PART 20

4.5K 120 12
                                    

"Sayang", sapa mama Teresa yang baru datang dengan membawakan segelas jus alpukat dan setoples kacang polong. Meletakkan bawaannya di meja dan duduk di samping anaknya yang sibuk berjemur dengan novel di tangannya.

"Makasih ma", ujar Teresa lembut begitu melihat bawaan mamanya.

"Mama liat gosip di TV udah mulai membaik Re. Mereka sudah meralat semua dugaannya", ujar mamanya memulai.

"Gosip di TV ilang, tapi di pikiran mereka tetep aja masih ada".

"Tapi setidaknya gosip buruk itu tertutup dengan pengakuan abangmu".

Kali ini Teresa memandang mamanya sepenuhnya. "Dan menurut mama hubungan bang Theo dengan perempuan itu bukan hal buruk?", ujarnya.

"Mama tau kamu gak suka sama dia, mama juga sayang. Tapi biarlah abangmu menentukan pilihannya sendiri". "Untuk saat ini", lanjut mamanya dalam hati.

"Tapi kenapa harus dia ma? Banyak gadis di luar sana yang lebih baik dari dia, bahkan banyak pula yang tertarik sama bang Theo, tapi kenapa malah dia lagi?".

"Itulah takdir sayang. Mungkin mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama lagi", jelas mamanya lembut. Tapi Teresa tidak sependapat dengan mamanya. "Sayang, mengertilah. Ini semua justru menjadi jalan keluar dari masalah kalian".

"Jadi mama setuju dengan hubungan mereka?".

"Bukan maksud mama menyetujui mereka, tapi mama yakin abangmu itu belum punya niatan untuk berhubungan serius dengan seorang gadis. Dia masih di lingkaran berpacaran hanya untuk bersenang-senang".

"Kalo kita mau bermain harusnya kita pilih mainan yang bagus yang terbaik dan harusnya yang lebih baik dari mainan yang kita punya sebelumnya kan?"

"Sayang, jangan mengistilahkan dengan sebuah mainan", tutur mamanya.

"Tapi itu yang mereka-para laki-laki lakukan bukan?".

"Sayang", desah mamanya. Teresa diam saja dan malah melanjutkan kembali membaca novelnya. Jadi mamanya memutuskan untuk meninggalkan Teresa dulu.

***

"Ma, aku harus tau.... iya ma, tapi kenapa mama ngelarang aku?.... tapi sampe kapan ma?.... oh ayolah mama, mama tau siapa aku, mama satu-satunya yang mengenaliku lebih dalam dari siapapun.... aku gak serius sama dia, mama tau itu kan.... nah, itu mama tau. Mama mengenali aku.... hmm, baiklah".

Theo menjatuhkan dirinya ke ranjang milik Teresa, frustasi. Sudah empat hari Teresa pergi meninggalkan Theo yang akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini, kali-kali adiknya itu pulang jadi ia bisa langsung menemuinya. Tiga hari yang lalu ia dipusingkan dengan kemana perginya Teresa. Kalo aja ponselnya aktif, mudah saja buat Theo melacaknya melalui GPS di ponsel Tere, tapi sayangnya Teresa menonaktifkan ponselnya. Ia menghubungi semua orang yang ia pikir tau keberadaan adiknya, tapi semua orang bahkan kedua orang tuanya mengatakan bahwa mereka gak tau kemana Teresa pergi dan mereka juga khawatir. Tapi Theo merasa ada yang janggal. Biasanya mamanya akan super sibuk menghabiskan waktu untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu dengan mereka-Theo dan Teresa, tapi kali ini mamanya diam saja. Theo berpikir bahwa orang tuanya tau dimana Teresa sebenarnya, tapi mereka merahasiakannya darinya.

"Ya. Dia pasti disana".

***

Teresa baru saja naik dari kolam ketika tatapannya bertemu dengan sepasang mata cokelat milik Theo, abangnya. Hampir seminggu ia disini dan bebas dari semua panggilan bahkan nama Theo yang harus ia dengar. Semua orang disini tau apa yang terjadi di antara mereka, karena itulah mereka bahkan tidak pernah menyebut nama Theo di hadapannya. Tapi hari ini, bukan namanya yang ia dengar, tapi justru orangnyalah yang ia lihat.

(NOT) Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang