Ulah

13.9K 288 7
                                    

Badannya benar-benar pegal. Seluruh tulang sendinya kaku dan dia juga agak flu. Pasti gara-gara angin laut kemarin.

Teresa bangun dari tidurnya dan memutar pinggangnya kekanan dan kekiri sampai terdengar bunyi krek untuk sedikit merelaxkan tubuhnya. Lalu berjalan gontai ke kamar mandi.

Beruntung dia punya cukup waktu untuk istirahat malam ini. Begitu jam menunjukkan pukul 09.00 malam dia sudah bersiap tidur dan baru bangun setelah lewat jam 07.00 pagi. Sementara Theo, setelah mengantarnya pulang semalam dia menelpon dan memberitahukan bahwa hari ini mereka dapat jatah libur. Itu dimanfaatkan Teresa untuk ke kampus. Dia sudah cukup lama mengabaikan kuliahnya. Sebenarnya dia tidak mengabaikan kuliahnya begitu saja, dia juga mengejar materi disela-sela jadwal syutingnya. Tapi beberapa minggu terakhir ini dia hampir tidak punya waktu luang bahkan untuk makan siang saja dia harus merangkapnya jadi satu dengan makan malam.

Teresa keluar dari kamar mandi dengan rambut basah berbalut handuk dan kimono mandi berwarna peach. Badannya sudah terasa lebih fresh dan lebih bugar setelah berendam air hangat. Sebenarnya dia ingin mandi air dingin, tapi dia takut persendiannya semakin kaku akibat dingin air yang menyiram tubuhnya.

Teresa keluar dari rumahnya menuju garasi sambil memakan roti panggang dalam genggamannya dan satu tangannya lagi membawa gelas kertas berisi susu putih. Masuk ke Peugeot Sport hitamnya dan memanasi mesinnya sambil menghabiskan sarapannya. Begitu sarapan dan susunya habis dilajukannya mobil kesayangannya itu meninggalkan pekarangan rumahnya dan bergabung dengan mobil-mobil lain di jalan raya.

Jalanan di Kamis pagi ini cukup lengang. Bahkan deretan mobil yang berhenti di lampu merahpun tidak sepadat biasanya. Dinyalakannya radio dan jarinya mulai sibuk dengan tuning berusaha mencari saluran radio favoritnya. Kegiatannya itu diinterupsi oleh dering ponsel di dashbornya dan nama abangnyalah yang tertera disana.

Mengingat abangnya mau tidak mau membuatnya teringat adegan ciuman kemarin. Ciuman panas dari bibir abangnya, ciuman yang sangat dalam dan intens. Diakuinya ciuman kemarin itu benar-benar hebat karna mampu membuatnya tidak bisa bergerak bahkan hanya untuk membuka matanya dan memastikan siapa laki-laki beraroma mint yang menciumnya itu. Tapi kemudian dia sadar dengan perannya dan ketakutan merambat keseluruh dirinya. Diakuinya abangnya itu really a good kisser. Tapi tetap saja, ciuman itu adalah dosa besar untuknya.

Ah. Mengingat kejadian kemarin membuaatnya lupa dengan ponsel yang masih berdering mengalunkan lagu Justin Timberlake – Mirror. Dengan cepat ditekannya tombol hijau dan ditempelkannya ponselnya ke telinga kirinya.

“Halo. Re..” sapa bang Theo disana.

“Ya, bang”.

“Udah baikan?”

“Aku kan gak sakit bang”, bantahnya.

“Maksudnya udah rada segeran kan badannya?”, tanya Theo lagi.

“Ya. Udah seger banget malah. Abang sendiri gimana?”.

“Usual. Cuma butuh sedikit refreshing aja, haha”, ujar Theo diseberang sana dengan sedikit serak.

“Abang sakit?”, tanya Teresa khawatir.

“Gak kok. Minum segelas air jahe juga langsung baikan lagi”.

“Istirahat deh bang. Nanti aku kesana”.

“Kamu mau kemana dulu emangnya?”, tanya Theo penasaran.

“Kampus bang. Lama nih ninggalin kuliah. Eh bang udahan dulu yah, mau jalan lagi nih. Udah ijo lampunya”, ujar Teresa berusaha menghentikan perbincangan mereka karna memang lampu lalu lintasnya sudah hijau.

(NOT) Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang