Part 17

4.4K 97 5
                                    

Teresa menikmati sunset di ujung dermaga sendirian. Duduk di pojokan menatap jauh ke matahari yang tinggal setengahnya ditemani nyanyian merdu Charlie Puth dari headphone di telinganya. Perasaannya gak enak banget seharian ini, jadi dia mutusin buat menyendiri.

Siang tadi ia sempet pergi bareng Olin belanja. Mood-nya sempet membaik tadi, tapi begitu balik ke cottage ternyata dia down lagi. Jadi disinilah dia sekarang.

Theo berkali-kali ngajak dia bicara, tapi cuma ia respon seperlunya. Rasanya dia tuh sebel banget sama abangnya itu. Apa dia lagi kena PMS ya?. Emang tanggal-tanggal segini tuh jatahnya dia kena bulanan. Teresa mengangkat bahunya mengacuhkan pikirannya.

Sementara di cottage suasana jadi serba salah. Theo jadi pendiem dan sensi, ditanya dikit jawabnya nyolot. Yang lain jadi pada bingung mau ngapain, padahal ini malem terakhir mereka disini.

Olin gak kuat ngeliat Theo yang biasanya ceria dan super aktif jadi mellow gitu. Jadi dia memutuskan mendekati Theo. “Kak Theo. Boleh ngomong bentar?”.

Olin duduk di samping Theo begitu Theo mengangguk, menyilangkan kedua kakinya santai.

“Udah ngomong sama Tere?”

“Belum”, jawab Theo tanpa memalingkan tatapannya.

“Tere itu gak suka sama cewek itu”.

“Dari dulu juga gitu. Tapi Lin, kamu kan-“.

“Tere itu ada masalah pribadi sama cewek kakak”, potong Olin. Dalam hati ia deg-degan, takut salah ngomong.

“Kita udah gak ada hubungan apa-apa”, bantah Theo.

“Ya, maksudnya mantan kakak itu”, koreksinya. “Kakak tau itu?”.

“Masalah sepatu di kontes model itu?. Bukan Cathy pelakunya Lin”.

“Mana ada maling mau ngaku- ups. Maaf kak”, Olin menggeram dalam hati, bisa-bisanya keceplosan gitu. “Tapi bukan itu masalah yang sebenernya”.

Kali ini Theo menatap Olin sepenuhnya, menuntut penjelasan. Ia pikir selama ini ia tau semua masalah adiknya, apapun itu. Ia membujuk Olin agar cepet bicara.

“Percobaan pemerkosaan di party Yoga” tutur Olin setelah cukup lama diam.

Theo melotot gak percaya dengan apa yang baru aja ia denger dari Olin. “Apa?!, Gak mungkin. Apa maksud kamu Lin?”.

Olin menghela nafasnya, berat. Tapi ia udah terlanjur bongkar rahasia ini, jadi inilah saatnya menjelaskan semuanya.

Dalam hati ia merasa bersalah. Dulu waktu insiden itu terjadi ia emang pergi berdua ke pesta itu sama Teresa, terus gabung sama temen-temen kuliahnya. Dan Olin udah janji gak akan ceritain ini ke siapapun. “Aku ada disana juga waktu itu”.

Theo diam, berfikir. Ia mengingat-ingat kapan pesta itu, dan sedang apa dia waktu itu. Beberapa detik kemudian ia ingat, itu enam bulan lalu. Ia di Australia waktu itu, dalam misi menghindari Cathylin yang terus-terusan ngejar-ngejar dia.

Apa Cathy- “Apa hubungannya sama Cathy?”.

Olin menjelaskan detil kronologisnya tentang Yoga yang ternyata saudara Cathylin. Dan tentang teman Yoga yang disogok segepok duit sama Cathy buat nyelakain Teresa. Tapi namanya juga cowok dewasa dan normal, liat barang mulus dikit naik deh libidonya. Bukannya nyelakain Teresa dia malah njebak Teresa pake anggur beralkohol tinggi biar mabuk berat.

Untung aja waktu itu ada Alvin yang gak sengaja denger pembicaraan Cathy sama si tersangka, jadi Alvin bisa bertindak cepat. Cowok bayaran itu udah hampir aja nelanjangin Teresa di kamar tamu rumah Yoga waktu Alvin dan Olin dateng ke kamar itu. Alvin menghajarnya sampe babak belur dan mengancam Cathy. Sejak saat itulah Cathylin menghilang tanpa kabar. Sampe akhirnya kemarin pagi ia muncul lagi di bawah langit yang sama dengan mereka. Tapi Theo gak pernah tau soal ini.
***

(NOT) Brother ComplexOù les histoires vivent. Découvrez maintenant