Swear we drive each other mad, she be so stubborn

3.5K 388 11
                                    

"Gak bosen dia kirim bunga? Duitnya banyak juga ya..."

"Yah, Januraksa emang tajir sih..."

"Kemaren sampe beli pesawat demi bawa turun Jillia Elwood..."

"Terus Rivalnya gimana?"

"Gak jadi tunangan sama Jillia..."

"Oke..."

"Terus Bram mutusin Monica?"

"Katanya gitu. Lucu sih mereka tuker-tukeran pasangan..."

Mengabaikan beberapa orang yang memandangi dan menggosipkan Jillia, Prasetya tersenyum kepada Jillia yang sedang mendengarkan lagu dengan ipodnya. Ravenia memintanya menjenguk perempuan yang jelas-jelas terlihat baik-baik saja di perpustakaan kota. Ada beberapa karangan bunga yang Pras yakin kiriman dari sahabatnya Bram untuk Jillia.

"Mbak Ji..."

"Oh, hai..." Jillia menyapa dengan ramah dan kembali mengernyitkan keningnya bingung ketika Pras mengeluarkan sebuah lembaran,

"Raven titip salam. Katanya kangen tapi masih sibuk ada acara fashion show. Bulan depan baru bisa pulang... Tinggal dimana sekarang?"

"Hm..." Jillia membuka lembaran itu dan terlihat tiga foto Polaroid ditempel dengan wajah Ravenia yang tampak sedih membawa papan nama dirinya, "Di scbd. Kenapa? Mau main ya?"

"Oh. Gak mungkinlah aku dateng ke tempat istri sahabat aku..."

"Oh iya..." Jillia memaksakan senyumannya kepada Pras yang sudah tersenyum tanpa dosa kepadanya. Dia baru saja ingat kalau Prasetya ini adalah sahabat Bram selain Malik Assegaf yang sering mengantarkan bunga, makan siang, dan makan malam yang lebih mirip petugas delivery dibandingkan dengan pengusaha sukses sahabat Abraham Januraksa.

"Bram habis operasi usus buntu. Kasian juga dia. Asam lambungnya naik terus. Stres berat kayaknya..."

"Yah. Tipikal, Bram. Emang susah makan dari dulu. Ada-ada aja, ck. Usus buntu..." Jillia menggerutu sambil memainkan keyboard komputernya berpura-pura sibuk. "Kenapa jadi bahas Bram? Toh ada kamu yang ganteng disini kan..."

"I need your help to punch him..."

Jillia menaikkan satu alisnya dan menatap Prasetya Prasojo yang masih tersenyum dengan sumringah di depannya. "Maksudnya gimana?"

Prasetya menyeringai kepada Jillia dan maju mendekat, "Bukannya menyenangkan ya buat Kak Jillia ngasih pelajaran ke Bram dibanding nyuekkin dia gitu aja..."

"Mending gak digubris dong..." kata Jillia dengan bingung

"Ah. Mending dikerjain dan tes kalo dia beneran nyesel atau gak, daripada penasaran dan nanyain Raven soal Bram..." Prasetya kembali tersenyum dengan manis, "Jadi, gimana?"

...

Brak!

Bram meringis memegangi perutnya, dia nyaris saja memaki ke arah pintu ketika melihat istrinya -yang semakin hari semakin terlihat bahagia dan tidak mencintainya- datang dengan membawa dua lembar tiket entah apa di tangan cantiknya.

"Kalila..." Bram meringis pelan dan menatap diam ketika Jillia berdiri dengan angkuh di depannya

"Buka bajunya..."

"You want me to what?" Bram menganga sendiri mendengar ucapan yang lebih kepada perintah itu

Jillia menatap sekeliling dan melihat tidak ada orang di sekitar. Baiklah dengan cepat dia meringsek maju dan menarik paksa baju suaminya sampai kancingnya terlepas begitu saja.

"Kamu mau perkosa aku, sekarang?"

Jillia berdecak dan menepis tangan Bram dengan cukup kuat sampai Bram meringis lagi. Dia melihat jahitan Bram dan mengambil air di gelas dengan cepat menyipratkan semua air dalam gelas itu ke tubuh Bram sampai Bram shock memandang istrinya itu.

"What have you done?!"

"Ngecek udah kering apa belum ternyata udah. Bangun kalo gitu..."

Bram bertanya dengan tidak percaya dan tanpa suara kepada istrinya yang sudah membalikkan tubuh dan mengambil sesuatu dari balik lemari. Sebuah kemeja dan celana chino panjang. "What do you want, Kalila? Aku sakit..."

"Jahitan kamu sudah kering..." Jillia memandang datar tepat di manik mata Bram -yang sangat dia rindukan- mencari kerinduan disana. Ada! "Bangun! Ganti baju kamu! Mandi kalau perlu..."

"Damn! Kalila jahitan aku..." Bram meringis kemudian. "Ini sakit, Kali..." dia menarik lengan Jillia dan memaksa perempuan itu menatapnya, "You came to my room cuma buat nyiksa aku?"

Perempuan itu menaikkan sudut bibirnya, "Bukan. Aku mau nelanjangi kamu kalo sampe lima detik lagi kamu gak ganti baju..."

"What?" Bram menatap dengan kebingungan lalu menyeringai seperti memahami maksud Jillia, "Do it..."

"Of course i will..." Jillia memajukan langkahnya lebih dekat dan membuka paksa pakaian Bram. Tidak lama kemudian dia menelan ludah dengan susah payah karena masih saja tergoda dengan tubuh Bram. Jillia melirik ke nakas dan menemukan satu set jus buah kemasan dan memilih membukanya.

"The hell!!!!! Kalila! Stop!"

Jillia tersenyum ketika selesai menuangkan hampir seluruh isi jus buah itu ke rambut Bram. "Mandi buah keren juga. Mungkin bisa bikin awet muda. Now get up..."

"Kali... Jelasin sama aku kamu kenapa?"

"Dufan, Bram. Dufan can't wait for us..."

"Dufan?" Bram mengernyit sambil menyisir rambutnya yang lengket karena sari buah yang menempel di sana. Dia melirik istrinya yang sudah menatapnya dengan tatapan memohon yang sudah lama dia tidak lihat. "Oh not again that Puppy Eyes..."

"Aku mau naik bianglala... Come come..."

Bram menyerah dan bangkit menuju kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, dia terkekeh sendiri. "Ah, Kalila. You drive me crazy..."

I G E NWhere stories live. Discover now