15. Now

42 3 0
                                    

Berkali-kali kamu mengusirku pergi
Berkali-kali pula aku akan datang kepadamu
Sampai kamu menerimaku

Arief

****

"ya Ampunnnn Anggun kamu nggak kenapa-napa."

Sebuah teriakan menyambutku saat aku pertama kali masuk ke ruangan dosen. Lidya dengan hebohnya membahana saat melihat kedatanganku. Ia memelukku dan memindai keselruhan tubuhku.

"Sssttttt Lidya, jangan berisik." Aku malu karena kini semua orang di ruangan ini memandang ke arahku.

"Habisnya kemarin aku dengar kamu kecelakaan, pas mau jenguk belum sempat karena suamiku tidak bisa mengantar, dan pagi ini kamu sudah muncul di sini." Cerocosnya tanpa henti, aku menjadi pusing sendiri mendengarnya.

"Stopppp Lid, kepalaku pusing nih." keluhku padanya

"Maaf-maaf, tapi kamu hutang cerita kepadaku kenapa kamu bisa kecelakaan terus kudengar.....

Matanya memandang ke sekeliling sebelum berujar, " Kamu kecelakaan bareng dosen baru itu ya."

What

Darimana Lidya tahu akan hal itu siapa yang memberitahunya, benar-benar seorang intel.

"Stttt, nanti aku ceritakan, akum au memeriksa tugas mahasiswaku dulu, sudah menunggu untuk ku coret-corett."

Ia menghela napas mengalah.

"yahhh baiklah, kalau begitu, aku juga mau ke kelas ada jadwal mengajar, ingat ya kamu harus cerita sama aku, dannnn jangan galak-galak jadi dosen."

"Hmmmm iya-iya pergi dari sana."
Lidya akhirnya pergi menunggalkanku, dan aku bisa sedikit bernapas lega sekarang. Lidya benar-benar membuatku tidak bisa menyimpan rahasiaku, dia sangat ahli mengorek informasi dari lawan bicaranya.

Ruangan dosen mulai ramai, karena banyak dosen yang mulai berdatangan. Ruangan kami hanya berupa kubikle bukan ruangan pribadi seperti yang dimilik oleh Rektor. Aku focus memeriksa essay yang dikerjakan oleh mahasiswa. Banyak revisi yang harus mereka lakukan terutama mengenai KBBI. Padahal mereka belajar Bahasa Indonesia dari SD namun untuk menuliskan kalimat yang benar masih sering salah. (Author pun begitu, kalau bikin surat sering dicoret-coret sama atasan)

Suara telpon kantor berdering, aku hendak mengangkatnya namun ternyata sudah diangkat oleh Sandy tetangga kubikelku.

"Anggun, dipanggil pak Bos diminta ke ruangannya." ujarnya seraya menaruh telpon ke tempat semula.

"Tumben, kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Entah, tadi si Aulia cuman minta kamu kesana, pas kutanya untuk apa dia nggak jawab."

"Oke deh, makasih ya."

Aku segera ke ruangan rektor untuk menemui Pak Ridwan.

Tok tok tok.

Kuketuk pintu di depanku, saat mendengar suara Masuk, aku langsung membukanya.

"Selamat Pagi pak," sapaku ramah, namun senyumanmu menghilang saat bersitatap dengan orang itu. Kenapa dia ada di sini.

"Ang, syukurlah."

Ia langsung bergerak mendekat ke arahku, namun aku mencoba menghindar. Kenapa dia sangat tidak sopan di depan atasan. Aku memandang tak enak ke arah Pak Ridwan.

"Sudah Rief, selesaikan masalahmu."

Pak Ridwan menepuk pundak Arief kemudian berlalu pergi.

Loh, kenapa dia tidak marah, sebenarnya ada apa ini.

Untitled - When I Love YouWhere stories live. Discover now