Bab 9 : Black Forest 1

Mulai dari awal
                                    

Untuk latihan sihir kali ini akan sedkit berbeda, sebelumnya latihan sihirku hanya memfokuskan kekuatan di tanganku dan menembak target yang berada di pohon. Kekuatan energi sihir yang bisa kita keluarkan bisa di kontrol, kekuatan paling kuat yang kugunakan bisa menghancurkan 2 pohon berdiameter 1,5 meter sekaligus. Cukup kuat untuk ukuran pemula seperti aku. Kali ini aku akan berburuh dan mencoba mengalahkan seekor monster atau sejenisnya.

"Aku harus bisa mengalahkan seekor monster atau apapun itu. Dengan kekuatanku yang sekarang aku rasa bisa mengalahkan satu atau dua ekor monster sekaligus, tergantung monster seperti apa yang harus aku lawan." Kepercayaan diri yang tinggi ini membuatku sangat bersemangat mencari buruan.

"Yahhh, mudah-mudahan aku tidak bertemu monster yang sangat menyeramkan. Hahaha...."

Terik matahari menusuk kulit, musim panas ini terasa berbeda dengan musim panas yang sebelumnya. Pohon-pohon yang sebelumnya berwana hijau berubah warna menjadi coklat kemerahan, banyak pohon yang menggugurkan daun-daunnya untuk tetap bertahan hidup. Musim panas tahun ini sangatlah panas, keringat membasahi kulitku, pakaian yang terbuat dari beberapa kulit kelinci gunung yang kubuat dulu membuat badan terasa lebih panas lagi. Meskipun begitu aku terus berjalan mencari sebuah keberuntungan, semakin jauh berjalan semakin aku masuk ke dalam hutan yang lebat.

"Bukannya ini Black Forest?" Aku mulai memandang kiri dan kananku untuk memastikan apa yang aku lihat tidaklah salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukannya ini Black Forest?" Aku mulai memandang kiri dan kananku untuk memastikan apa yang aku lihat tidaklah salah. Pemandangan yang bisa kulihat hanyalah hutan yang lebat dan gelap, pohon-pohon menjulang tinggi menutupi sinar matahari untuk masuk. "Tidak salah lagi, ini pasti Black Forest."

Black forest begitulah namanya, dikatakan Black Forest karena semakin dalam kita memasuki hutan ini semakin sedikit cahaya yang bisa masuk menerangi jalan. Akar-akar pohon besar seolah-olah menjadi tempat tinggal yang paling diminati oleh lumut dan berbagai jenis jamur yang beracun. Tidak ada rumput atau seekor tupai yang bisa kamu temui di tempat ini. Lingkungan yang seperti ini memang tidak cocok untuk hewan dan tumbuhan seperti itu.

Kenangan tentang hutan ini membuat aku sedikit ketakutan, bagaimana tidak? Pertama kali memasuki hutan ini aku dipaksa lari dengan ketakutan akibat pertarungan antara paman dan seekor monster. Aku tidak pernah tahu monster apa dan bagaimana bentuk monster yang pernah menyerang paman waktu itu, aku hanya bisa membayangkan bagaimana seramnya monster tersebut saat mendengar suara ledakan akibat pertarungan waktu itu. Monster itu bisa melukai paman dan memaksanya untuk kabur.

Lembab dan dingin, itulah yang akan kamu rasakan ketika memasuki hutan ini. Semakin dalam kamu masuk semakin menyeramkan hutan ini, bukan hanya itu, suhu udara semakin dingin dan kelembapannya semakin tinggi. Sangat berbeda dengan cuaca saat ini yang seharusnya sangat panas yang membuat daun-daun pohon berguguran. Ini sudah jauh melampaui perjalanan pertamaku memasuki Black Forest. Jalan yang semakin licin membuatku semakin berhati-hati dan waspada terhadap sesuatu.

"Ahh sial, apa aku harus terus masuk? Atau kembali dan mencari sesuatu yang lain untuk latihan?" Pikiranku mulai kacau. "Tidak! Aku harus terus maju." Tanganku mengepal menunjukan semangat dan tekat untuk terus maju kedepan. Semangatku sedikit goyah akibat situasi yang mulai menyeramkan. Tidak ada suara lain selain langkah kakiku yang sangat pelan karena medan yang licin.

. . .

Hampir 2 jam setelah aku memasuki Black Forest, tapi tidak ada satupun monster yang aku jumpai.

"Hahaha, apa monster-monster ini takut melihatku?" Aku merasa bahwa kata-kataku barusan adalah hal terbodoh yang pernah aku ucapkan seumur hidup. "Sial...," sambil menendang akar besar yang ada didepan aku menggerutu marah karena tidak ada satu monsterpun yang bisa di aku temui "ahhhhh..., dimana kalian? Keluarlah, apa kalian takut padaku?" Dengan marah aku berteriak sekencang mungkin agar para monster bisa mendengarku. Sudah tidak ada kata waspada lagi, aku hanya berteriak terus menerus sambil berjalan memasuki bagian terdalam Black Forest. Sekian lama aku berteriak tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Suaraku mulai serak akibat berteriak seperti orang gila, "haha, sepertinya aku beruntung." Aku berhenti sejenak dan mulai memperhatikan monster yang berada tidak jauh dari tempat aku berdiri, mungkin sekitar 15-20 meter dari tempat aku berdiri. Monster itu sedang tidur, di sekeliling monster itu banyak tulang yang tak terhitung jumlahnya. Tulang-tulang itu tidak utuh lagi melainkan telah hancur berkeping-keping, aku tidak bisa memperkirakan berapa jumlah monster atau makhluk hidup lainnya yang telah dijadikan makanan oleh monster itu. Aku merasa beruntung karena monster itu tidak mendengar teriakanku tadi.

"Ini kesempatanku! Aku harus membunuh monster selagi monster itu masih tertidur." Dalam hatiku aku gembira karena bisa membunuh monster itu tapi kalau dibunuh langsung tanpa bertarung aku tidak bisa menambah pengalamanku. "Ah... Setidaknya aku bisa mencoba seberapa kuat kekuatan sihirku."

Setelah berpikir sejenak, perlahan-lahan aku mulai mendekati monster itu. Berjalan di tengah lautan tulang membuat aku sangat berhati-hati agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan monster itu. Semakin dekat semakin aku bisa melihat bentuk sebenarnya dari monster itu. "Ohh siaal... Monster ini sangat besar. Monster apa ini?" Shoock, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku melihat monster sebesar ini. Dengan panjang sekitar 6-7 meter dan tinggi sekitar 3-4 meter. Monster ini terlihat seperti serigala yang telah berevolusi dari ukuran yang sebenarnya. Dengan gigi dan cakar yang bisa mencabik-cabik apapun yang dilihatnya. Sangat mengerikan.

7 meter, jarak antara aku dan monster itu. Aku tidak bisa mendekat lagi. Dengan cepat aku mulai memfokuskan kekuatan sihir di tanganku. Kekuatan yang aku salurkan adalah kekuatan penuhku, aku tidak bisa menganggap remeh monster ini setelah mengetahui betapa besar monster ini.

Suhu udara di sekitar tanganku mulai berubah, setitik cahaya yang tidak terlalu terang keluar dari tanganku yang semakin lama semakin terang sampai membungkus tanganku dengan cahaya. Suhu udara yang awalnya sedingin es berubah menjadi hangat karena cahaya itu, tapi, seterang-terangnya cahaya itu tidak bisa dilihat oleh orang lain ataupun makhluk lain. Yang bisa merasakan dan melihat cahaya itu hanyalah aku, itulah kelebihan dari penggunaan sihir. Kecuali, pemahaman sihir seseorang jauh lebih besar. Jika pemahanannya jauh lebih besar dia bisa merasakan perubahan kekuatan yang di hasilkan tapi tidak bisa melihat perbuahan yang dilakukan sebelum kekuatan itu di lepaskan dari sumber kekuatan.

Sttissssss.... Boomm

Seberkas cahaya putih melesat dengan kecepatan yang sangat cepat. Cahaya putih itu dengan cepat menghantam monster yang mirip dengan serigala tersebut. Suara yang memekakan telinga terdengar akibat ledakan cahaya tersebut.

"Apa monster itu mati?" Penglihatanku yang terhalang tanah dan tulang-tulang yang beterbangan membuat aku tidak bisa memprediksi bagaimana keadaan monster itu. Tapi aku sangat yakin monster itu pasti mati.

"Hahahah, hari ini adalah hari keberuntunganku. Sepertinya paman akan kagat kalau aku membawa beberapa bagian dari tubuh monster ini." Ekspresi kebahagian di wajahku tidak bisa disembunyikan, aku sangat senang bisa membunuh monster ini.

Grrrrr...

Tubuhku mematung tanpa gerakan apapun. Ekspresi senang diwajahku sebelumnya hilang sepenuhnya, diganti dengan rasa takut yang luar biasa. Aku tidak bisa lagi mengontrol tubuhku sendiri, aku hanya bisa diam dan tetap berdiri di tempat.

Monster yang tadinya tidur telah terbangun.

Next >>

The Deadly Clans (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang