33 - "Don't Cry"

6.2K 1.3K 69
                                    

Chanyeol terkejut bukan main ketika Yejin menarik tengkuknya, lalu melumat bibir milik pria itu tanpa permisi. Chanyeol hanya mampu diam. Pria tersebut tidak membalas ciuman Yejin, namun tidak menolak pula. Ia sendiri bingung apa yang harus ia lakukan.

Yejin memundurkan kepalanya, lalu menelungkupkan kedua tangan miliknya pada pipi Chanyeol.

"Yeol, aku semakin buruk tanpamu." ungkap Yejin.

Sementara Chanyeol yang masih belum utuh kesadarannya, tak bisa berbuat banyak.

"Hari ini aku akan pulang ke rumah. Jadi, tolong temani aku satu kali saja." pinta Yejin dengan wajah memelas. Sungguh, inilah yang paling menyiksa Chanyeol, sebab ia tak bisa melihat wajah Yejin yang lemah dan sayu seperti itu. Akhirnya, tanpa bicara banyak, Chanyeol pun menganggukkan kepalanya, lalu membiarkan Yejin kembali memeluk tubuh Chanyeol.

***

"Astaga, Nona Son! Apa kau baik-baik saja? Dimana Tuan Park?" ahjumma terkejut bukan main begitu melihat Jihye tiba di rumah dengan kondisi berantakan. Rambut gadis itu kusut, wajahnya muram, dan ia nampak kelelahan.

Jihye enggan menjawab, melainkan ia masuk ke dalam rumah dengan diam seribu bahasa. Tujuan utama gadis itu kini adalah kamarnya. Begitu tiba di dalam sana, barulah ia menutup pintu rapat-rapat, lalu menangis tersedu. Ia sudah tidak tahan lagi jika harus melihat kejadian seperti tadi berulang kali. Jihye tak sanggup menerima fakta bahwa Chanyeol tak dapat melepaskan Seo Yejin.

Air mata Jihye semakin deras ketika momen-momen indah dirinya bersama dengan Chanyeol seolah terputar bak film dalam benaknya. Ia masih ingat betul bagaimana sosok Chanyeol yang sangat dingin, lalu suatu malam ketika kaki Jihye terluka, Chanyeol mengobatinya dengan hati-hati. Tak hanya itu, Jihye juga mengingat ketika melihat senyuman dan tawa Chanyeol untuk pertama kalinya, sungguh, itulah hal terindah yang tidak akan pernah Jihye lupakan.

Gadis itu kembali mengenang pesta dansa yang indah, pernyataan cinta Chanyeol, serta ciuman pertamanya yang justru tertuju pada duda beranak satu tersebut. Jihye sudah jatuh cinta seutuhnya pada Chanyeol, tanpa mempedulikan latar belakang Chanyeol, siapa pria itu, dan status serta masa lalunya. Yang gadis itu tahu hanyalah mencintai dengan tulus.

Akan tetapi, hatinya yang sedang berbunga-bunga, harus hancur berkeping-keping ketika Yejin kembali ke hadapan Chanyeol. Dari situlah, Jihye dapat menyimpulkan bahwa Chanyeol memang bimbang. Tapi, tetap saja, tidak ada gadis yang suka diduakan sepeti ini.

Air mata Jihye terus saja mengalir. Bahu gadis itu naik turun seiring dengan helaian napasnya yang memburu, suaranya begitu serak dan parau sampai-sampai ia sendiri tidak bisa mendengar suara miliknya. Entahlah, gadis itu tidak mempedulikan apa-apa lagi, yang jelas, ia ingin menangis hari ini agar tidak perlu menangisi hari esok.

"This life has twist and turns
But it's the sweetest mystery
When you're with me ..."

Jihye mendengar suara serak seorang anak kecil yang menyanyikan lagu For Life dari luar kamarnya. Sontak, gadis itu langsung mengusap air matanya, lalu membuka pintu kamar.

"We say a thousand words
But no one else is listening
I will be ..."

Jackson masih terus bernyanyi, lalu menatap Jihye dengan tatapan sendu, seolah mengerti bagaimana kondisi hati gadis Son tersebut. Jihye yang perasaannya kian bercampur aduk, langsung memeluk erat tubuh mungil Jackson.

"Noona, jangan menangis." kata Jackson, lalu bocah itu menghapus jejak air mata Jihye dengan jemari-jemari tangannya yang kecil.

"Baiklah, aku akan berhenti menangis." balas Jihye seraya mengusap habis sisa-sisa air matanya.

"Every night and every day
No matter what may come our way
We're in this thing together ..."

Jackson melanjutkan lirik lagunya. Sementara Jihye, ia mencoba untuk ikut menyanyikan lagu yang penuh makna tersebut dengan hati yang masih terluka.

"The dark turns to light
We both come alive, tonight
We're talking 'bout forever ..."

Jihye pernah bilang bahwa Jackson-lah menjadi alasan mengapa ia akan selalu berusaha menetap di rumah ini apa pun yang terjadi. Sungguh, Jihye sangat menyayangi Jackson, bahkan ia sudah menganggap bocah itu sebagai anak kandungnya sendiri. Jujur, Jihye tak pernah menyukai Jackson bahkan sejak pertemuan pertama mereka. Namun lambat laun, Jihye mulai mengerti bagaimana kondisi Jackson, mengapa anak itu berubah menjadi nakal dan sulit diatur.

Jackson itu ... dia hanya menginginkan perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Selama ini, pasti sulit menjadi seorang bocah berusia empat tahun yang sibuk les di sana-sini, tapi tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Jackson itu kesepian dan selalu menjadi penyendiri, hingga akhirnya ia bertemu dengan Son Jihye, seseorang yang kerap kali mengatur dan selalu mengomelinya. Entahlah, yang jelas Jackson lebih suka dimarahi ketimbang didiamkan. Anak itu merasa dirinya seolah hidup kembali setelah tinggal bersama dengan Jihye.

Begitulah Jihye, ia masih bernyanyi bersama Jackson dengan air mata yang terus berlinang. Munafik memang, karena Jihye bilang ia akan berhenti menangis. Sayangnya, air mata itu menetes begitu saja tanpa ia minta.

Sepertinya malam kesenduan ini akan membawa ketenangan meskipun hanya sedikit, bahkan mungkin sulit untuk dirasakan.

***

Yejin dengan perlahan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Sementara Chanyeol, ia sudah siap-siap untuk keluar dari kamar tersebut.

"Yeol, kau mau kemana?" tanya Yejin dengan lirih. "Bukankah kau setuju untuk menemaniku malam ini?" lanjutnya.

"Ya, memang benar. Aku menemanimu, bukan berarti aku harus tidur denganmu, kan? Aku akan tidur di sofa depan." ucap Chanyeol.

Yejin menatap mantan suami tersebut dengan penuh kekecewaan. "Kenapa kau tidak bisa sekali saja untuk menemaniku? Mengapa kau tidak pernah mengerti, Yeol? Aku sakit! Aku tersiksa dengan penyakitku dan kau semakin menyiksa batinku. Bagaimana jika aku mati saja sekarang?!" jerit Yejin pada kalimat terakhir. Sepertinya, gangguan bipolar perubahan mood yang drastis itu kambuh kembali.

Chanyeol menghelai napas panjang, kemudian menghembuskannya dengan kasar. "Baiklah, baik! Apa yang kau inginkan sekarang?"

Yejin tersenyum miring, melihat Chanyeol mengalah semakin membuat dirinya merasa menang. Wanita itu menepuk-nepuk sisi kasur yang kosong di sebelahnya.

"Tidurlah denganku."

Chanyeol ternganga, selanjutnya ia menatap Yejin dengan kesal. "Tidak, Yejin, aku tidak bisa!"

"Kenapa? Kau takut tidak bisa berpaling dariku, hm?"

Chanyeol mengacak rambutnya frustasi. Sungguh, ia tidak suka terjebak dalam situasi tak menyenangkan seperti ini. Namun akhirnya, mau tidak mau Chanyeol berbaring di samping Yejin. Pria itu memberi jarak beberapa senti agar bahu kekarnya tidak menyentuh Yejin sedikit pun.

"Jangan mengharapkan apa pun dariku, Yejin." ucap Chanyeol, selanjutnya ia memejamkan mata dan tidur dengan posisi membelakangi Yejin.

Aku muak atas semua tingkahmu, Yejin. Kau menghancurkan segalanya, batin Chanyeol dengan geram.

***

Tbc

Votenya bisa kali

Silahkan tinggalkan komentar (:

Ex-Idol & Me [PCY]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang