7. Finding

150 17 2
                                    


Arief POV

Setelah mengantar Anggun, aku bersiul senang, tampaknya dia sedikt demi sedikit mau membuka hatinya untukku. Terbukti dia tidak protes saat kucium keningnya atau dia mau protes tapi aku keburu pergi.

"Ngapain senyam-senyum, kesambet?"

Tanya Ridwan saat aku duduk di sofanya.

"Hemm." Balasku berdehem.

"Kapan Bro kamu balik ke rumahmu?" Tanyaku padanya.

"Kamu ngusir aku?"

"Suka-suka kamu sajalah." Balasku akhirnya saat menyadari sahabatku dalam mood yang tidak baik.

"Oh ya ini jadwal mengajarmu."

"Kok banyak banget."

"Dasar nggak tahu terim kasih, udah untung kamu aku izinin ngajar disini." Ucapnya.

"Sakit tahu." Saat dia memukulku dengan map yang dia bawa.

"Sakit mana sama aku yang  nggak bisa ketemu istri." Ucap dia muram.

Mulai deh, sifat sensitifnya kambuh lagi.

"Iya, iya aku minta maaf."

"Enak aja minta maaf, pokoknya sebelum istriku memaafkanku, aku akan menumpang di tempatmu."

Lama-lama aku bisa gila melihat dia seperti ini.

"Tenang aja, pintu selalu terbuka untukmu tapi ingat kamu juga bantuin aku."

"Deal, itu mah kecil, ngomong-ngomong kamu sampai kapan mau mengajar disini?" Tanyanya tiba-tiba.

Aku berpikir sejenak lalu menjawab.

"Mungkin sampai dia mau menikah denganku."

"Hahahaha, kasihan sekali sahabatku ini ditolak terus sama satu wanita."

"Kaya kamu nggak pernah ngalamin aja." Sindirku padanya.

"Setidaknya aku sudah dalam ikatan peenikahan, la kamu?" Tanyanua dengan menaikkan sebelas alisnya.

"Iya-iya, Oh ya Hari ini Anggun ngajar sampai jam 5 ya?"

"Emang dosen disini cuma dia, sampai aku memperhatikan jadwal ngajarnya?" Tanya dia ketus.

"Gitu aja marah, bagi dong bro."

"Temenan sama kamu cuma bikin aku repot aja, bentar aku cek dulu."

Ridwan kemudian bergegas membuka laptopnya.

"Oh iya, kan jadwal kamu aku bikin sama dengan dia." Ucap dia kemudian sambil terkekeh kecil

"Maksudny?" Tanyaku bingung.

"Arief dengan kebodohannya, huhh, kalau kamu sekarang nggak ngajar itu berarti."

"Dia juga nggak ngajar." Ucapku saat menyadari bahwa dia sedang free.

"Thank You bro, kalau gitu aku temuin Anggun dulu.

Tanpa menunggu balasannya aku langsung bergegas meninggalkan ruangan itu. Masih bisa kudengar jelas bahwa Ridwan kini sedang mengumpat.

Sampai di ruang dosen aku segera mencari Anggun. Akan tetapi sejak menginjakkan kaki di ruangan ini, aku merasa semua mata dosen tertuju padaku. Apa ada yang salah denganku, sepertinya aku tidak melakukan kesalahan apa-apa. Masa bodohlah, priotitasku sekarang adalah mencari Anggun. Kabar buruknya aku tidak menemukan Anggun di tempat duduknya.

"Pak Arief, mencari Anggun?" Tanya seorang wanita kepadaku.

"Iya, kemana ya, bukankah dia sedang tidak mengajar?" Tanyaku heran.

Untitled - When I Love YouWhere stories live. Discover now