three

1.2K 124 12
                                    

ONE MORE TIME

By @ STARLIGHTs5

Disclaimer: Naruto and its contents only belong to Masashi Kishimoto.

Rate ® M

Cast © Obito Uchiha x Hinata Hyuuga x Sasuke Uchiha

Warning @ OOC, AU, TYPO,

DON'T LIKE DON'T READ!

.
.
.

Madara menghela napas lelah menghadapi kelakuan kedua cucunya. Ia melirik satu persatu cucunya.

Ia bahkan melihat kedua cucunya saling memandang dengan tatapan saling menusuk. Madara tidak mengerti mengapa Obito langsung meninju Sasuke saat dia baru tiba?

"Ada yang bisa jelaskan apa yang terjadi?" Pinta Madara.

"Mana aku tahu. Kek," ucap Sasuke menatap sengit Obito. "Obito duluan yang memukulku." Lanjutnya.

Semua pasang mata menoleh menatap Obito seakan meminta penjelasan kenapa dia tiba-tiba memukul Sasuke tapi Obito tak memperdulikannya.  Hatinya terasa sakit seperti ditusuk ribuan jarum saat teringat kenangan dirinya dan Hinata.

"Hinata pergi," guman Obito pelan. Ia menerawang, menatap kosong semua yang ada dihadapannya.
Sasuke menaikan alis kanannya mendengar gumaman Obito. Tak mungkin kan Obito mengatakan hal itu?

"Dia pergi, Bu." Ujar Obito menoleh melihat sang Ibunda. "Hinata pergi membawa Keichi. Dia pergi, Hinata pergi meninggalkanku." Obito menatap Hikari dengan pandangan terluka.

Sasuke diam tak menanggapi. Sejujurnya ia terkejut saat Obito mengucapkan nama Hinata terlebih lagi Obito mengatakan Hinata pergi meninggalkannya. Sasuke penasaran apakah Obito sudah mengingat masa lalunya dengan Hinata?

Sasuke menutup mulutnya dengan telapak tangan, ia menghela napas  melihat jam tangan. Waktu menunjukkan pukul 05:41 pm. Ia tak ada waktu untuk mengetahui masa lalu Obito. Sekarang yang terpenting a.k. a ia harus segera pergi ke bandara.

Sasuke memandang Obito sengit seolah-olah mengatakan Kaulah penyebab aku terlambat. Jika saja ia tidak terpancing emosi dan mengabaikan Obito. Ia pasti sudah bertemu dengan Hinata dan membawa sang gadis pulang bersamanya.

Sasuke berharap pesawat yang akan membawa Hinata delay agar ia bisa pulang bersama Hinata.
Seakan tahu apa yang ada di benak Sasuke, Obito pun berujar. "Pesawat Hinata sudah berangkat sejak  satu jam lalu."

.
.
.

"Ibu," ucap Obito mendekati ibunya. "Kenapa ibu melakukannya?"

Obito menghela napas lelah, "Kenapa ibu membiarkan Hinata menunggu?" Tanya Obito kecewa.

Obito menunduk, tak mampu melihat wajah sang ibunda.  ia memejamkan mata menekan perasaan agar tidak menangis. Obito mengepalkan tangan menahan amarah yang meluap-luap. Hatinya benar-benar sakit  saat ia teringat kejadian dimana Ia dan Hinata hampir menikah dan segalanya hancur hanya karena ibunya tak mengatakan kebenarannya dan malah berbohong hingga dirinya membenci Hinata maupun Keichi.

"Bu," Obito mengepalkan tangan, badannya gemetar, ia menatap lantai marmer dan membiarkan tetesan air mata mengalir.

"Kenapa ibu tidak mengatakan padaku yang sebenarnya?" Seru Obito marah.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa?" Teriaknya.

.
.
.

Hikari mencoba menenangkan Obito, ia menatap sedih Obito. tak pernah sekalipun dirinya melihat Obito seperti sekarang. Meraung, mengamuk, menangis-terisak seperti orang gila. Semuanya berusaha menenangkan Obito namun tak ada satupun dari mereka yang berhasil.

Obito berteriak sekencang-kencangnya, ia melempar barang-barang, menendang, memukul, semuanya untuk meredakan amarahnya. Dan setelah beberapa lama kemudian ia jatuh terduduk sambil menangis-terisak. Obito menutup sebagian wajah. Ia hancur, segalanya sudah hancur bagi Obito,  hidupnya benar-benar hancur hanya karena sebuah kecelakaan. Hinata pergi, Hinata pergi meninggalkannya.

Argh... Raung Obito. Menjambak rambutnya.

Hikari  menatap nanar anaknya, ia tak kuasa menghentikan air mata yang keluar melihat anaknya seperti ini.

"Kenapa? Kenapa ibu melakukan itu kepadaku? Tanya Obito. "Kenapa ibu tidak mengatakan kalau hari itu adalah hari pernikahanku dan Hinata? Kenapa?" Teriak Obito.

"Obito, ibu bisa jelaskan." Ucap Hikari sambil menangis. Hikari membelai wajah Obito dengan telapak tangan berusaha menenangkan sang anak.

Obito mendongak melihat wajah sang Ibunda. Pikirannya dan hatinya kosong mengetahui semua yang terjadi padanya.

"Ya, biar ibu jelaskan. " Ujar Hikari terisak.

Hikari memeluk Obito, ia berharap Obito bisa tenang sekarang. Hikari menghela napas pelan. Ia berusaha mencari kata yang tepat agar tidak membuat Obito mengamuk lagi.

"Obito," Hikari mempererat pelukannya. "Ibu hanya tidak ingin kau menderita. Nak." Lanjutnya.
"Ibu tak ingin kau kecewa saat mengetahui Keichi bukanlah anak kandungmu, Nak." ujar Hikari mengelus kepala anaknya.

.
.

Terimakasih

Vote or comen?

One more timeWhere stories live. Discover now