Prolog

55K 2.7K 150
                                    

"Ayo, Bu Ita tanya. Cita-cita kalian apa? Mulai dari Jafar!"

"Saya pengen jadi pemain sepak bola yang hebat, Bu!" jawab Jafar semangat.

"Hmmm. Semoga ya, Jafar. Ibu doakan. Lalu kamu, Fania?"

"Kalau saya pengen jadi artis, Bu!" seru Fania tak kalah semangatnya dari Jafar.

"Oke. Sekarang Ibu tanya sama Benja. Benja kan juara umum di sekolah ini. Pasti pengen jadi ilmuwan ya?" tebak Bu Ita.

Kepalaku otomatis menoleh sebal melihat Benja—pria terSOK GANTENG. TerSOK PINTAR. TerSOK KAYA dan teeeeeerSOK POPULER. Hmmm jijay sebenarnya kalau guru-guru mulai kumat memberikan pertanyaan padanya. Pasti nanti dia akan menjawab dengan gaya cool yang membuatku ingin mengulek kepalanya. Padahal ya! Dia itu adalah salah satu spesies bumi yang memiliki mulut terpedas di seantero dunia.

Dan seperti biasa tiap kali ditanya guru, dia akan tersenyum dengan sangat manis sekali di mana bisa membius semua perempuan di kelas ini. Tentunya kecuali aku.

"Saya ingin jadi presiden, Bu," jawabnya singkat.

Mataku membesar seketika. What?! Presiden. Gila. Hal itu tak pernah mampir di pikiranku. Hanya orang-orang cerdas dan kuat iman yang sanggup masuk ke dunia politik. Satu lagi. Harus baik hati! Benja tidak masuk dalam kriteria yang satu itu!

Kuperhatikan ke keadaan sekitar. Semua anak kelas menganga tak percaya mendengar jawaban Benja. Termasuk Winie—satu-satunya perempuan yang selevel dengannya di sekolah ini dan sama menyebalkannya dengan dirinya. Ya Winie duduk di sebelah Benja persis.

"Wah alasannya apa, Ben?" tanya Bu Ita tak percaya. Terlihat dari ekspresinya yang tampak kaget.

Senyum terus terpancar dari wajahnya. "Karena saya ingin berkontribusi untuk negara saya secara langsung. Menyelamatkan Indonesia dari jajahan ekonomi-ekonomi bangsa lain. Membuat Indonesia dipandang oleh seluruh dunia dan saya ingin memajukan rakyat kita agar sejahterah. Banyak, Bu, alasannya dan mungkin nggak akan cukup jika saya beberkan satu per satu di sini," terangnya lugas dan ... sombong!

Ya menurutku itu sangat sombong! Sok iye! Aku tertawa dalam hati. Rakyat kita agar sejahterah? Helloooow, dia saja anti ya denganku dan pasukanku.

"Qin, belagu banget nggak sih itu orang?!" bisik Ogil dari meja belakang ke telingaku.

Aku mengangguk cepat. "Iya. Mana bisa dia jadi presiden. Orang sombong kayak gitu nggak akan gue pilih!" balasku dengan nada bisik tertahan.

Ogil hanya menunjukkan jempolnya padaku. Aku membalasnya dengan melakukan hal yang sama. Ya meja kami di kelas ini masing-masing terdiri dari satu meja dan satu bangku.

"Kalau Winie apa?" Bu Ita bertanya pada Winie.

Winie menjawab, "Kalau saya tergantung Benja, Bu. Karena Benja menjawab jadi presiden, maka saya akan menjawab jadi wakil presidennya atau mungkin istri presiden yang bisa membantu suaminya memimpin negara." Nada bicaranya sangat meyakinkan.

Seketika mulutku tak bisa ditahan lagi. "Huuuuu ...," sorakku pelan dan para pasukanku secara otomatis mengikuti sorakanku. Kelas pun mendadak berisik.

Sontak kepala Benja dan Winie menoleh padaku. Tatapan Winie sangat sinis sementara Benja menatapku datar. Kubalas tatapan mereka berdua tanpa malu.

"Hey sudah sudah jangan berisik. Setiap orang punya cita-cita. Jadi hargai itu," ujar Bu Ita sambil mengepal tangannya ke atas sebagai tanda agar mulut kami terkatup.

"Ibu nggak nanya cita-cita Qinsy?" Lontaran pertanyaan tercetus dari bibir Benja.

Sialan! Bahkan aku tidak pernah memikirkan cita-citaku apa. Bu Ita juga sudah tahu bahwa wanita sepertiku tidak memiliki cita-cita. Ya aku sekolah saja sudah syukur. Mengerjakan PR dan tugas saja tanpa mencontek sudah sangat luar biasa. Bu Ita itu saksi hidupku aku kecil sampai gede seperti sekarang. Ya dia adalah wali kelasku sekaligus tanteku.

"Sebagai tante yang baik seharusnya menanyakan cita-cita keponakannya apa. Iya kan, Ben?" tanya Winie dibuat-buat. Benja hanya mengangguk kecil dengan senyum miring bak iblisnya.

Bu Ita alias Bibi Ita atau panggilanku padanya adalah Bita pun menatapku. Ia terlihat mendengkus sebal. Pasti ia sangat kesal melihat keponakannya yang bodohnya seperti aku. Ia tak ada pilihan.

"Hmmm yaudah. Alqinsyza. Cita-cita kamu apa?" tanya Bita padaku dengan senyum pura-pura agar terlihat wibawa.

Seketika aku panik. Cita-cita ya? Aku tidak memiliki cita-cita. Sejujurnya keinginanku hanyalah mempunyai seorang pria yang kelak akan mengerti aku. Hidup bersamaku lah merawat anak bersama. Memperhatikan tumbuh kembang anak dengan rasa saling mencintai satu sama lain. Karena jujur, aku tidak pernah pacaran. Semua orang terbiasa hormat padaku tanpa mau menembakku untuk dijadikan pacar. Dan tentunya aku mau melakukannya dalam ikatan halal.

Jadi cita-citaku adalah ....

"Menikah, Bu. Saya mau menikah dan hidup bersama dengan seorang pria yang mencintai saya dan saya mencintai dia." Jawabanku sangat lantang dan tanpa ragu.

Suasana kelas yang tadinya sudah agak hening tiba-tiba pecah karena tawa besar yang berasal dari pasukan Benja dan Winie. Mereka menertawakanku!

"Hahahaha pantas aja pasukan lo nilainya selalu ranking paling bawah. Orang bosnya aja cita-citanya cuma menikah. Hahahaha," kata Hean—salah satu pasukan Benja dan Winie.

Aku terdiam. Mulutku tak bisa melawan mereka. Kemudian kulirik Benja. Ia tersenyum miring menatapku dan menggelengkan kepalanya kemudian. Sementara Winie terus tertawa lepas.

Kupandangi pasukanku. Mereka menatapku iba. Lalu kulihat wajah Bita. Ia menepuk jidatnya seolah sudah menduga bahwa pasti akan terjadi hal konyol lagi denganku.

Aku tak terima. "Emang salah ya kalau punya cita-cita menikah?!" Aku berdiri sambil memukul meja dengan kedua telapak tanganku. Aku emosi!

"Menikah bukan cita-cita, Qinsy. Tapi kewajiban." Jawaban telak dari seorang Abenjadio yang membuat mulutku kelu tak tahu harus berkata apa.

Dan dia menjawab sambil memandang ke depan. Napasku naik turun emosi. Lihat saja nanti, Benja! Akan aku tunjukkan padamu suatu hari bahwa menikah itu juga bisa dijadikan cita-cita!!

***

Haloooooo entah kenapa ya terbesit buat cerita ini. Semoga kalian suka. Mohon sabar utk C3 dan C5 heheheh nanti pasti akan dilanjut. Ini cerita ringan aja.

Vote ya. Insya Allah fast update karena cerita ringan :))

Terima kasih,
P.a

Cita-cita : MENIKAH!Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin