Come on spend that dirty sexy money on me

3.6K 369 11
                                    

Tiga hari kemudian, Bram mengutuki dirinya sendiri di depan kaca karena bertemu Jillia untuk pertama kalinya setelah pertengkaran mereka. Dominique memanggil pria itu datang ke rumahnya dan meminta Bram untuk segera menyelesaikan pernikahan mereka karena putri Elwood itu sudah meminta ayahnya untuk turun tangan.

"Sayang sekali, saya mau kamu yang lanjutkan Elwood tapi sepertinya Jillia tidak. Dia mau bercerai..."

Bram meringis dan memegangi telapak tangannya ketika mengingat ucapan Dominique kepadanya beberapa menit lalu sebelum akhirnya dia berdiri di depan cermin kamar mandi rumah kediaman Elwood.

Pria itu memutuskan keluar dengan hati yang masih kesal karena istri cantiknya itu berhasil melarikan diri dan membuatnya marah mendengar kata cerai. Oh, dia sama sekali tidak berminat berpisah dari Jillia setelah perempuan itu berhasil mengacaukan tiga harinya dengan memikirkan segala macam perbuatan jahatnya.

Dia jatuh cinta. Oke, baiklah Bram akui dia tergila-gila kepada Jillia. Bodohnya, dia baru sadar kalau dia tergila-gila setelah hampir kehilangan Jillia.

Pembelaan dirinya adalah dia terbiasa Jillia mengejarnya. Jadi ketika perempuan itu menjauh dan sudah tidak membutuhkannya, dia baru sadar sebagian dari kebiasaan hidupnya menghilang. Sampai kemudian melihat bahwa Rival Javaris si playboy sialan itu bahkan bersuka rela menjadi calon suami perempuan yang masih berstatus istrinya itu.

Bram tidak bisa menerimanya begitu saja. Pria sekaliber Rival Javaris tentu saja menyukai perempuan yang tidak sembarangan. Dan dia baru sadar seberapa berharganya Jillia untuknya. Apalagi ketika Rival memposting foto sialan dengan tubuh istrinya itu. Oh, terbakar sudah Bram melihatnya. Hanya dia, yang boleh, melihat tubuh istrinya. Kalau perlu, dia akan membuat Jillia memakai pakaian tertutup seperti perempuan Arab. Sekalian dia kurung di dalam rumah.

Pelayan rumah Elwood menggidik ngeri melihat Bram berjalan menyeringai memikirkan sesuatu. Dia maju dengan takut dan menghampiri Bram. "Mas Bram..."

Bram menoleh, "Sebentar lagi saya pergi, kok. Kalau saya datang lagi, jangan usir saya..."

Pelayan di depannya nampak ketakutan dan kemudian menggeleng dengan lemah. "Bukan, maksudnya... Mbak Jillia tadi minta Mas susul ke kamarnya. Katanya ada berkas..."

Bram mengangkat tangannya dengan tajam. Ah, perempuan itu. Masih saja mengungkit masalah berkas. Harus berapa surat perceraian yang dia hancurkan agar Jillia tidak menuntut cerai kepadanya. Bisa gila Bram lama-lama mendengar kata berkas.

Pria itu memutuskan berjalan menuju kamar istrinya yang tentu saja sangat dia ingat berada di lantai atas kediaman istrinya. Oh, dia punya ide yang sangat menarik. Bagaimana kalau dia minta pelayan mengunci mereka dari luar? Terdengar menyenangkan. Salah siapa mengundang dirinya ke dalam kamar? Kamar istri sendiri pula. Bukan ide buruk untuk membuat Abraham kecil dan Jillia kecil di kediaman besar istrinya kan? Siapa pula yang akan menolak masuk ke kamar istri sendiri.

Kalau bicara tidak bisa membuat dirinya mendapatkan istrinya kembali, mungkin sex bisa. Bram menyeringai ketika membuka pintu besar kamar istrinya.

...

"What the freaking hell is this, wife?" Seringai Bram tergantikan dengan kebingungan luar biasa yang dia dapatkan setelah menutup rapat pintu kamar istrinya

Begitu dia masuk tadi, dia disambut dengan tumpukkan uang berserakan di depan pintu kamar. Matanya menatap sekeliling dengan kebingungan tentu saja. Istrinya, sudah gila.

Bram tidak habis pikir bagaimana Jillia bisa menghamburkan uang sebanyak ini hanya untuk dibuat menjadi dekorasi kamarnya yang -sangat- luas itu. Tidak ada sedikitpun sisi lantai yang bebas ketika Bram lihat dengan mata kepalanya sendiri kalau lembaran uang yang bertumpuk itu bahkan berada di atas kasur istrinya.

Jillia dengan kimononya hanya mengedikkan bahunya. "Bayaran kamu sex satu malam sama aku..." Jillia menoleh ke arah samping, "Terlalu sedikit kayaknya, buat satu sesi kalo gitu"

"What?" Bram berdesis mengeraskan rahangnya, "Oh, kamu pikir aku cowok penghibur, Kali?"

"Bukan..." Jillia menyipit melihat pria itu mendekat kepadanya. Sialannya, Bram masih saja membuatnya kepanasan entah untuk apa. "Karena aku inget, aku hampir habisin semua warisan aku cuma buat kamu nikahin aku, dan tinggal di rumah..."

Bram membasahi sudut bibirnya dan membuka jasnya, "Oh, iya? Aku berasa murahan sekarang, Kal..."

"Oh iya?" Jillia tidak menjauh ketika akhirnya suaminya merengkuhnya. Mereka saling menatap meneliti bagian tubuh masing-masing. "Cukup uang ini buat bikin kamu bergairah sama badan aku?"

Bram menaikkan satu alisnya. Menarik semakin ketat pinggang Jillia agar perempuan itu tidak lari darinya. "Sengaja, kamu..." lalu dia mendaratkan ciuman panas di leher wanitanya. "Kali, i..."

Jillia menarik lebih dalam kepala Bram dan menyisir halus rambut pria itu. "Aku sampe harus bayar kamu buat ngelakuin ini..." lalu dia memekik ketika kulit lehernya terasa sakit dan menjauhkan diri dari Bram yang terlihat puas dengan seringainya, "What the fuck..." Jillia memegangi lehernya

"Oh, Kali. You don't need money to ask me..." dan semakin menarik Jillia ke dalam dekapannya. Menatap mata indah Jillia yang menatapnya tajam. "Kenapa kamu lakuin ini?"

"Supaya kita cepat cera----"

Bram membungkam bibir Jillia dengan ciumannya. "Fine. Bunuh aku dulu baru kamu jadi janda, sayang..."

"Sinting..." tapi Jillia tersenyum, mengambil lembaran uang di saku kimononya dan memainkannya di depan wajah Bram, "Ayo buka bajunya sayang..."

Bram menaikkan sudut bibirnya. Mendorong Jillia sampai kaki mereka bertabrakan dengan sisi ranjang. "Kali, aku bikin kamu nyesel..."

Jillia tidak menggubrisnya dan menampar halus wajah Bram dengan lembaran uang ditangannya. "Oh, come on. Kamu kira gampang bawa ini semua ke sini..."

"Kali..." Bram menggeram dengan menahan kemarahannya. "Jangan bikin aku tambah marah..." dia menarik tali kimono istrinya dengan cepat dan kembali berkata, "Bikin kamu hamil? Bukan masalah..."

Jillia memekik ketika tubuhnya didorong paksa sampai terjatuh ke atas kasur.

"Aku gak butuh uang kamu..."

Jillia menaikkan satu alisnya

"Kamu yang butuh uang aku sayang..."

Perempuan itu menahan wajah Bram yang hampir saja menciumnya

Bram menyingkap bagian bawah kimono istrinya, "Susu ibu hamil yang paling mahal apa sih, Kal?"

Jillia memekik ketika merasakan Bram memasuki paksa dirinya. Setelah menahan perihnya beberapa saat dia memukul Bram yang tersenyum puas diatasnya, "Belum pemanasan brengsek!"

Bram hanya tertawa dengan cepat menjelajahi leher jenjang istrinya dengan ciumannya. "Aku mau kamu teriak nama aku, Kali..."

"Bram!!!!!!!" Jillia memekik dengan kesal

I G E NKde žijí příběhy. Začni objevovat