Chapter #3

28.4K 2.1K 61
                                    

"Woi... Woi... Ay...!" suara super tidak bersahabat sekaligus tindakan tidak sopan yang selalu dilakukan majikanku itu benar-benar mengganggu.

"Ay..." panggilan itu kembali bergema ditelingaku dan juga tindakan tidak sopan itu kurasakan lagi.

Menurut kalian sopan tidak sih bangunin orang tidur sambil tendang-tendang kaki.

Mengganggu bukan?

"Ayyang..." suara majikanku kini terdengar lebih dekat diiringi kasurku dibagian kanan terasa bergerak.

"Lo ga bangun gue cium lo!"

"Ihhh... Lo ganggu aja deh Bi!" protesku kesal dan bangkit duduk dengan mata masih setengah sadar.

"Mama pergi ke Paris besok..." ucapnya seraya membalik-balik majalah Cosmopolitan dipangkuannya.

Aku menguap dan menyandarkan kepalaku pada bahu majikanku, Fabian Dimitri, model yang sedang naik daun.

"Mama nyuruh kita pindah..." ucapnya lagi dan aku hanya bergumam.

"Maksudnya Tante Eva, gue yang disuruh pindah ke rumah elo ya?"

Plak!

Bian menonyor kepalaku dan membuatku mengerjapkan mata serta mengerucutkan bibirku.

"Kan tadi gue bilang kita!" ucap Bian kesal.

"Kita? Elo dan gue?" aku menatapnya.

Dia mengangguk dan aku hanya melengos mengacuhkannya.

Aku bangkit menuju meja disamping lemari dan menuang air putih lalu meneguknya dengan rakus.

"Emang mau pindah kemana?" aku meneguk kembali air putih sebanyak-banyaknya karena tenggorokanku terasa kering.

"Paris?" lanjutku lagi.

Kembali kuhabiskan air putih yang tersisa di dalam gelas.

"Ke rumah Bang Segara..." ucap Bian seraya menutup majalahnya.

Byur!

"Ayyang! Lo jadi cewek jorok banget sih!!" protes Bian dan aku hanya mampu mengedipkan mata tidak percaya dengan yang baru saja aku dengar.

"Ihhh... Pantesan ga ada satupun cowok yang naksir elo! Elo jorok banget! Lap tuh mulut dan lantai!" perintah Bian seraya menutup matanya dengan majalah yang masih ada ditangannya.

"Wait... Wait... Kita berdua pindah ke rumah Abang lo?" tanyaku seraya mendekat pada Bian tanpa menghiraukan perintahnya tadi.

Ini kan rumahku, terserah bersih apa tidak.

Banjirpun suka-suka aku akan membersihkan atau tidak bukan?

"Segara?" tanyaku lagi karena belum ada respon dari Bian.

"Segara yang pengacara itu?" tanyaku masih belum yakin.

"Yang dua minggu lalu ga sengaja gue siram?" tanyaku semakin panik.

Ya, kejadian itu sudah berlalu selama dua minggu dan aku belum berani menampakkan wajahku dihadapan satu-satunya kakak Bian.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang