tentang rasa

28 0 0
                                    

"iya sih gue juga seandainya jadi zahra pasti berat banget beban yang harus gue pikul. Gaakan sanggup kayanya " jawab airin .

Arial menatap airin sambi tersenyum manis.

"Rin kenapa lo ga nyoba buka hati lo buat harry?"

Airin menatap wajah arial dalam tatapan airin sulit diartikan.

Airin tersenyum.

"Harus gue coba yal?" Tanya airin

"Ya lo coba aja siapa tau cocok, lagian juga kan lo udah lama banget gapacaran nah siapa tau dengan dia hubungan lo bakalan berhasil" ucap arial sambil memalingkan wajahnya.

Airin terdiam menatap arial.

"Lo bahagia ga kalau gue sama harry jadian?"
Arial mebelalakan matanya terkejut mendengar pertanyaan spontan yang airin berikan

"Ya selama lo bahagia gue ikut bahagia, sebagai sahabat yang baik" ucap arial sambik tersenyum hangat.

Arial tersenyum padahal hatinya terluka, selalu seperti itu ia tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya yang sesungguhnya.

Airin terdiam...

Hening

Hening

"Yal gue mu ngomong" ucap arini santai
Arial mentap mata coklat muda airin.

"Apa rin?"

"Yal pernah ga lo anggap gue sebagai cewek? Bukan sebagai sahabat lo?"

Arial menatap airin jantungnya tidak berhenti berdegup kencang, bibirnya bungkam padahal banyak hal yang ingin ia katakan pada gadis itu. Dalam hatinya terjadi adu argumen haruskah ia mengatakan yang sejujurnya selama ini ia pendam. Atau bahkan haruskah ia memendam lagi terus seperti ini.

"Ah gausah dijawab gue tau jawaban lo ko yal, gausah banyak mikir. Lo pasti jawab engga" ucap airin sambil menghela nafas panjang ada nada kecewa dalam bicaranya.

"Gagal lagi gue gaberani bilang apa yang sebenernya gue rasain selama ini rin" batin arial.

Airin beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kepinggir kolam renang ia duduk disana, kakinya ia masukan kedalam kolam renang sambik sekali-kali ia mainkan.

Arial menatap airin hatinya terasa sakit, arial tau betul bahwa selama ini yang ia tatap adalah airin. Arial sadar betul bahwa bertahun-tahun ia hanya mencari pelarian untuk menyadarkan diri bahwa mereka hanya seorang sahabat. Bahkan setelah berpisah dari masa putih abu tetap airin yang ada dimatanya dan tetap airin yang ia tatap dengan tatapan kekaguman.

Arial menghampiri airin dan duduk dipinggirnya, sekali lagi ia tak pernah mampu mengatakan apa yang ia ingin katakan dihadapan wanita ini.

"Rin kemarin gue ketemu reyhan" ucap arial memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.

Airin tidak bergeming ia hanya diam sambil tersenyum.

"Rin lo denger gue gasih"

"Iya iya yal. Udahlah reyhan cuma masa lalu gue" jawab airin dengan nada pasti.

"Kalau reyhan masa lalu lo, gue apa rin?" Tanya arial sambil menatap lembut gadis yang ia cintai dalam dia selama beribu-ribu hari.

Airin terdiam ia menatap mata arial dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo? Lo mah tukang bully gue dari jaman sekolah" ucap airin dengan nada bercanda nya dan diiringi tawa yang memecahkan keseriusan dalam percakapan mereka.

Arial tersenyum dan ikut tertawa .

"Ya gue adalah tukang buly paling kenceng kalau buly lo haha"

"Iye lo emang paling jago soal gituan yal" jawab airin sambil memercikan air kewajah arial.

Tanpa sadar tangan arial menggandeng bahu airin dan airin bersandar dibahunya. Selalu seperti itu mereka selalu dekat bahkan terlalu dekat.

Arial menghembuskan nafas dalam sambil memandangi kolam renang batinnya terasa hangat saat airin bersandar dibahunya dan airin merasa sangat nyaman saat ia berada dalam dekapan arial.

"Lagi-lagi kita terlalu dekat untuk saling memastikan adakah rasa yang kita punya" -Arial

BelieveWhere stories live. Discover now