31. Putri

16.1K 2.2K 143
                                    

"Adeknya Anja!"

Mami terkekeh menyambut kedatangan Anza. Sejak kehamilannya, Mami udah nggak menjemput Anza lagi. Papi nggak ngebolehin Mami keluar sendirian, termasuk buat jemput Anza sekolah. Alhasil, Anza harus di jemput Papi, yang baru-baru ini tugas Papi digantikan oleh Mang Didit si tukang ojek.

"Duh, yang disapa cuma adek aja, ya? Mami nggak, nih?" tanya Mami pura-pura ngambek.

Anza cuma nyengir lebar, kemudian dengan cepat mencium pipi sang Mami. "Halo, Maminya Anja!"

"Halo juga Anjanya Mami."

Anza terkikik senang. Dia lagi menikmati masa di mana Mami hanya miliknya seorang, karena kata Papi sebentar lagi Mami bukan punyanya Anza lagi, tapi juga punya adik bayi yang ada di perut Mami.

"Adeknya Anja, hari ini ngapain aja?" tanya Anza mengusap perut Mami. "Pasti adek bobok doang, ya? Kan di dalem perut Mami gelap."

Mami tersenyum mendengar celotehan Anza. Kadang Mami memang khawatir dengan sikap egois Anza yang sering terlihat. Tapi, bagaimana cara Anza menyapa adiknya yang ada di perut setiap hari membuat Mami yakin bahwa Anza kelak akan menjadi kakak yang selalu menyayangi sang adik.

"Mami, adiknya nggak lupa dikasih makan, kan? Udah dikasih susu juga?" Anza mengalihkan pandangannya pada Mami.

"Udah, dong. Cuma adeknya belum makan siang. Mau nunggu Kakak pulang katanya," jawab Mami.

"Oh, gitu. Oke, deh. Adek tunggu dulu, ya. Anja mau ganti baju, cuci tangan sama kaki. Habis itu kita makan bareng pakai ...."

"Sop ayam," perkataan Mami membuat mata Anza berbinar senang.

"Woah, sop ayam! Itu makanan paling enaknya Mami. Kita harus cepet-cepet makan. Tunggu, ya adeknya Anja," Anza mengucapkannya sambil berlari, tak sadar jika ucapannya itu membuat Mami terkikik gemas.

Selepas berganti baju—juga cuci tangan dan kaki—Anza menikmati makan siangnya bersama Mami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas berganti baju—juga cuci tangan dan kaki—Anza menikmati makan siangnya bersama Mami. Menu makan siangnya hari ini adalah sop ayam, seperti kata Mami tadi.

"Anja udah habis!" kata Anza meletakkan sendoknya di atas piring.

"Pinter, anak Mami," puji Mami melihat piring anaknya bersih. "Anza nggak mau tambah?"

Anza menggeleng. "Mami aja yang tambah. Biar adek di perut makannya banyak, jadi cepet besar."

Mami tertawa, tapi membenarkan perkataan Anza. Toh, Mami juga masih lapar.

"Mami?"

"Ya?"

"Mami panggil adeknya Anja apa?"

Kening Mami mengerut. "Maksudnya?"

"Anja kan panggilnya adeknya Anja. Kalo Mami panggilnya gimana?" Anza memperjelas pertanyaannya.

"Oh, panggil dedek aja," jawab Mami.

All about AnzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang