One

2.2K 177 8
                                    

ONE MORE TIME

By @ STARLIGHTs5

Disclaimer: Naruto and its contents only belong to Masashi Kishimoto.

Rate ® M

Cast © Obito Uchiha x Hinata Hyuuga x Sasuke Uchiha

Warning @ OOC, AU, TYPO,

DON'T LIKE DON'T READ!
.
.
.
Hinata termenung, memikirkan semua yang terjadi kepada dirinya. Ia hanya seorang wanita yang ingin di cintai oleh seorang pria yang akan menerima dirinya ataupun anaknya, tak meminta yang lain. Ia hanya ingin bersama dengan seseorang yang akan mendampinginya dan juga menjadi ayah dari anak-anaknya kelak.

Uchiha.

Hinata tertawa miris mengingat nama tersebut, seharusnya ia sudah tahu, seharusnya ia menghindar, mengabaikan, dan tak memperdulikan semua hal yang ada urusannya dengan nama tersebut.

Kenapa? Kenapa? Kenapa? Benak Hinata berteriak.

Kenapa ia begitu bodoh, kenapa ia harus berurusan dengan Uchiha untuk kedua kalinya? Kenapa ia harus menerima tawaran dari Sasuke yang ia ketahui a.k.a seorang Uchiha. Kenapa tidak pernah terpikirkan olehnya jika Sasuke adalah sepupu Obito. Seharusnya ia sadar, jika Uchiha bukanlah klan biasa. Tak semua orang Jepang bisa mendapatkan nama tersebut.

Kenapa sama sekali tak terbersit di benaknya?

Kenapa? Kenapa? Hinata menjerit frustrasi

Jika saja dulu ia tak berurusan dengan Sasuke, jika saja ia terus menghindar, mengabaikan, dan tak memperdulikannya, semua ini tidak akan pernah terjadi. Hidupnya tidak akan berantakan seperti sekarang, ia tak akan bertemu lagi dengan Obito beserta keluarganya yang membuat ia tersakiti, terhina dan terpuruk untuk kedua kalinya.

Hidup dengan damai, itu lah yang ia inginkan, ia hanya berharap bisa hidup normal seperti biasa. Hidup tanpa seorang Uchiha yang mengusik hidupnya. Menjalani kehidupan lama seperti dulu. Apa permintaan begitu sulit sehingga Tuhan mempertemukan dirinya dengan Sasuke?

"Sasuke Uchiha," geram Hinata penuh kebencian.

Air mata mengalir di pipi, Hinata mengedarkan pandangan, melihat seluruh ruangan yang hampir semuanya berantakan. Bantal, baju, botol farfum, semuanya bertebaran dimana-mana. Hinata menatap pantulan dirinya sendiri, ia kacau, terpuruk, kecewa, marah. Semua perasaan jadi satu. Penampilan sungguh buruk. Ia bahkan tak mengenali dirinya sendiri saat melihat bayangannya di depan cermin.

Sasuke.

Ia mencintainya, ia mencintai Sasuke, kenapa Uchiha? Kenapa Sasuke harus seorang Uchiha, kenapa untuk kedua kali dalam hidupnya. Ia harus mencintai seorang Uchiha.

Argh! Raung Hinata marah melempar figuran foto ia dan Sasuke. Hinata memperhatikan foto dirinya dan, Sasuke tengah tersenyum gembira. Hinata menunduk, membiarkan tetesan air mata hinggap di pipi.

"Sasuke." Ucap Hinata menangis-terisak. Ia membenamkan kepalanya saat menyebut nama pria itu, pria yang berjanji akan membahagiakan dirinya mau Keichi meski Keichi bukanlah anak dari pria tersebut.

"Bajingan, pembohong, brengsek." umpat Hinata pelan.

Kenapa? Kenapa Sasuke sama sekali tak memberi kesempatan kepadanya untuk menjelaskan semuanya perkara yang terjadi antara dirinya, Obito beserta keluarga Uchiha. Kenapa sang pria langsung mengambil keputusan dan mengecap dirinya sebagai wanita jalang, tak pantas bersanding denganya dan pergi meninggalkan dirinya tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.

Andai waktu bisa terulang kembali, ia bersumpah akan pergi dari Jepang dan tak akan kembali lagi.

Semua ini salah, Hinata tahu dari awal kalau semua salah. Tapi ia juga tak bisa membohongi kalau ia merasa nyaman saat bersamaan Sasuke. Ia juga ingin bahagia bersama Sasuke sama halnya yang lakukan Obito dengan memilih Rin sebagai pendampingnya kelak. Ia juga sama, ia juga ingin bersanding dengan Sasuke.

Terbayang semua kenangan dirinya dan Sasuke. Saat mereka tertawa bersama, bertengkar, berdebat tentang Keichi, Hinata tersenyum mengingat perdebatan tersebut. Hinata rindu, ia merindukan Sasuke. Tawanya, senyumnya, cara Ia mendelik, suaranya, semuanya.

Hinata meraba perut yang rata, terhitung dari enam bulan dari sekarang perutnya akan membesar dan ia akan melahirkan seorang anak yang lucu. Buah hatinya dan Sasuke.

Terdengar suara ketukan pintu, ia pun mendengar suara putranya dari balik pintu.

"Ma," ucap Keichi pelan. "Lapar. " Lanjutnya berharap ibunya keluar dari Kamar.

Hinata terhenyak mendengar suara putranya. Ia segera menghapus air mata, berdiri dan berusaha tegar menghadapi semuanya masalah yang ada. Ia tidak boleh lemah, ia tidak boleh memperlihatkan kelemahannya kepada semua orang terutama Keichi.

Putranya.

Ia harus kuat, demi dirinya juga demi putranya. Ia tidak boleh lemah. Ia tidak boleh terlihat hancur dan terpuruk. Ia adalah wanita yang kuat. Tangguh dalam menghadapi apapun. Semua ia lakukan demi putranya.

Benar, yang terpenting sekarang bukanlah Sasuke ataupun siapa pun. Yang terpenting sekarang baginya hanya Keichi dan juga anak yang ada dalam rahimnya.

.
.
.
.

Gema suara telapak sepatu menghiasi seluruh koridor yang menghubungkan ruang utama. seorang pria tampan nan gagah berjalan tergesa-gesa melewatinya tanpa mengindahkan sapaan dari para pelayan yang memberi hormat.

Ia terlihat sedang terburu-buru akan sesuatu. Ia sama sekali tak memperdulikan semuanya. Ia kehabisan waktu. Jika ia tak segera membereskan masalah ini sekarang, ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sial, umpat Sasuke. Tak sabaran menuju ruang utama.

Setibanya disana, ia terdiam melihat keluarga besarnya berkumpul disana.
Semua orang didalam ruangan menyambut Sasuke dengan senang gembira namun sang pria tak terlihat senang dengan sambutan yang mereka berikan. Ia tak punya waktu untuk meladeni hal tak penting seperti ini. Ia harus secepat mungkin mengakhir segala agar ia bisa kembali lagi bersama keluarganya. Anak dan wanita yang ia cintai.

Hinata.

.
.
.
Vote and comen, I waiting that

Thanks.

One more timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang