Story Of Luca | 02

1.1K 94 6
                                    

"Selamat pagi," sapanya pada Jesper yang sudah sibuk menata buku kembali di rak.

"Kau sudah datang?"

"Iya," jawab Luca singkat dengan begitu sopan.

Jesper menegakkan berdirinya. Melipat kedua tangannya di pinggang, "Kau masih saja bersikap sopan," ucapnya. Dia melangkah sembari berkata, "Biasakan untuk bersikap santai. Aku tidak terlalu suka suasana formal dan kaku."

"Apa kau sudah sarapan?" tanyanya.

Luca menggelengkan kepalanya, "Belum."

"Bagus. Tadi aku sengaja membuat sarapan yang lumayan banyak, jadi kita bisa sarapan bersama."

Jesper melangkah menuju ruangan khusus para karyawan. Perlahan Luca pun ikut melangkahkan kakinya, mengekor di belakang lelaki itu.

"Duduk," kata lelaki itu sembari sibuk mengeluarkan beberapa hidangan dari kotak makanan.

Tanpa menunggu diperintah dua kali, Luca mendudukkan pantatnya. Matanya menatap lapar hidangan yang terlihat begitu menggiurkan.

"Apa kau yang memasak semua ini?" tanya Luca seakan tidak percaya.

"Ehm," gumam Jesper masih dengan kesibukannya. "Makanlah," ucapnya sembari memberikan sendok pada Luca.

Dengan senang hati Luca menerimanya. Dia mulai menyendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Dia mengunyahnya perlahan, sementara Jesper terlihat menunggu reaksi yang dia berikan.

"Enak," puji Luca singkat.

Hanya pujian singkat, namun hal itu mampu membuat senyum Jesper mengembang. "Benarkah?" ucapnya, lantas dia ikut menyendokan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Apa kau pandai memasak?"

"Tidak juga. Aku hanya memasak sesekali jika aku sedang ingin," jawab Jesper, masih dengan kunyahan di dalam mulutnya.

"Ah.. kerjamu nanti hanya berjaga di meja kasir. Kau bisa bukan?"

"Bukankah biasanya pemilik yang berjaga di kasir?" Luca menjawab dengan sedikit bingung.

Jesper menghentikan makannya. Matanya menatap wanita di depannya, "Memang. Tapi aku tidak suka berdiam diri di balik meja kasir dalam waktu yang lama. Itu sungguh sangat membosankan," ucapnya yang membuat senyum Luca merekah tipis.

"Aku lebih suka menata buku-buku kembali ke rak. Selain itu lebih menyenangkan, aku bisa bertemu dengan para pengunjung dan menyapanya."

Senyum Luca semakin merekah. Jesper tergolong orang yang asik saat diajak bicara. Dia cepat akrab pada siapapun. Bahkan pada Luca yang notaben baru dia kenal kemarin. Bahkan pertemuan mereka hanya sebatas interview.

***

"Ayah, berhenti mendesakku soal pernikahan!" Devan terlihat begitu kesal pada ayahnya yang lagi-lagi datang ke rumahnya membicarakan topik yang selalu sama.

Johan menatap anak semata wayangnya, "Apa kau tidak kasihan pada Ayahmu ini. Ayah sudah terlalu tua untuk menjalankan perusahan, tapi kau tidak juga segera mengambil alihnya."

Devan menghela napasnya, "Aku akan mengambil alihnya tanpa harus menikah," jawab Devan benar-benar malas dengan perdebatan yang selalu sama ujungnya.

"Tidak. Ayah tidak akan menyerahkan perusahaan itu, sebelum kau menikah. Lelaki yang belum menikah sepertimu itu, cenderung memiliki rasa tanggungjawab yang masih kurang dibandingkan lelaki yang sudah menikah."

Tepat sesuai dugaan Devan. Ayahnya pasti akan menjawab hal yang demikian. Sungguh, perdebatan ini membuatnya malas. Ayahnya selalu mengangkat topik yang sama bahkan jawaban Ayahnya pun akan selalu sama.

Story Of LucaDär berättelser lever. Upptäck nu