"Kenapa papa juga ikut membawaku pulang? Apa hubungannya dengan Papa? Seharusnya Papa kan sibuk mengurusi wanita janda istri baru Papa itu." Kataku ketus
"Diam kamu. Kamu tidak usah ikut campur dengan urusan papa dan jangan membawa-bawa dia." Bentaknya
"Kenapa? Apa papa enggak mau menerima kenyataan? Semua yang aku bilang benar kan? Papa membunuh Mama karena wanita itu?" Lagi-lagi gue masih menentang papa yang membuatnya semakin emosi. Mulutku tidak bisa berhenti untuk bicara.
"KAMU !!!" Papa mengeluarkan pisau tajam dari kantong celananya dan menodongku. "Jangan pikir papa enggak pernah bawa senjata kemana-mana." Katanya dengan suara tinggi
"Coba aja, Pa. Setelah papa membunuh mama sekarang papa mau membunuh aku juga? Silakan. Aku enggak takut mati. Aku sadar ternyata papa itu psikopat, pembunuh. Wanita itu mau banget ya sama papa yang hanya seorang psikopat seperti ini." Cerocosku lagi yang membuat emosi papa semakin menjadi-jadi.
"Berani-berani nya kamu menentang papa. Dasar anak kurang ajar!" Gertakknya
Dia menggerakkan pisau itu ke tanganku sehingga pisau yang di pegangnya langsung tertancap di lengan tangan kiriku. Darah mengalir deras dari lenganku. Sekuat tenaga gue menahan nyeri rasa sakit yang ada di tanganku terasa sampai ke bahu dan menarik pisau itu dari tanganku. Darah mengalir semakin deras. Bisa-bisa gue jadi kehabisan darah. Tapi ini yang memang papa harapkan dari dulu.
Gue menjatuhkan pisau itu ke bawah dan dengan nekat gue berpindah kedepan dan membuka pintu mobil. Pengawal yang ada di depan berusaha mati-matian menahanku tapi sepertinya saat dia melihat darah di tanganku dia melepaskan cengkeramannya di bajuku dan dengan penuh rasa ragu gue melompat dari dalam mobil ke luar.
Kepalaku terbentur keras di trotoar menyebabkan rasa nyeri semakin bertambah di tubuhku. Perlahan-lahan tubuhku lemas dan gue terkulai pingsan di pinggir jalan. Semuanya jadi hitam gelap.
●●●
FERDA POV
Semua terasa seperti mimpi bagiku. Tidak nyata. Impossible untuk terjadi. Gue dihubungi dengan salah seorang yang tidak ku kenal melalui nomor Viki. Katanya Viki di temukan di pinggir jalan pingsan dengan genangan darah yang berserakan di pinggir trotoar. Darah Viki.
Gue enggak nyangka ini terjadi. Dia dengan nekat lompat keluar dari dalam mobil yang tengah melaju dengan kencang dan di lihat dengan seorang pemuda. Gue masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Viki.
Sekarang, dia berada di rumah sakit di ruang ICU. Kata dokter, dia kehabisan darah. Bagian tangannya yang katanya terkena tusukan pisau harus di jahit. Bagian kepalanya terbentur sangat keras hampir bocor dan juga harus di jahit. Dan untungnya gue punya biaya untuk mengatasi masalah jahitan itu.
Gue enggak ngerti lagi apa yang sebenarnya terjadi. Apa dia sedang tertimpa masalah lagi ? Kalo iya, kenapa dia tidak menceritakannya kepadaku. Gue akan memintanya untuk menceritakan semua yang terjadi setelah keadaannya mulai membaik.
Biaya rumah sakitnya akan di tanggung oleh bokap gue. Papa juga sangat kaget saat mendengar berita ini, terlebih lagi Aqila yang mendengarnya langsung menangis karena mengetahui kalo orang yang selalu di ajaknya main-main sekarang sedang terbaring lemas di rumah sakit.
Malam ini, gue akan menemani Viki dirumah sakit dan menunggunya sampai dia sadar. Gue akan izin sekolah beberapa hari ini demi untuk menjaga Viki.
Gue sangat kasihan melihatnya dengan keadaan seperti ini, tangan dan kepala yang telah di jahit berkali-kali, cairan infus yang mengalir ketubuhnya dan pembantu oksigen yang melekat di hidungnya. Sampai sekarang dia belum sadar padahal sudah hampir 24 jam gue berada disini.
Terdengar suara gesekan pintu terbuka dengan perlahan dan terlihat dokter, beberapa suster dan mama masuk ke ruangan ini.
"Pasien Viki akan di pindahkan ke kamarnya sekarang. Keadaannya mulai membaik tapi dia belum sadar mungkin karena pengaruh infus." Kata dokter.
"Buka pintu lebar-lebar dan kita akan segera bawa dia ke kamarnya." Pinta dokter kepada suster.
Suster-suster itu mulai bergerak, membukakan pintu dan mendorong Viki diatas ranjang yang masih tertidur.
"Kamu sebaiknya pulang dulu, Fer. Istirahat di rumah nanti balik lagi kesini." Ujar Mama.
"Kalo Viki udah sadar, kabarin aku ya ma."
Tanpa membantah, gue langsung berjalan keluar rumah sakit dan mengambil motor lalu pulang ke rumah.
Gue membaringkan diri di atas kasur ku saat setelah sampai di rumah dan dengan perlahan gue sudah berada di alam mimpi
●●●
Bel pulang berbunyi nyaring di telingaku. Gue segera keparkiran mengambil motor. Hari ini setelah pulang sekolah gue berencana untuk tidak langsung pulang kerumah tapi gue akan menjenguk Viki di rumah sakit. Kemarin, dia sudah sadar dari tidur nya tapi gue belum mau memintanya untuk menceritakan semua yang terjadi kemarin. Jadi hari ini gue akan segera memintanya untuk menjelaskan apa yang terjadi tanpa ada yang dia sembunyikan dariku.
Lift berbunyi tanda pintu telah dibuka, gue langsung masuk kedalam dan memencet tombol lantai kamar yang di tempati Viki sekarang. Lantai 3. Hanya ada gue sendiri di dalam lift ini. Lift kembali berbunyi dan gue langsung berjalan menuju kamarnya.
Di kamar Viki, hanya ada dia seorang yang sedang asik makan bubur yang telah di sediakan oleh rumah sakit. Gue menyimpan tas sekolah di sofa dan duduk di samping tempat tidurnya.
"Udah agak baikan?" Tanyaku
"Iya. Kata dokter gue udah bisa jalan-jalan keliling rumah sakit hari ini." Jawabnya sambil menyimpan piring makanan yang telah habis ke meja di sampingnya.
"Jadi mau gue temanin jalan enggak?" Tawarku
"Boleh."
Gue mengambil kursi roda yang telah di sediakan di kamar dan membantunya untuk duduk di kursi roda. Dia masih tidak boleh terlalu kecapekan dan Infus masih menempel di tangannya. Gue membuka pintu kamar dan membawanya masuk ke dalam lift.
"Kita ke roof top rumah sakit ini aja ya." Kataku. Dia hanya mengangguk mengiyakan.
Di atas atap ini pemandangannya terlihat lebih indah di bandingkan dengan gedung tua yang biasa ku kunjungi setiap terkena masalah.
"Lo ingat sama gedung tua itu enggak?" Tanyaku kepada Viki
"Ingat. Gue kangen banget kesana. Kita udah lama enggak kesana ya." Jawabnya
Gue hanya mengangguk.
"Gimana ceritanya lo bisa ada di pinggir jalan dengan keadaan di penuhi darah sampai lo masuk ke rumah sakit segala?"
●●●
#NB : Bentar lagi gue bakal ukk dan bakal lama nge update. Hehe. Thanks readers yg udah mau baca
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm with you
Teen FictionKetika seorang cowok yang terlahir dari keluarga broken home yang kehidupannya terlantar secara perlahan bisa berubah karena seorang cewek disekolahnya yang membuat diri dan kehidupannya jauh lebih baik dan siapa sangka seiring berjalannya waktu dia...
Part 12 - Problem again
Mulai dari awal
