"Yang bersama pengacara itu..." jelasnya lagi.

"Kenal Segara?" tanyaku penuh selidik. Jangan-jangan bartender ini salah satu mantan pacar Segara atau mungkin salah satu sainganku?

"Wait!" aku menggenrak meja.

"Hum?" aku geleng kepala saat bartender itu menatapaku.

Aku meringis, bukan karena bartender itu tapi karena pemikiran aneh ku barusan. Bagaimana bisa aku mengatakan bartender ini salah satu sainganku?

Apa aku suka Segara?

Benarkah?

Seriusan?

Aku menggigit bibirku dan kemudian menunduk. Kutatap gelas kecil berisi minuman entah apa itu, mencari jawaban yang baru saja keluar dari otakku.

"Menurut gosip itu wanita yang mematahkan hati Segara dan membuatnya jadi gay..."

Mematahkan hati Segara?

Jadi, mereka berdua pernah punya hubungan?

"Gosip?!" aku mengangkat kepalaku.

"Pasti gosip murahan dari wartawan yang perlu menaikkan popularitas wanita itu bukan?" tanyaku sambil terkekeh.

"Lagi pula kamu siapa? Emang kenal Segara dari mana? Tabloid? Atau-"

"Ummmm... dari kapan ya??" dia menghentikan kegiatannya mengelap gelas.

"Umur dua tahun mungkin?" tanyanya padaku.

"Hah?!" aku mengedipkan mataku.

"Hahahaha..." bartender itu tertawa dan kemudian menggerakkan jari telunjuknya padaku, memberi isyarat supaya aku mendekat.

Aku ragu untuk sesaat, namun detik selanjutnya saat rasa penasaranku memuncak akupun mendekatkan tubuhku maju ke depan.

"Segara itu masih perjaka..." ucapnya yang kemudian terkikik, seolah apa yang baru ia katakan adalah hal lucu.

"Itu tidak lucu!" semburku kesal, menyesal aku mendekatkan tubuhku dan mendengar gosip aneh seperti itu.

Memangnya kalo' Segara masih perjaka terus kenapa? Aku dan dia tidak ada niat untuk-

Panas, tiba-tiba pipiku terasa panas.

Kupegang kedua pipiku, aku tidak mau bartender ini melihatku blushing saat membayangkan lanjutan pemikiranku tadi.

"Aku tahu kalian tinggal satu room di ruang VVIP..." lanjut bartender itu sambil tersenyum lebar.

Eh-

"Jangan terkejut... seharusnya aku yang terkejut. Biasanya dia..." bartender itu mengedikkan dagunya menunjuk kearah Segara. Spontan aku menoleh dan tepat saat wanita tadi menempel erat seperti lintah.

Aku segera memalingkan wajahku saat bibir wanita itu mendekati telinga Segara.

"Dasar gay aneh!" dengusku kesal.

Dak!

Tanpa sadar aku membanting gelas kecil yang ada di genggaman tanganku yang kini sudah kosong. Tenggorokanku terasa terbakar hingga aku mengernyit sambil mendesis.

"Satu lagi..." ucapku pada bartender itu yang kini menatapku dengan menaikkan satu alisnya.

"Kalian punya hubungan khusus?" tanya bartender itu sambil memiringkan kepalanya.

"Isi saja!" ucapku kesal, menyodorkan gelas itu pada bartender itu.

"Kalian pacaran? Berita di dunia maya itu benar?" tanyanya padaku dan beberapa detik kemudian dia tertawa seolah ini adalah kabar gembira.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن