18. Salam, Anonim (3)

399 30 6
                                    

"Oppa!! Aku marah, aku sedih, dan aku sangat cemburu!!!!"

Jong Kook tertegun mendengarnya. Kalimat itu hampir sama dengan kalimat yang di lontarkan Ji Hyo waktu itu. Saat Ji Hyo menangis, dan membutuhkan seseorang.

"Dia!! Dia yang masih berstatus pacarku!! Memeluk seseorang!!!" jerit Geun Young penuh amarah. Beberapa pasang mata mulai melihatnya.

"Hei, hei, hei... Tenang Geun Young-ah... kau bisa ceritakan semuanya perlahan, hentikan tangisanmu.. aku disini, aku disini." kata Jong Kook pelan sambil mengelus rambut Geun Young yang tengah terduduk di tanah. Mau tak mau, Jong Kook berlutut, menemani Geun Young dalam tangisannya.

"Oppa, kau tahu apa yang lebih menyakitkan?!" tanya Geun Young berapi - api, seraya menatap Jong Kook dengan wajah penuh air mata. Jong Kook menggeleng.

"Ceritakan semuanya padaku, agar kau lebih tenang. Perlahan..."

"Aku tahu siapa perempuannya!! Ak... aku... tahu siapa yang dipeluknya! Dan dia adalah.. dia adalah sahabatmu!!" jerit Geun Young tak tahan lagi. Jong Kook terdiam. Pikirannya kosong. Entah pergi kemana. Geun Young menyodorkan handphone-nya dan memperlihatkan Ji Hyo dan...

"Sial! Memang brengsek!" umpatnya. Gary. Pria yang membuat kedua perempuan yang di sayanginya itu menangis. Perempuan yang kini ia sayangi, dan perempuan yang dulu ia sayangi.

---

Ji Hyo membuka pintu kelas. Seperti biasa, kelas masih sepi. Ia datang sangat awal hanya untuk diam dan merenung. Kelas yang sepi adalah tempat favoritnya untuk menenangkan diri. Namun sayang, seseorang juga telah datang lebih awal. Seseorang itu membuka pintu dengan penuh amarah. Di liriknya sosok itu. Betapa terkejutnya Ji Hyo. Jong Kook. Lelaki tersabar yang pernah ia kenal itu, kini hampir saja merusak pintu kelas.

"Jong Kook? Ada apa?!" tanya Ji Hyo gusar. Ia tidak suka melihat perilaku sahabatnya yang gegabah itu. Namun, Jong Kook hanya melempar tas ke bangkunya dan kembali pergi keluar kelas. Hasratnya memaksa dirinya untuk mengejar, tapi tubuhnya menolak. Ji Hyo menolak untuk menjadi lebih dekat lagi dengan Jong Kook. Meskipun dia tidak memiliki rasa apapun selain sahabat, tapi rasanya ada sesuatu yang salah pada dirinya.

Ji Hyo tak begitu mengerti. Semuanya terasa rumit. Ada setitik rasa yang bahkan, dirinya tak begitu mengerti apa itu. Namun, akan sangat salah baginya jika menganggap itu cinta. Ia tak bisa mengkhianati sahabatnya sendiri. Eun Hye. Perempuan yang senantiasa mencintai Jong Kook.

---

Waktu makan siang tiba. Rasanya, waktu berjalan sangat cepat. Ji Hyo dan Eun Hye bergandengan menuju cafe. Ji Hyo tidak melihat Jong Kook di kelas, sehingga ia hanya mengajak Eun Hye. Namun, di lihatnya sosok itu, Jong Kook. Ia tengah menyantap makan siangnya sendiri.

"Itu Jong Kook oppa! Ayo!" ajak Eun Hye sambil bergegas menghampiri meja yang di duduki Jong Kook.

"Oppa! Kapan kau pergi kesini? Kami tak melihatmu keluar kelas tadi." ujar Eun Hye. Jong Kook menghela nafas. Diliriknya Ji Hyo yang hanya berdiri canggung.

 Diliriknya Ji Hyo yang hanya berdiri canggung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ji Hyo-yaaa! Ayo dudukk!" ucap Eun Hye. Ji Hyo tersadar dari lamunannya dan segera duduk. Namun, Jong Kook beranjak dari tempat duduknya.

"Aku ada urusan lain. Aku duluan." pamitnya segera setelah Ji Hyo duduk. Ji Hyo tertegun. Kondisi seperti ini benar - benar membuatnya frustasi. Entah apa yang sebenarnya terjadi.

"Eun Hye-yaa. Aku... pergi ke kamar kecil dulu, ya?" ucap Ji Hyo. Eun Hye hanya mengangguk dan membiarkan Ji Hyo pergi.

Ji Hyo segera melangkah pergi. Bukannya ke kamar kecil, ia berbelok ke lokernya. Ia terdiam sejenak di depan lokernya. Yang ia butuhkan sekarang adalah seseorang yang bisa mendengarkan ceritanya, menenangkannya. Namun, setelah melihat perilaku dingin Jong Kook, ia merasa telah kehilangan sesuatu. "Aku harap... surat itu datang lagi." harapnya seraya membuka lokernya perlahan.

Ji Hyo menghela nafas lega. Dilihatnya sepucuk surat jatuh ke kakinya. Ia mendekapnya, membayangkan ia bisa memeluk penulisnya. Sudah lama sekali surat itu tak datang. Kini, ketika ia sedang butuh seseorang, surat itu datang lagi. Seolah penulisnya tahu keadaan hatinya. Ji Hyo membuka perlahan, memejamkan matanya dan berdoa, agar isi surat itu bisa benar - benar menenangkan hatinya.

Song Ji Hyo...

Ku tuangkan segala rasa yang tak terucap
Ku beri kau petunjuk tuk bertatap
Tapi kau tak kunjung paham
Kau tak kunjung tahu
Apa yang kurasa selama ini
Belum cukup tertuang dalam kertas
Beri aku suatu arti, bahwa kau cukup mengerti
Kau tak bisa terjemahkan teka teki
Hingga aku terasa tak berarti
Buka kedua matamu dan lihat aku
Bukan dia yang menutupiku

-Kita hanyalah sepasang teman
-Jangan beritahu siapapun
-Karena hanya awal kata yang bisa beritahu

Salam, Anonim

Ji Hyo terdiam. Dia tidak paham apa maksud surat itu. Semuanya terasa membingungkan. Pikirannya sedang kacau, konsentrasinya hilang, benaknya terpecah ke dalam berbagai hal. Pada surat itu, pada perasaannya terhadap Gary, dan pada perilaku Jong Kook padanya akhir - akhir ini. Ji Hyo memejamkan matanya perlahan. Menghela nafas panjang. Air matanya mulai mengalir. Entah apa yang ditangisinya, yang jelas, semuanya terasa menyedihkan baginya. Lorong sedang ramai - ramainya, tapi itu tak membuatnya malu untuk menangis. Meskipun beberapa pasang mata telah memperhatikannya, ia tetap memaksakan diri untuk menangis. Mencoba meluapkan segala kesedihan yang ada pada dirinya.

 Mencoba meluapkan segala kesedihan yang ada pada dirinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tak akan ada lagi Ji Hyo yang ceria. Tak akan ada lagi Ji Hyo yang penuh canda."

- To be continued...
@spartace76

Sshh... It's Me! ( @spartace76 )Where stories live. Discover now