Bad, Bad, Bad, Bad, Bad

6.4K 526 12
                                    

"Mana bini lo?"

Bram berjalan tertatih dengan seorang security memapahnya. Sialan istrinya itu, menendangnya dengan tepat sasaran membuat Bram masih meringis ketika setengah jam berlalu meringkuk diatas lantai sampai salah satu securitynya lewat

Argo membantu adiknya dengan susah payah kemudian menarik lengan Bram yang masih memegangi bagian penting tubuhnya, "Lari lagi?"

Bram menutup wajahnya dengan satu tangannya, "Dia emang suka main kejer-kejeran dari dulu..."

"Gak inget..." Argo menghela nafas kemudian, "Kenapa dia ngindarin gue juga?"

"Mana gue tau, sialan..." Bram kembali meringis dan meringkuk di kursi mobilnya, "Shit. Semua fotonya bahkan di robek sama Kali..."

"Jilli?"

"Kalila..." Bram mengerang beberapa kali. Sialnya ini masih terlalu sakit. "Cuma gue yang boleh manggil Kalila, lo jangan ikut-ikutan"

Argo hanya bisa terkekeh mendengarnya. "Ngerasa kehilangan banget, Bram?"

"Jelas..." Bram membuka matanya dan melihat ke luar jendela. "Lo gak tau rasanya, Go..."

"Apa?" Argo memainkan ponselnya, mengabari Ravenia kalau sekali lagi mereka kehilangan Jillia yang begitu saja pergi meninggalkan Bram yang kesakitan. Luar biasa.

Bram menghela nafas cukup lama. Sampai akhirnya dia berkata untuk menjawab pertanyaan tidak serius kakaknya. "Disayang sama satu orang begitu lama sampe lo gak bisa suka sama orang lain karena lo sibuk mikirin buat ngusir dia pergi atau belajar nerima dia. Tapi pas dia noleh ke yang lain, lo langsung gak terima karena lo terbiasa jadi satu-satunya pusat perhatian dia..."

"Nah, itu..." Argo memukul lengan adiknya dengan pelan. "Itu cewek yang lo sia-siain. Kenapa gak lo bilang dari dulu kalo lo sama Jillia nikah? Lo yang bego, Bram. You did that, she's done"

Bram menoleh kepada kakaknya, "Lo gak tau, lo dulu gimana, Go. Lo mengerikan"

"Ngadepin gue gak lebih menyedihkan dibanding ngedapetin lagi Jillia, Bram. Harusnya lo ngerti itu..."

Bram kembali diam dan merutuki nasibnya. Sepertinya setelah ini dia tidak bisa meminta Rival untuk memberinya kabar dimana istrinya itu.

...

"Oh, really Val? Lo brengsek pengkhianat. Lo mau gue deportase, hah?"

Rival tertawa dengan kencang memegangi perutnya kemudian mendekat kepada Jillia. Dia menggelengkan kepalanya dan menyentuh pipi Jillia yang perempuan itu tepis dengan kasar, "Kasih kesempatan satu kali, tegesin lo gak balik. Tinggalin gitu aja, boom. Disappear..."

"Halah! Ngomong terus. Lo sengaja kan bantuin dia?"

"Bokap lo yang mau..."

"Gimana?"

Rival merangkul pundak Jillia yang jauh lebih kecil dari dirinya itu. "Mr. Dominique Elwood yang terhormat mau Bram ngejer lo. Minta gue bantuin karena mereka yakin Bram gak bakalan bisa nemuin lo..."

"Kalo kayak gitu sepertinya Bapak Dominique pengen cari penerusnya dan maunya Bram..."

"That's the point..."

"Bullshit berarti kalo dia pengen balik ke gue..."

"Hm..." Rival mengangguk setuju. "Lo kenapa nikah sama dia, sih? Kan repot kejer-kejeran akhirnya..."

Jillia melepaskan rangkulan Rival dengan berjalan menuju sofa tanpa menunggu pria itu. "Kirain bisa berubah. Taunya gak. Gitu, sih..."

"Terus? Kalo ternyata dia berubah, gimana?"

Jillia terdiam. Dia tidak tahu harus mengatakannya kepada Rival atau tidak tapi dia akhirnya menjelaskan juga. "I did something..."

"Rahasia lo, aman sama gue..."

"Cih..." Jillia mendelik dengan tajam, "Ini serius dan bisa bikin lo jantungan, Val..."

Rival merubah wajahnya menjadi serius. "Argo?"

Jillia terkejut. Dia menatap curiga kepada Rival dan kemudian bertanya dengan nada menduh "Kenapa lo bisa nebak Argo?"

"Lo sama dia dari dulu deket, Ji. Percaya atau enggak, even dia pernah kecelakaan, Argo kayaknya masih sayang sama lo... Makanya gue heran kenapa dia gak balik-balik ingatannya padahal lo selalu ada di samping dia..."

Jillia menghela nafas. Ada dua kemungkinan, kejadian itu atau kejadian satunya. Antara Argo menolak kenyataan kalau dirinya Kalila atau kenyataan dirinya menikahi Bram. Sumpah Jillia bingung. "Actually, Val"

Rival menaikkan kedua alisnya melihat Jillia kebingungan

"Pas Argo sama gue kecelakaan..."

"You had a dinner with him?" Tebak pria itu karena Jillia yang tiba-tiba berubah gugup

Jillia mengangkat wajahnya dan menatap Rival tepat di wajahnya, "Even worst than that..."

Rahang Rival terbuka seketika menatap Jillia, "You didn't, did you?"

I G E NWhere stories live. Discover now