Chapter 26 : Kebenaran

523 20 0
                                    

Katanya ‘benar’ dan ‘betul’ itu sama. Tetapi, kebenaran tidak pernah sama dengan kebetulan”

Suasana sore. Arfan kini sedang berada di gramedia. Sesuai dengan perintah sekolah kalau Arfan harus membelanjakan uang 1 juta rupiah di gramedia. Boleh kurang ataupun lebih. Tapi biarpun lebih, tidak boleh melampaui angka duapuluh ribu rupiah.

Berbagai jenis buku yang boleh Arfan beli, baik itu buku tafsir, buku sejarah, biografi, ensiklopedi, kamus, bahkan buku novel pun boleh. Yang penting dibeli di gramedia yang sama. Arfan hanya cukup memberikan fotokopi sertifikat rangking paralelnya dan nanti pihak gramed akan mendapatkan uang pembayaran dari SMA Bina Bangsa.

Saat itu, sedang ada novel fantasi karya anak negeri yang menjadi Best Seller. So, kalau difikir-fikir ya, negara maju itu adalah negara penggila novel fantasi. Kemudian lagi, novel fantasi itu secara tidak langsung dapat mencerdaskan otak manusia. Karena banyak sekali inovasi-inovasi yang disajikan dalam novel bergenre fantasi.

Kekompakan tim dan kepercayaan diri menjadi karakter utama dalam novel bergenre fantasi ini. Tapi, antusias masyarakat untuk membaca novel fantasi itu sangat-sangat kurang. Apalagi penulis novel fantasinya. Hampir jarang atau bahkan tidak ada di Indonesia. Bisa dilihat di gramedia kalau novel fantasi yang ada di Indonesia itu rata-rata adalah novel terjemahan.

Seperti Harry Potter, Tunnels, Twiligh, Narnia, dan lain-lain. Bukannya itu semua adalah novel terjemahan.

Membaca novel itu memberikan sensasi tersendiri. Kalau habis baca novel spiritual misalnya, secara tidak langsung semangat kita untuk beribadah semakin kuat. Kalau habis baca novel horror, ketakutan kita akan kegelapan dan toilet semakin menjadi. Tunggu, jangan-jangan dulu Mira sebelum MOS baca novel horror dulu kali ya.

Habis baca novel teen fiction, pasti ingatan kita akan langsung terhubung dengan lingkungan sekolah terutama SMA. Masa SMA dengan segala rasa ingin tahu yang memuncak dan dengan kisah cinta yang harus untuk dikenang.

Nah, kalau habis baca novel fantasi, biasanya orang akan berandai-andai. Kalau misalnya monster itu beneran ada, gue bakalan bikin pesawat anti api dah. Biar nanti gue bunuh tuh monster dan bisa menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Habis ngayal gitu, apakah pecinta novel fantasi berhenti sampai sana? Tentu saja tidak. Pecinta novel fantasi akan mikir gimana caranya untuk membuat pesawat yang dimaksud. Kalau ekspetasinya membuat pesawat anti api, minimal-minimalnya pasti bisa bikin panci yang membuat makanan cepat matang dengan api kecil.

Begitulah. Makanya orang yang buat novel fantasi rata-rata adalah orang dari negara maju. Indonesia hanya menikmati novel fantasi dalam versi terjemahan.

Tunggu, kenapa kita jadi bicarain novel fantasi?

Jadi. Arfan sudah memilih sekitar 7 buku. Dan itu semua adalah buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Kecuali satu, itupun buku biografi tokoh. Entahlah, Arfan sangat suka meneladani tokoh-tokoh besar. Mungkin, itu pula alasan kenapa Arfan pandai berperilaku sopan.

Untuk selanjutnya, perhatian Arfan adalah bagian novel. Katanya, ada anak bangsa yang membuat novel fantasi dan berhasil menjadi Best Seller. Novel itu berjudul Ranggin Kaman karya DiesRamadhani. Entah siapa orang itu. Gak pernah denger Arfan. Iyalah, dia bukan artis pula. Mana mungkin orang pada kenal.

Benar saja, Novel Ranggin Kaman berada di antara deretan buku-buku best seller. Tidak sulit untuk menemukan novel itu. Tangannya sudah mengambil novel yang ada di sana. Dan tiba-tiba, “Woy, ini punya gue!” seperti kenal suara itu. Macam punya Mira. Ternyata memang benar, Mira.

Amygdala [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang