Chap. 75 -Permohonan yang Tak Berarti-

Start from the beginning
                                    

"Ma~"

"Jangan panggil aku mama, apa kau tak mendengarku?! Sekarang keluar! Kalau sampai terjadi sesuatu pada nenek, aku benar-benar tidak akan memaafkanmu"

Mai Ding melirik kearah nenek yang tengah berbaring diatas ranjang, berbalik dan kemudian pergi. Dengan gemeter dia mengepalkan tangannya bahkan kuku-kukunya menancap begitu kuat ke daging telapak tangannya, dia tidak mengira jika nenek akan sampai jadi seperti ini. Sekarang, dia terlihat dan benar-benar menjadi seorang pendosa. Mai Ding berdiri di depan mobil ambulan dan menatap nenek yang sudah dibawa, ibunya juga ikut di dalam sana. Langit nampak mendung, terdengar suara petir yang menyambar sesekali, tak lama hujan pun akhirnya turun dengan begitu derasnya membasahai seluruh permukaan bumi.

Tentu saja sudah sangat jelas, apa yang menurut kita benar tapi menurut orang lain salah, pada akhirnya akan tetap menjadi sesuatu yang salah.

Bagaimana aku bisa menjelaskan rasa sakit yang aku alami saat ini, aku tidak bisa menyerah atas keduanya, semakin berusaha semakin lama luka ini semakin besar, sampai pada akhirnya akan terkoyak jatuh pada jurang dan tak mungkin diperbaiki lagi.

Mai Ding berjalan di bawah guyuran hujan, membiarkan rintikan air itu membasahi dirinya. Bibir yang mulai memucat, tubuh yang menggigil, dan jalanan yang dilalui kakinya pun sudah berubah menjadi berlumpur. Dia berlari dan terus berlari sampai dia tiba di depan mobil An Ziyan, terlihat di dalam sana An Ziyan yang terlelap lelah bersandar pada kemudi mobilnya.

Mai Ding pun berteriak, "An Ziyan!!"

An Ziyan mendongak dan melihat tubuh basah kuyup Mai Ding, dengan tubuh yang gemetar dia terus saja berteriak dibawah hujan yang begitu deras, "Semua ini salahku, semuanya menjadi kacau, nenek jatuh pingsan, jika terjadi sesuatu padanya, apa yang harus aku lakukan? Jika karena mencintaimu aku harus merasakan kehilangan, apa yang harus aku lakukan? An Ziyan, katakan padaku apa yang harus aku lakukan?" Kacau, semuanya benar-benar berubah menjadi kacau, kalau sampai benar-benar terjadi sesuatu yang buruk pada neneknya dan itu semua karena salahnya, jangankan ibunya bahkan dia sendiri tak akan bisa memaafkan dirinya.

Selain cintamu yang hebat dan dahsyat itu apalagi yang kau pedulikan?

Kata-kata ibu Mai Ding terus saja terngiang di pikirannya, apa dia sudah benar-benar sangat egois. Demi memenuhi keinginan akan cintanya, tapi dia menyakiti begitu banyak orang. Dia bisa bersama, tapi menanggung dosa dan beban yang begitu besar, apa yang seperti itu akan menjadi indah?

An Ziyan pun menghampiri Mai Ding dan menariknya ke dalam dekapannya. Meskipun tubuh mereka berdua menjadi basah, tapi mereka tetap bisa merasakan kehangatan satu sama lain. Dan Mai Ding pun bernafas dengan berat dalam pelukannya.

Mai Ding mendongak dan menatap mata An Ziyan, dia mulai menangis, "Aku sudah mencoba melakukan yang terbaik, tapi tak semua bisa terselesaikan hanya dengan mencoba. Meskipun aku mendapat pukulan yang sangat keras aku tidak peduli, tapi nenek, dia... aku mencintaimu An Ziyan, tapi tidak jika aku harus kehilangan anggota keluargaku"

An Ziyan menatap Mai Ding yang terlihat begitu terluka. Jadi dia menderita sampai seperti ini, Mai Ding bukanlah dirinya. Dia hanya seorang Mai Ding yang baik hati dan patuh. Tapi dia justru menanggung rasa sakit yang tak seharusnya dia tanggung.

"Jadi, kau ingin berpisah dariku?"

"Maafkan aku An Ziyan, aku benar-benar minta maaf, cinta tak bisa menyelesaikan segalanya"

An Ziyan tersenyum meski dalam hatinya dipenuhi kesedihan, dia tak menyalahkan Mai Ding, justru inilah yang dia suka darinya. Dia selalu memikirkan orang lain, jangankan untuk keluarganya yang begitu egois, asal mereka bahagia Mai Ding akan melakukan segalanya.

"Jika itu yang kau inginkan, aku akan memberikannya padamu termasuk aku yang harus meniggalkanmu. Kau benar, cinta tak bisa menyelesaikan segalanya"

Air mata semakin deras membasahi mata Mai Ding, sementara An Ziyan menunduk dan mengecup mata Mai Ding,"Untuk apa menangis, kau tidak akan mati karena ini" An Ziyan melepas jaketnya dan menutupi kepala Mai Ding dengan itu, kemudian dia berbalik dan berjalan kearah mobilnya. Mai Ding merasa sesak melihat punggung An Ziyan yang semakin menghilang di tengah guyuran hujan. Ini pertama kalinya, pertama kalinya An Ziyan menuruti kata-kata Mai Ding, hanya agar seorang Mai Ding tak lagi merasa tersiksa batinnya.

Kau tidaklah sekuat itu, aku tau.

An Ziyan mengemudikan mobilnya melewati Mai Ding, sementara Mai Ding hanya bisa menatap cahaya mobil itu yang kian menjauh di tengah hujan sampai akhirnya pandangannya menjadi buram. Ini lucu sekali, kita tidak sedang bertengkar, tidak juga sedang ada orang ketiga yang ingin menghancurkan hubungan kita, tapi Tuhan selalu punya jalan untuk tetap memisahkan cinta kita. Pada akhirnya, dengan segala tekanan dari dunia, kemudian hancur berkeping-keping.

Mai Ding pun terjatuh ke tanah, dan memeluk jaket An Ziyan dengan sangat erat, "An Ziyan, ku mohon jangan jatuh cinta pada orang lain sampai aku benar-benar bisa melupakanmu"

An Ziyan mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat, tidak tau dia harus pergi kemana, tidak tau dia sudah berapa lama berjalan. Tiba-tiba dia menginjak rem dan berhenti, memukul setir kemudinya dengan keras.

Sesaat setelah kau pergi, duniaku menjadi kosong. Hanya ada air mata dan luka yang tertinggal disana.

Mai Ding pun datang ke rumah sakit, melihat kondisi neneknya yang sudah stabil dia merasa begitu lega. Ibu Mai Ding menatap dingin kearah Mai Ding yang napak basah kuyup, "Untuk apa kau kemari? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk pergi bersama An Ziyan?"

Mai Ding tak mengatakan apapun, dia hanya berdiri disamping ranjang neneknya. Perlahan neneknya pun membuka mata dan melihat Mai Ding disana, dia kemudian mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Mai Ding, "Cucuku, kau tidak bisa melakukan hal macam itu. Bagaimana bisa seorang pria bersama dengan pria lain, itu adalah sesuatu yang bahkan alam pun tak akan mentolerirnya"

Mai Ding tersenyum samar, "Nenek, kau tak perlu menasihatiku lagi, aku sudah tau,  tak akan ada lain kali setelah ini. Seseorang tidak boleh egois bukan? Aku harus hidup seperti ini, aku harus hidup seperti itu. Pada akhirnya aku menyadari dan menemukan apa itu cinta dan ternyata tidaklah sepenting itu" kata Mai Ding, mengolok dirinya sendiri.

Mendengar kata-kata yang diucapkan Mai Ding, ada sedikit intonasi kelegaan dari ibu Mai Ding, "Kenapa semuanya harus terjadi sebegini jauh dulu agar kamu mengerti? Tapi sudah bagus jika kau mengerti sekarang. Aku yang akan menjaga nenek disini, kau pulanglah dan mandi air hangat, setelah itu istirahat. Kau bisa sakit jika terus ada disini"

Mai Ding mengangguk, dia tidak tau bagaimana dia bisa kembali ke rumah nenek. Setelah sampai dia mandi air hangat dan mengganti pakaiannya. Kemudian dia berjongkok untuk mencuci jaket An Ziyan, dia menggosok dan terus saja menggosok sampai tangannya berubah menjadi kemerahan, tapi Mai Ding tak ingin berhenti.

Mungkin saat ini dia benar-benar terhanyut. Banyak hal yang berkembang tak sejalan dengan keinginan kita, kita memiliki ekspektasi yang begitu positif, tapi justru mendapatkan hal yang kejam sebagai jawabannya. Meskipun kau terus berkata pada dirimu sendiri jika kau harus bekerja keras karena kau akan mendapat balasan suatu hari nanti dan ketika hari itu tidak pernah datang, hanya ada penderitaan dan kemarahan yang tertinggal. Jika hal itu benar terjadi, semua yang ingin kau lakukan hanya berteriak 'Diamlah!' pada seisi dunia yang berisik. Tidak bisakah kalian membiarkan kami dengan damai merasakan cinta meski hanya sedetik saja? Meskipun aku tidak peduli bagaimana caramu menatapku, aku masih berharap mendapatkan restumu.

Sebuah keinginan yang sepele, tapi kami harus mengorbankan segalanya demi memohon akan hal itu.

I Will Still Love You Even If You are a Man (Bahasa ver.)Where stories live. Discover now