"Burung itu pertandanya. Burung yang selalu berbunyi ketika malam tiba tepat berada diatas kepalaku. Oh tidak.. ini benar-benar tidak masuk akal." Gumamku sambil menengadahkan pandanganku ke atas. Ini memang masa yang sulit dihadapi, aku yang belum mengerti banyak tentang kehidupan hanya berharap keputusan yang kuambil akan berbuah manis.

"Logie sedang apa kau di sini?" Anna menghampiriku membawa buah apel dan memberinya padaku. Sambil memakan apel aku menceritakan apa yang terjadi.

"Menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Mata kelabunya meredup melihatku. Aku membisikkan sesuatu ditelinganya.

"Kau yakin itu berhasil?" tanya Anna.

"You have to try it." Aku menatap dalam mata kelabunya untuk meyakinkan dia. Anna tersenyum datar.

"I will."

***

Malam menjelang, seperti biasa suara burung Tanager Dewata terdengar di atas tenda besar yang aku tempati bersama Anna. Tepat pukul 00.01 am Anna memulai mantranya dengan memejamkan mata dan mulutnya yang terkedang bergerak-gerak, entah apa yang dia ucapkan. Ya bisa di bilang mantra karena waktu sparkling fairy mendekatinya pikirannya memang tidak fokus pada pemandu, Anna malah berimaji bahwa kelak di scene film Percy Jackson selanjutnya akan ada hal-hal yang lebih fantasy semisal adanya kekuatan peri pada seorang Annabeth, alhasil kenyataannya memang ada sparkling fairy yang memberi perlindungan padanya, sampai seorang Anna menjadi sosok yang dielu-elukan oleh suku pedalaman olyxan yang terkenal menakutkan.

Benar saja segerombolan sparkling fairy berkerumun di atas tenda besar dengan kepakan sayapnya yang halus sehingga menyamarkan suara burung tanager dewata. Pada saat itu kami pun beraksi.

"Logie, sebaiknya kita pergi sekarang?" Anna melirik kearahku. Aku pun mengangguk. Kami mulai meninggalkan tenda besar seperti seorang maling yang mengendap-endap. Kami menyusuri jalan setapak yang penuh dengan semak berduri dengan pencahayaan lampu ponselku, tapi sialnya ditengah perjalanan ponselku mati, untung saja ponsel Anna masih kuat bertahan untuk waktu sekitar 3-4 jam. Jarak tempuh dari tempat suku Olyxan menuju tepi sungai amazon memakan waktu sekitar 1 jam, dan akhirnya kami pun sampai ditepi sungai amazon dengan selamat tanpa kutemui satu orang pun suku olyxan.

Aku menyeret bamboo boat ke tepi sungai amazon, lalu kami menyusuri sungai amazon yang sangat begitu panjang hanya bertenaga kayuh dari bambu, cukup menguras tenaga. Langit sudah berubah pertanda siang menjelang. [masih] di sungai amazon, Anna terlihat terkantuk-kantuk mengayuh bamboo boat.

"Lebih baik kamu istirahat, sepertinya sebentar lagi kita akan segera sampai." Aku sambil mengayuh. Sekitar 2 jam lebih lamanya, akhirnya kami sampai di dermaga tempat kami pertama kali menyusuri sungai amazon bersama kru. Terlihat di sana berderet kapal feri yang siap mengantar wisatawan menyusuri luasnya sungai amazon.

Waktu menunjukkan pukul 5.35 am ketika sampai di tepi dermaga, belum ada aktifitas di sekitar dermaga, semua nampak sepi, bahkan lampu-lampu di tempat penginapan dan cafe masih menyala. Ku lihat wajah Anna yang lelah aku memutuskan untuk istirahat sejenak di dermaga. Namun Anna menolaknya.

"Sebaiknya kita langsung pergi dari sini." Anna menoleh padaku.

"Alright." Jawabku.

Kami menunggu di halte yang cukup sepi untuk menunggu bis menuju pusat kota Sao Paolo. Sekitar dua jam lebih kami menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu datang juga. Di perjalanan kelelahan menimpa kami dan kami pun tertidur.

Ilha Pov

"Que, cepat bangunkan Putri Anastasya. Dia harus segera makan makanan ini agar kondisi dia dan bayinya sehat selalu. Aku tahu ini awal dari kebangkitan suku olyxan dan kesejahteraan hutan amazon." Ilha menyuruh istrinya, Que tersenyum bahagia dan dia bergegas menuju tenda besar.

"Putri Anastasya..." Panggilnya pelan.

"Putri Anastasya sudah bangun, hari sudah siang. Makanannya sudah siap." Que memanggil Anna beberapa kali, namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam tenda besar. Lalu Que mencoba menyibakkan tirai dari kulit sebagai pintu masuk ke tenda besar. Namun apa yang dia lihat, Que terllihat syok ketika dia tidak mendapati Anna dan Logie berada di dalam tenda, semuanya kosong hanya ada tempat tidur dan baju pengantin yang di pakai Anna dan Logie. Melihat kenyataan itu, Que berlari menghadap Ilha dengan nada suara bergetar seperti hendak menangis, Que menceritakan yang ia lihat. Sontak mata besar Ilha mendadak merah, dia merasa dibohongi oleh Anna dan Logie.

Ilha benar-benar marah, dia keluar dari tendanya sambil mengucapkan mantra dengan keras, sontak para suku olyxan berkumpul membentuk formasi lingkaran mengelilingi Ilha. Ilha menengadahkan wajahnya dan mengangkat kedua tangannya yang diikuti oleh semua suku olyxan. Bersamaan dengan mantra yang diucapkan Ilha terdengar bunyi petir menggelegar berkali-kali seperti mau hujan, namun yang terjadi tidaklah hujan hanya saja suasana di hutan pedalaman amazon mendadak gelap sementara kemudian kembali seperti biasa lagi.

***

Logie Pov

Aku terperanjak kaget ketika ada seseorang menepuk bahuku.

"Hey, you've arrived." Aku menoleh padanya dengan menyipitkan mataku.

"Oh Yeah, thanks." Dia pergi dari hadapanku, lalu ku bangunkan Anna.

Kami menyusuri kota Sao Paolo dengan perut keroncongan dan pakaian yang lusuh. Aku dan Anna menyembunyikan wajah kami dari tatapan orang-orang. Semoga saja paparazzi tidak akan menemukan kami, karena jika mereka tahu aku tidak tahu harus menjelaskan apa, menurutku yang terjadi saat ini seperti skenario film, more adventure, absurd, fantacy dan mereka pasti menganggapku sudah gila. Kami mencari toko pakaian lalu menuju hotel yang tidak terlalu mewah, aku sengaja memilih yang biasa saja demi menutupi identitas kami. Setelah beres mandi dan berganti pakaian kami pun langsung meninggalkan hotel itu menuju cafe yang tidak jauh dari bandara Guarulhos.

Aku menikmati secangkir kopi panas dan burger tanpa mentimun, lagi-lagi Anna memilih salad buah dan jus stoberi. Kami menikmati sarapan menjelang siang dengan lahap, karena di hutan Amazon kami memang tidak menemukan secangkir kopi ataupun jus stroberi. Ketika kami sedang asik menikmati makanan kami kota Sao Paolo mendadak gelap dengan gemuruh petir menggelegar, biasanya jika seperti itu pertanda hujan, namun langit dengan cepat berubah cerah kembali. Aku mengerutkan alis dan menyipitkan mataku. Pertanda apa gerangan. Aku menatap Anna tajam.

"Logie, kamu yakin bisa kembali lagi ke CA tanpa harus kembali lagi ke sini?" Anna menatapku.

Aku membalas dengan tatapan seriusku.

"I don't know."

"Yeah, ku pikir saatnya kita pergi." Anna tersenyum berat seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

_______

Mantra apa yang diucapkan oleh Ilha?

Apakah Logie dan Anna akan kembali lagi ke pedalaman hutan Amazon?

Apa yang akan terjadi pada mereka ketika meninggalkan hutan Amazon?

Tunggu kisah selanjutnya....

Tetap menjadi pembaca yang bijak yang tidak hanya sekedar membaca dan menCOPAS!!..

The Curse Of LoveWhere stories live. Discover now