One

80 7 1
                                    

"Lo kenapa Jo?"
David yang dari tadi duduk didepan sahabatnya, menunggu Johan cerita tentang masalahnya.

"Daripada lo bingung mending lo makan deh. Nasi pecel masih enak apalagi buatan Bu Sri noh" lanjut David sambil mengarahkan dagu nya di stan nasi pecel Bu Sri.

Walaupun suasana kantin sekolahnya cukup ramai, tapi Johan tetap memikirkan masalahnya. David yang daritadi sudah banyak bicara tapi tak didengar Johan mulai kesal melihat respon sohibnya itu.

"Njir gue ngomong gak didenger nih. Gue tinggal pesen pecel dah" keluh David

Johan menarik napas dalam. Mulai memperhatikan sekitar, baru sadar tempat yang dia pijak sekarang rupanya cukup ramai. Membuatnya lupa tentang apa yang sudah dipikirkannya sejak tadi.

David kembali ke mejanya lengkap dengan sepiring nasi pecel Bu Sri dan segelas es teh jumbo. Johan melihat sekilas pecel pesanan sahabatnya itu lalu menatap David.

"Nah udah sadar lo. Nih mau gak lo?" David mulai mengambil sesendok nasi pecel lalu memakannya lahap.

"Kalo lo yang bayarin, gue mau lah" jawab Johan nyengir lalu mengambil es teh jumbo punya David dan mulai menikmati segernya minuman itu.

"Minum gue njir. Beli sendiri napa" David yang baru sadar minumnya disambet Johan merebut es teh nya dari tangan Johan. Johan tertawa puas dapet minum gratis dari sahabatnya itu.

"Bingung gue. Kita mau nyanyiin apa nih buat audisi tiga bulan lagi?" akhirnya Johan mulai membahas apa yang dia pikirkan sejak tadi.

"Lah jadi lo mikirin itu? Yaelah Jo masalah cuma kaya gini mah tenang aja, mikir amat lo" ternyata bicara sambil makan bukan hal yang susah bagi David, menjawab pertanyaan Johan. Pecel yang tadi penuh sudah mulai habis pelan-pelan karna memang David kelaparan dari masuk sekolah.

"Yaiyalah gue mikir, gue ngejar hadiahnya. Bayangin aja band kita bisa diproduserin sama artis ternama, terus band kita jadi terkenal. Asik kan tuh"

"Makan lo cepet amat, udah gak makan berapa tahun?" tambah Johan melihat piring sahabatnya mulai kosong.

"Nih ya gue kasih tau..." David menelan kunyahan terakhirnya lalu melanjutkan

"Pertama, masalah kita mau nyanyiin apa, mending mulai sekarang kita cari deh lagu-lagu yang kita banget. Kedua, gue laper banget dari pagi dan pecel Bu Sri sumpah enak bikin kenyang" jawab David sambil senyum sumringah karena lapernya terbayar sudah.

Senyum manis mulai terlihat di muka Johan setelah mendengar David barusan. Sambil mengangkat telunjuknya seolah-olah Johan paham apa yang dibicarakan David.

"Bener nih bener, mending kita cari-cari lagu dulu deh. Tapi bosen gue sama youtube, sumber lain kek buat cari lagu apa ya?" kata Johan mulai menyambar es teh David yang tinggal setengah gelas. Kali ini David tidak protes melihat es teh nya berpindah ke tangan orang lain.

"Hmm.. Gue tau Jo!" lalu David mengeluarkan hp dari saku nya dan mulai mencari Radio dalam hp nya. David menyodorkan hpnya yang sudah membuka aplikasi Radio lalu tersenyum lebar.
"Permasalahan selesai" lanjut David

Johan yang paham maksud David langsung ikutan nyengir lebar.
"Tumben pinter lo. Efek kenyang ya lo?" sambung Johan sambil tertawa menggoda sahabatnya itu lalu mendorong es teh ke arah David.

"Yee! Gue emang pinter, lo aja gak sadar" seketika David sewot menanggapi omongan Johan lalu melempar tissue ke arah laki-laki didepannya itu. Tapi lemparannya melesat membuat Johan tertawa lepas melihat ulah David.

"Sewot amat sih. PMS nih kali" lanjut Johan tak henti meledek David. Kali ini tidak ada pembelaan dari David, hanya tawa kecil yang terlihat.

"Tuh cewe lo Dav. Ngga lo ajak istirahat bareng kita aja?"
Johan melihat Delia, cewe kelas 2 yang berarti adek kelas Johan dan David ini terlihat berjalan sendirian sambil membawa buku tulis mengitari kantin. Sepertinya Delia mencari seseorang.

David menoleh ke arah pandangan Johan, mencari orang yang Johan maksud disana. Toleh kanan, toleh kiri, pandangannya stuck pada satu orang yaitu Delia.
"Buset cantik amat cewe gue" lalu pandangannya beralih ke Johan.

"Lo kaya baru lihat Delia aja Dav, lebay lo" Johan menanggapi dengan tawanya lagi.
Tiba-tiba seorang cewe berhenti disamping mereka. Menyodorkan buku tulis bersampul cokelat yang sudah sobek pinggirnya. Delia Faradiba, nama itu terlihat jelas di sampul buku tulis itu.
Kompak, Johan dan David menoleh pada pembawa buku setelah melihat buku coklat jatuh didepan mereka.

"Nih.. Katanya pinjem catetan kimia. Tumben banget pinjem. Punya anak kelas 2 lagi kan kamu kelas 3" Delia membuka suaranya pada David.

"Hehe makasih yaa Sayang. Nanti aku beliin ice cream deh yaa" David reflek menggeser duduknya bermaksud bagi tempat duduk bersama Delia.

Sebuah senyuman mengembang dari wajah Delia yang manis itu. Tingkahnya seperti anak kecil yang senang mendengar ice cream dari pacarnya, "Hmm, janji yaa Mc Flurry pulang sekolah" sambung Delia senang.

"Iyaa nanti beli deh. Duduk sini dulu syaratnya" David menepuk nepuk kursi kosong disampingnya tempat pertama dia mendudukinya.

"Nggak ah, mau balik. Abis ini ada ulangan, belom belajar." Delia mulai menyadari kalau David tidak sendirian.
"Eh kak Johan. Hai kak!" sapa Delia ramah.

"Hai Del! Mau balik lo? Padahal David kangen sama lo tuh katanya. Ya kan Dav?" David tau sahabatnya ini sedang menggodanya. Memang David gampang kangen sama Delia, tapi dia selalu gengsi menunjukkannya apalagi didepan temannya yang satu ini.

"Ih sotoy lo Jo. Udah-udah kamu balik aja yaa, semangat ulangannya sayang" David langsung mengalihkan pembicaraannya sebelum Delia tau kalau wajah cowo satu ini sudah mulai merah karena omongan sahabatnya tadi.

Sia-sia, Delia sudah tau wajah David memerah lalu tertawa kecil. Dia tau David merindukannya dan David malu kalau ketahuan seperti tadi, jadi Delia santai menanggapi "Yaudah, aku balik yaa. Pokoknya Mc Flurry nanti! Daah" Delia berlalu meninggalkan dua laki-laki tadi sambil senyum bahagia karena dia akan mendapatkan es krim favoritnya. Dan tentu saja bahagia karena David merindukannya.

Johan yang masih penasaran dengan buku tulis di tangan David, menunjukkan muka heran nya pada David. David yang sudah hafal tiap ekspresi sahabatnya ini mengibaskan buku catatan coklat yang sedaritadi dipegangnya.

"Lo lupa besok ada kuis kimia? Siswa macam apa lo Jo" kata David sambil menyedot es teh terakhirnya.

"Buset gue lupa! Tapi untung deh gue pinter" tentu saja Johan menjawabnya dengan cengiran khasnya.

"Pinter di kimia doang sombong lo. Cabut deh yuk!" lalu mereka berjalan meninggalkan kantin yang sudah mulai sepi.

🎼🎼🎼

Her VoiceWhere stories live. Discover now