Chapter 25 : Persaingan Sehat

507 15 0
                                    

Dia yang datang, lalu pergi. Itu sudah biasa”

Sepuluh hari sudah berlalu, dan Arfan dipanggil pihak rumah sakit untuk menemui dokter. Mira tidak tahu saja kalau Tuhan memberikan kesembuhan bagi Mira lewat perantara Arfan.

Ya, Arfan memang sengaja disuruh ke rumah sakit untuk diberi tahu kalau berkat usahanya Mira bisa sembuh dalam waktu kurang dari perkiraan-2 minggu- sebenarnya itu atas izin Allah juga. Beruntung syaraf mata yang sempat dikhawatirkan tidak kenapa-kenapa.

Salah satu faktor pendukung kesehatannya mungkin saja dari ramuan herbal itu. Sebenarnya tidak sengaja pula si dokter nemu ramuan itu. Jadi waktu itu ada perempuan keturunan China. Dia nawarin ramuan yang katanya dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Sebenarnya dokter kurang percaya, tapi tidak ada salahnya kalau dicoba. Dan disini, Mira kayak dijadikan kelinci percobaan gitu. Makanya, selama Mira di rumah sakit dia hanya mengonsumsi ramuan herbal dan menjalani terapi.

Di luar dugaan, Mira bisa sembuh lebih cepat. Dan tujuan dipanggilnya Arfan ke rumah sakit sebernarnya untuk mengembalikan sebagian dari uang yang dia bayar waktu itu, juga untuk memberikan pesan kalau Mira benar-benar harus dijaga. Dan aktivitas sekolah sudah bisa dijalani mulai hari esok. Begitu kata dokter.

Takut Mira teriak-teriak atau apa saat melihat Arfan. Eh, ini latarnya rumah sakit, dan diprediksikan Mira akan teriak kalau lihat Arfan. Jangan-jangan Arfan setan lagi. Eiyah, kembali ke topik. Untuk mencegah hal tersebut, Arfan lebih memilih untuk SMS Natha buat segera pulang ke rumah naik taksi. Kebetulan taksinya memang sudah Arfan pesankan dan sudah berada di halaman Rumah Sakit Merdeka.

Arfan? Dia hanya mengamati mereka-Mira dan Natha- dari kejauhan. Setelah memastikan semuanya aman, Arfan lantas menyuruh supaya Tara, Niken, dan Irlen menemui Mira di rumahnya. Untuk kali ini, Arfan tidak menyuruh gengnya ngehubungi Kak Reval. Karena, dia sudah nyuruh anak buahnya buat ngeroyok Arfan. Apa pula salah Arfan sampai Kak Reval berbuat seperti itu.

*****

Keesokan hari. Baik Arfan ataupun gengnya gak ada yang ingat untuk beritahu Mira terkait perubahan susunan kelas dan kurikulum sekolah. Makanya, Mira bingung sendiri kan karena saat dia pergi ke ruang kelas X-7, anak-anaknya berbeda. Ternyata, plang di depannya juga mengatakan kalau ini bukan kelas Mira.

Nyari-nyari kan Mira itu. Sampai dengan tidak sengaja tabrakan dengan Arfan, “Heh, jalan lihat-lihat dong” teriak Mira. Kalau saja Mira tahu bahwa Arfanlah orang yang mengurus semua rumah sakitnya, akankah dia masih membentak Arfan. Juga kalau saja Mira tahu bahwa nama Arfan yang selalu dia katakan saat sedang ngigau, tidakkah dia malu kalau masih saja membentak Arfan.

“Mau saya antar ke kelas kamu?” tidak peduli dengan teriakan Mira, Arfan memilih untuk berperilaku baik.

Karena tidak ada pilihan, akhirnya Mira ngikutin Arfan pula. Karena kalau nunggu gengnya pasti bakal lama. Sementara sekarang masih terlalu pagi. Sengaja sebenarnya Mira berangkat pagi waktu itu. Karena dia sudah kangen dengan lingkungan sekolah. Kengen pengen buat usil.

“Sampai di tempat tujuan” membiarkan rasa bingung menggerogoti fikiran Mira untuk sementara, “Kamu duduk di X IPA 1. Emangnya Niken gak ngasih tahu?”

“Hah, kok gitu sih?”

“Namanya Indonesia, kurikulum bisa berubah kapan saja. Silahkan, kamu duduk dengan Niken di jajaran kedua. Permisi saya mau duduk”

Berfikir. “Heh, lo sekelas sama gu...” ucapannya terpotong.

“Ya, kita sekelas. Saya sebenarnya tidak mau sekelas dengan kamu. Abis galak” ucapnya dengan pandangan sudah terfokus pada buku matematika.

Amygdala [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang