enam pagi. Lama juga ternyata ia memasak, ia baru menyadarinya. Dan tumben sekali Diers belum bangun jam segini.

"Diers..." Dyta menepuk lengan Diers pelan.

"Hm?"

"Bangun...makan dulu, udah jam setengah enam." Lanjut Dyta seraya menaruhspageti yang baru ia masak dimeja depan sofa.vAsal kalian tau, Diers ini tipe yang anti banget bangun siang,bDyta sedikit senang mengetahui fakta itu tapi fakta itu juga menyiksa dirinya untuk bangun lebih pagi dari Diers.

Aku harus mulai ber acting. batin Diers menyusun ancang-ancang.

Diers bangun dengan sedikit tersentak.

"AKU DIMANA?''

"MENGAPA AKU DISINI?" Teriak Diers setengah shock. Diers sangat ingin tertawa saat ini.

"Te...tenang Diers, tadi subuh kamu ngigo." Jelas Dyta mengelus pundak Diers pelan, merasa kasian dengan ngigo Diers yang seperti itu.

Dyta sempat mengingat kata guru mistisnya yang punya indra keenam dulu, kalau ngigo sampai berjalan berarti dikendalikan jin.

Apakah Diers dikendalikan jin? Batin Dyta takut-takut Diers ada yang nempelin.

"Kamu memelukku, lalu meminta maaf dan kamu bilang ingin melihatku setiap hari, lalu kamu juga bilang kamu serius dengan ucapanmu" Jelas Dyta mengingat-ingat perkataan Diers tadi malam.

"BENARKAH? ADA APA DENGAN DIRIKU?" Diers sok bertanya dengan wajah shocknya.

Oh tuhan...mengapa aku bersifat seperti orang bodoh..

"Diers, kalau kata guru mistisku dulu, kamu dikendalikan jin." Dyta setengah menjauh, takut jika tiba-tiba Diers berteriak layaknya orang kesurupan.

Diers masih menahan tawanya. Untungnya ekspresinya bisa dikatakan sulit ditebak jadinya Dyta tidak tau jika Diers ingin tertawa.

Diers melihat wajah Dyta yang penuh ketakutan, Dyta memang sangat polos.

"Diers...mending kamu makan dulu, a..aku merinding." Dyta berlari kekamarnya,belum sempat ia berlari Diers menarik tangannya terlebih dahulu.

"AAAA! TOLONGGG!! DIA KESURUPANNNN!!" Dyta berteriak sambil memejamkan matanya erat.

Sungguh, aku tidak bisa menahan tawa ini.

"Hey, aku tidak kesurupan." Diers membekap mulut Dyta yang masih berteriak.

Dyta langsung diam.

"La...lalu?" Dyta bertanya takut-takut jin yang ada didalam tubuh Diers membohonginya.

Diers langsung mendudukan Dyta kesamping dirinya.

"Apa kamu sudah memaafkanku?"

"Sudah kok, kata mamaku kalau berantem lebih dari tiga hari sama dengan memutuskan tali silaturahmi yang artinya ditutup deh pintu surga untuk orang yang musuhan" Jelas Dyta polos.

Diers sedikit lega mendengarnya.

"Yaudah, aku mau beres-beres kamar dulu." Lanjutnya beranjak ke kamar,namun Diers menahan tangannya lagi.

"Apa lagi?" Tanya Dyta heran.

"Terimakasih, untuk segalanya."

__________________________________________________

HI!! MAKASIH YA BUAT 1,9K DALAM 4 HARINYA

sehat-sehat ya kalian jangan lupa makan,muahh:*

SAH! [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang