Story Of Luca | 06

777 73 3
                                    

Devan menghela napasnya. Hingga bunyi 'Ting' dari lift yang dinaikinya membawa kembali kesadarannya.

Pintu lift terbuka bersama dengan terangkatnya pandangan Devan. Dan saat itulah, matanya bertemu pandang dengan manik kecokelatan yang tampak terkejut melihatnya.

"Selamat malam," sapaan itu membuat Devan kembali sadar akan keterkejutannya.

Wanita itu... dia benar datang?

***

Mereka duduk berhadapan di sofa yang ada di kamar hotel Devan. Dominasi warna emas yang begitu mewah dan elegan seakan menertawakan Devan yang hanya terus menunggu wanita itu untuk segera membuka suara. Dan Devan mulai merasa jengah.

Mata Devan masih tak lepas dari wanita yang terlihat gugup di hadapannya. Jemarinya saling meremas dengan begitu gelisah. Wajah pucat dengan napas yang tidak teratur.

Devan menghela napasnya, "Apa kau akan terus diam saja?"

Pertanyaannya berhasil mengangkat pandangan wanita di hadapannya. Mata kecokelatan itu tampak begitu sayu dan lelah. Bahkan Devan bisa melihat semburat kehitaman di kantung matanya.

"Maaf," lirihnya yang membuat Devan kembali menghela napas.

Lelaki itu menegakkan tubuhnya, menatap lurus wanita di hadapannya, "Aku yang seharusnya meminta maaf. Maaf soal perkataanku kemarin. Sungguh, aku tidak bermaksud merendahkanmu. Aku hanya-"

"Saya mengerti," potong Luca. Dengan segenap keberaniannya Luca membalas tatapan manik kehijauan di hadapannya, "Saya kemari bukan untuk membahas masalah itu."

Luca menatap lekat manik di hadapannya. Menggigit bibir bawahnya guna mengurangi rasa gugupnya. Dia bergumam sejenak, "Untuk ucapan anda kemarin, apakah anda bersungguh-sungguh?"

Devan mengernyit, "Maksudmu?" Ucapnya sedikit bingung. Pasalnya ada begitu banyak hal yang dia ucapkan kemarin.

Luca tampak mendesah, "Maksud saya tentang anda yang menerima saya untuk pernikahan kontrak ini."

Devan terdiam. Menatap lekat wanita di hadapannya. Benar seharusnya Devan tidak perlu merasa terkejut, bukankah jika wanita ini benar-benar datang itu artinya dia setuju untuk pernikahan kontrak yang Devan katakan.

"Ya, aku bersungguh-sungguh."

Luca tampak mendesah lega, "Baik. Kalau begitu bisa saya lihat perihal isi kontraknya?"

Segera Luca menerima map biru yang disodorkan oleh Devan. Membacanya dengan rinci tulisan yang tercetak di sana.

Tidak banyak hal yang dibahas hanya beberapa poin yang bisa ditangkap Luca. Seperti, waktu kontrak yang akan berakhir selama dua tahun. Lalu tidak boleh saling ikut campur urasan masing-masing, tidak diperkenankan ada kontak fisik tanpa persetujuan dan harus selalu terlihat mesra di depan umum. Satu lagi yang paling penting yaitu poin nomor satu tidak boleh saling jatuh cinta!

Jelas di sana tercetak dengan tanda seru yang merupakan sebuah larangan keras. Baiklah, Luca pun sungguh tidak berminat untuk hidup dengan lelaki kaya selama hidupnya. Jatuh cinta pada lelaki ini, mungkin adalah hal yang tidak pernah Luca pikirkan.

"Hanya ini?" Tanya Luca.

Devan mengangkat sebelah alisnya, "Apa ada hal lain yang kau inginkan? Mungkin aku bisa menambahkannya."

Luca menggeleng cepat, "Tidak ada," jawabnya.

"Kau pasti sudah mendengar tentang diriku. Aku bukanlah orang yang terlalu ribet dan bukankah itu sudah cukup untuk kehidupan pernikahan selama dua tahun?"

Story Of LucaWhere stories live. Discover now