Nine

17 2 0
                                    

Happy reading!

David mencoba memahami isi dalam kertas yang dipegangnya. Rumus-rumus didepannya membuatnya mengantuk. Johan yang didepannya merasa baik-baik saja melihat soal kimia didepannya dan mulai mengerjakan satu persatu.

Ya, entah kenapa Bu Aulia, si guru kimia, suka memberi kuis akhir-akhir ini. Tak masalah bagi Johan karena memang dia pintar, tapi masalah buat yang lain karena bagi mereka soal kimia seperti dongeng anak-anak yang membuat mereka menjadi ngantuk.

Bu Aulia sedang asik mengawasi murid-murid didepannya sambil menikmati secangkir teh yang sudah menjadi ciri khasnya ketika mengajar. Sambil sesekali membaca berita dalam gadgetnya, para murid justru memanfaatkan momen seperti ini untuk menyontek.

David mencolek pundak Johan. Seolah paham apa maksud colekan itu, Johan langsung memerlihatkan kertas jawabannya untuk David. Sambil memasang mata siaga, David mulai memahami jawaban Johan, lalu menjawab sendiri ketika dia sudah paham langkah-langkah rumusnya.

Untung hanya ada 3 soal. Johan tak sampai membutuhkan waktu lebih dari 45 menit mengerjakan kuis ini. Dan sudah jadi kebiasaan Johan yang akan mengumpulkan jawabannya jika David sudah dipastikan bisa mengerjakan sendiri dengan lancar.

Mereka selesai mengerjakan kuis dan langsung diperbolehkan keluar kelas. Beruntungnya, pelajaran kimia adalah pelajaran terakhir. Artinya, mereka bisa langsung pulang.

Johan dan David menunggu Dion di kantin. Mereka hari ini latihan karena perlombaan sudah 2 bulan lagi. Kali ini mereka mencoba studio lain yang letaknya tak jauh dari rumah Dion. Kalau kata Dion sih, coba suasana baru biar nggak bosen.

Sambil menunggu Dion, Johan dan David memesan minuman di salah satu stan langganan mereka. Setelah memesan, mereka duduk didepan stan. Tiba-tiba Tania menghampiri mereka sambil membawa beberapa lembar kertas.

"Hei Jo! Laporan gue udah kelar nih. Tinggal punya lo kan yang belom? Sekalian deh titip, kan nanti di jilid jadi satu. Gimana?" serang Tania tiba-tiba sambil menggenggam hasil laporan biologinya.

"Hmm.. " respon pertama Johan. "yaudah mana" lanjut Johan sambil mengulurkan tangannya meminta kertas yang digenggam Tania.

Senyum Tania mengembang. Lalu dia menyerahkan hasil laporannya ke Johan. "Thanks ya Jo! Nanti gue ganti bayar jilid nya" kata Tania.

"Gampang lah Tan tenang aja kalo itu" jawab Johan sambil menerima minumannya dari mas-mas stan.

"Okedeh. Gue duluan ya. Bye!" Tania menepuk pundak Johan lalu berbalik pergi. Oh, bukan pergi. Lebih tepatnya kerja.

"Take care!" sahut Johan spontan.

"Wait wait.. Baru ini gue lihat lo bilang 'take care' sama cewe!" David yang daritadi mendengarkan Johan dan Tania akhirnya shock mendengar sahabat nya.

"Ha? Lo aja yang ga pernah liat gue yang bakal bilang gitu juga sama temen-temen cewe gue" jawab Johan heran.

"Gue udah sama lo dari kelas satu kali Jo. Udah hafal gue sama lo" respon David sambil tertawa.

"Iya ya, gue sama lo udah 2 tahun barengan dong. Moga kita langgeng ya" Johan mulai melingkarkan tangannya ke leher David dan menyenderkan kepalanya di bahu sahabatnya itu sambil memasang muka genit.

David mulai menjauh dari Johan sambil berusaha menyelamatkan dirinya dari tangan si Johan.

"Lo efek gapernah pacaran kali ya Jo jadi homo kayak gini" kata David kemudian setelah lolos dari Johan. Dengan tampang meledeknya tentunya.

🎼🎼🎼

Tania POV

Akhirnya pulang agak cepet, batin Tania. Setelah menemui Johan, untuk menyerahkan tugasnya, dia memutuskan untuk pulang. Tak jarang juga Tania pulang naik angkot kalau masih ada waktu menunggu. Seperti saat ini. Kalau biasanya Tania pulang jam setengah 3, sekarang dia pulang 30 menit lebih awal karena jam terakhirnya hanya kuis. Beruntungnya dia bisa mengerjakan dengan lancar.
Keberuntungan lain adalah, jam segini, Tania lebih mudah mendapatkan angkot. Dan ya, saat ini dia sudah perjalanan menuju rumah nya yang hanya memakan waktu 20 menit dari sekolahnya.

Tania sudah sampai dirumahnya. Rumah berdesain minimalis milik keluarganya bisa dibilang rumah yang cukup luas. Sebenarnya keluarga Tania adalah keluarga kaya. Ayahnya yang bekerja sebagai arsitek di perusahaan ternama mampu membuat rumah yang luas dan indah ini sebagai tempat tinggal keluargamya. Mamanya juga memiliki usaha fashion yang namanya mulai melambung. Tapi sayang, disaat usahanya yang mulai berkembang, mama Tania baru menyadari ada kanker yang sedang bersarang ditubuhnya. Walaupun penyakitnya sudah ada di tahap stadium 2, mama Tania tetap mengurusi usaha nya.

"Hai mama!" sapa Tania pada mama nya yang sedang melihat tv di ruang tengah.

"Tumben nih udah pulang? Gurunya pada rapat? Apa jangan-jangan kamu bolos?" tanya Clara, mama Tania, yang sekarang menoleh ke anak perempuan satu-satunya.

"Nggak bolos lah ma, Tania anti bolos ya" jawab Tania dengan muka sombongnya dan disusul dengan tawa kecil Tania. Mamanya hanya melirik Tania yang menandakan kalau mamanya sedang serius.

"Tadi jam terakhir kelas nya cuma kuis. Jadi yaa.. Tania pulang cepet deh" Tania melanjutkan sambil duduk disebelah mama nya. Tak lupa dia juga mengambil keripik pisang yang dibikin mamanya di meja depan tv.

"Gimana kuisnya? Gampang?" begitulah Clara, pertanyaannya tidak ada habisnya. Biasanya kalau seperti ini, berarti Clara merindukan anaknya. Dan perhatian pada anaknya tentunya.

"Gampang-gampang susah, ma. Tapi tadi lancar sih" jawab Tania.

"Oh iya, tadi ada itu lho, siapa sih temenmu cowo yang dulu sering kesini tuh. Siapa? Darian ya namanya?" tanya Clara sambil mengingat-ingat nama Darian.

"Darian ma? Ngapain kesini? Tumbenan amat" jawab Tania heran.

"Tuh dia ngasih buku kamu yang dulu dipinjem dia katanya. Terus nanya kamu sudah pulang apa belom" Clara lalu mengambil buku yang dimaksud disebelahnya, dan memberikannya pada Tania.

"Ini bukunya. Tapi dulu dia sering kesini kok sekarang jarang Tan? Padahal anaknya baik lho" tanya Clara yang tidak tau kalau Darian adalah mantan Tania. Tania memang tertutup masalah hubungan pada mamanya. Dia belum cerita pada mamanya tentang hubungannya dengan Darian.

"Sama-sama sibuk, ma. Lagian udah beda sekolah jadinya susah juga ketemunya. Tania keatas ya ma, udah jam segini nih Tania siaran" Tania pun menghindar dari pertanyaan mama nya selanjutnya. Clara tidak menyadari anaknya yang menghindari pembahasan Darian.

Menurut Tania, membahas tentang relationship belum saatnya waktu itu, waktu Tania masih kelas 1 SMA. Itu juga karena Tania takut kalau cerita tentang Darian, karena sebenarnya Tania masih belum boleh pacaran saat itu.

Gatau deh kalo sekarang bakal boleh apa engga. Batin Tania tentang relationship nya. Tanpa ambil pusing, Tania langsung masuk kamar mandinya dan menenangkan dirinya dengan mandi air hangat.

Her VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang