10. When

119 14 2
                                    

Berjuang bersamamu
Atau memilih mundur
Karena kedepannya
Akan banyak jalan yang berliku

****

Anggun POV

Jujur saja saat melihat perempuan paruh baya itu yang tak lain dan tak bukan adalah ibu dari laki-laki yang berada di hadapanku membuatku ingin pergi dari ruangan ini.

Usianya yang bertambah tak membuatnya terlihat lebih tua. Dia masih terlihat cantik di umurnya yang tak lagi muda.

Tapi entah kenapa saat melihatnya, rasa takut secara alami muncul dalam diriku. Pikiranku langsung melayang mengingat ucapannya saat itu. Bukannya aku menaruh dendam, hanya saja aku tidak bisa melupakan apa yang wanita ucapkan padaku kala itu.

Pandanganku beralih pada perempuan di belakang ibu Arief, dia cantik dan terlihat modis. Tapi aku belum pernah melihatnya. Dan aku yakin bahwa dia bukan orang yang ku kenal sebelumnya.

"Arief, untuk apa kamu kesini."

Tante Rasti terlihat marah dengan kepadaku. Sementara Arief hanya diam terpaku tanpa membalas ucapan ibunya.

"Arief, Mama minta kamu pulang sekarang, kamu jangan mengecewakan mama lagi, pergi dari perusahaan seenaknya dan malah di sini bersama perempuan tak tahu diri itu."

Jleb

Seperti ada pisau tak kasat mata menusuk hatiku. Perkataan ibu Arief membuatku kembali mengenang masa-masa itu. saat di mana aku berada di titik terendah tanpa ada siapapun yang menolongku termasuk laki-laki di hadapanku ini.

"Mama jangan pernah menghina Anggun lagi, mama nggak tahu apa-apa."

Arief akhirnya buka suara dengan nada yang meninggi.

"Kamu bilang Mama tidak tahu apa-apa? Mama tahu semuanya Arief, kamu menolak perjodohan dengan Dhea karena perempuan ini kan?"
Ucapnya sambil memegang kedua bahu perempuan muda di sampingnya.

Jadi namanya Dhea, dan wanita ini nantinya akan di jodohkan dengan Arief.

"Sudah berapa kali aku bilang Ma, aku cinta sama Anggun, aku nggak mau wanita lain selain dia."

Mataku membelalak kaget mendengar ucapannya, padahal sudah berulang kali aku mendengar pengakuan cintanya tapi baru kali ini dia berani mengungkapkannya secara langsung di depan ibunya.

Arief masih setia menggenggam tanganku.

"Arief, kamu berani melawan Mama karena dia, astaga Nak, dia tidak mencintaimu. Perempuan seperti dia hanya bisa menghamburkan uangmu saja."

"Mama berhenti menghina Anggun, dia bukan perempuan seperti itu,dengan atau tanpa persetujuan dari Mama aku akan tetap menikahinya."

"Arief... "

Perempuan itu mencoba berbicara dengan Arief, tapi laki-laki ini langsung memotongnya.

"Dhea, kamu jangan ikut campur masalahku, sebelum habis kesabaranku, berhentilah membujuk Mamaku untuk meneruskan perjodohan ini, karena sampai kapanpun aku nggak akan pernah mau menerimamu."

Mata Dhea terlihat berkaca-kaca, mungkin dia sakit hati dengan perkataan Arief. Tanpa basa-basi, dia langsung berbalik pergi meninggalkan ruangan ini.

"Dhea, kamu mau kemana Nak."
Tanya Tante Rasti lembut.

Bahkan wanita itu tidak pernah berbicara seperti itu kepadaku.

"Arief, urusan kita belum selesai, Mama harap kamu tidak berubah menjadi anak durhaka."

Tante Rasti melangkahkan kakinya ke luar ruangan ini meninggalkanku dan anaknya di sini.

Seketika suasana menjadi hening, kami sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Mengingat ucapan Tante Rasti membuatku berpikir apakah jika aku memilih untuk menerima Arief kembali malah membuatnya menjadi anak durhaka.

Tidak

Aku tidak mau menjerumuskannya ke dalam kubangan dosa, cukup aku saja yang menderita jangan dia. Terlebih sampai sekarang aku masih ragu dengan perasaanku kepadanya.

"Arief, sebaiknya...."

Belum sempat aku menyelesaikannya, jari telunjuknya sudah terlebih dahulu menempel di bibirku, tanda untukku berhenti bicara.

"Aku mohon padamu, jangan pernah menyerah, berjuanglah bersamaku."

Aku tidak bisa berkata apa-apa, mataku seketika memanas. Apalagi saat melihat ekspresi wajahnya yang terlihat menyedihkan.

Aku tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku memang masih menyimpan rasa untuknya, tapi aku tak yakin dengan nasib kami ke depannya.

Walau bagaimanapun Ridha orang tua adalah Ridha sang Khaliq. Sebuah pernikahan tanpa restu orang tua hanya akan membuat bahtera rumah tangga selalu diambang kehancuran, dan aku tidak mau hal itu terjadi.

"Beri aku waktu Arief, untuk memikirkan semuanya."
Ucapku adanya.

Netra matanya yang hitam langsung menatap ke arahku dengan penuh pengharapan. Sebuah senyuman terbit di bibirnya.

"Iya, aku akan menunggumu, terima kasih sudah memberikanku kesempatan, aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi."

"Buktikan padaku, bahwa kata-katamu bisa dipercaya, karena aku tidak akan memberikan kesempatan lagi padamu."

"Pasti, aku tidak akan mengecewakanmu lagi, sekarang yang kamu harus lakukan adalah percaya padaku."

Aku mengangguk menyetujui ucapannya.

Sebenarnya aku ingin merutuki diriku kenapa mudah sekali memaafkan dia. Mungkin benar kata orang, perempuan mudah di luluhkan dengan perjuangan dan ternyata hal itu juga terjadi padaku.

Tiba-tiba aku merasakan benda kenyal menyentuh bibirku, hanya sekilas.

"Untuk amunisi supaya aku bisa menunggumu."

Sebelum aku memprotes, bibirnya kembali mengecup bibirku. Bahkan lebih dalam dari yang tadi. Benda kenyal itu mengecup bibirku sesekali menyesapnya. Aku merasa melayang hanya karena ciumannya.
Lidahnya mencoba masuk ke dalam mulutku, aku yang tak kunjung membukanya membuat Arief menggigit bibirku hingga membuatku memekik pelan. Kesempatan itu tak di sia-siakan lelaki ini untuk semakin menginvasi mulutku.

Aku perlahan mulai membalasnya meski tidak selihai gerakan laki-laki ini. Tanganku tanpa sadar mengalung ke lehernya untuk memperdalam ciuman kami.

Entahlah sudah berapa lama kami berciuman. Dia baru melepaskanku saat kami hampir kehabisan napas.

Napas kami terengah-engah karena ciuman tadi.

Dia mengusap bibirku pelan lalu mengangkat daguku untuk menghadap ke arahnya.

Lama kami saling berpandangan, dan di mengecup bibirku sekali lagi.

"Ich LeiBe dich."
Ucapnya mengakhiri ciuman kami.

Aku hanya diam tanpa membalas ucapannya, masih ada keraguan dalam hatiku untuk mengucapkan kalimat itu.

Entahlah selama sembilan tahun ini ada banyak hal yang telah kami lalui, aku tidak mengetahui apapun tentangnya selama ini. Dan laki-laki di depanku apakah tahu tentang apa yang terjadi selama ini kepadaku.

Semoga saja saat dia mengetahui semuanya tentangku, dia masih mau bersamaku. Karena mulai detik ini aku mau berjuang bersamanya.

Jika mencintaimu
Membuatku merasakan rasa sakit lagi
Apa yang harus aku lakukan?

****

Selamat membaca dan Terima kasih atas vommentnya, 😉

See you

Tuhan, apa yang sedang aku pikirkan saat menulis part ini, 😂😂😂
****

🌿🌺 20 Januari 2018🌺🌿

Untitled - When I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang