-12-SORRY, DYTA.

182K 11.7K 147
                                    

Dyta duduk disamping kasur Diers sambil menyuapi Diers bubur ayam langganan yang ada di Walite, padahal hari ini rencanannya Dyta ingin mengecek keadaan tokonya. Namun, karena kesalahannya sendiri akhirnya tidak jadi.

"Diers, maafkan aku..." Mohon Dyta sambil berkaca-kaca. Diers memandang kearah Dyta tak acuh, Dyta semakin merasa bersalah.

"Aku tau aku salah, lagian kamu juga nyebelin sih!" Dyta memonyongkan bibirnya sebal.

"Atas dasar apa kamu campurkan makananku dengan daun?" Kini Diers angkat bicara.

"A..aku kesel sama kamu, soalnya kamu bangunin aku jam lima.." Aku Dyta sambil menunduk.

"Bukannya kewajibanmu itu melayaniku tiap saat?"

Dyta membisu.

"Kenapa? Kenapa otakmu masih seperti anak kecil?!" Diers mulai menaikan nada bicaranya.

"Ma...maafkan ak-"

"Kamu memang tak pantas untuk dinikahi! Apalagi dijadikan istri sungguhan! Aku yakin siapapun nanti suamimu pasti akan menyesal memiliki istri otak bocah sepertimu!"

Deg.

Apa benar itu Diers yang bicara?

Apa dia yang salah dengar?

"Dier..."

"Bahkan kamu hampir mencelakai dan membunuhku dengan sengaja!"

Itu memang benar, Diers yang bicara.

"Diers..."

"Keluar!"

"Apa maksud-"

"KELUAR! Aku tak ingin melihatmu lagi!" Teriak Diers keras. Wajahnya sangat memancarkan kemarahan, Dyta menahan tangisnya.

Dyta berjalan kearah pintu lalu kembali berbalik menghadap Diers yang sudah menatapnya geram. "Walau aku hanya istri kontrakmu. Tolong, jaga ucapanmu." Dyta langsung berlari keluar kamar air matanya tak bisa tertahan lagi. Dyta mengunci kamarnya dan menumpahkan semua tangisnya disana.

Apa kalian tau, rasanya dijatuhkan harga diri kalian dimulut orang yang mulai kau cintai perlahan?

                                                                                    ***

Diers menyesali perbuatannya sendiri. Demi tuhan, ia seperti dikontrol setan. Semua perkataan yang tadi ia katakan itu langsung tiba-tiba terucap. Lagian Diers juga diare doang kan, bukan sampai koma atau kritis.

Ia melukai perasaan wanitanya.

Jika melukai perasaan ada di perjanjian pranikah nya, Diers akan bayar sebanyak apapun itu.

Dyta menangis karena dirinya.

Jika Diers minta maaf sekarang, Diers yakin pasti ia tak akan dimaafkan. Perempuan butuh waktu untuk memikirkan dan memaafkan, Diers tau itu.

Diers mengacak rambutnya frustasi, ia masih berfikir bagaimana bisa ia berkata seperti itu?

                                                                               ***

Diers membuka matanya perlahan, ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06;15 pagi. Tumben sekali ia telat bangun seperti ini. Diers menggerakan perutnya yang perlahan sudah mulai menghilang keramnya. Diers menuju ke dapur, bisa jadi ada Dyta disana sedang memasak untuknya.

Namun, nyatanya nihil.

Dyta tidak ada di dapur, yang ada hanya nasi goreng dan teh hangat dimeja pantry, kemana dia?

SAH! [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang