2/6

2.9K 149 2
                                    

Gita baru saja dari toilet di jam istirahat kedua. Ia berencana akan menyusul Khalilah yang biasanya di perpus setelah sholat dzuhur. Tapi langkahnya berhenti saat melihat para siswi berkumpul di lorong kelas XI IPA arah ke perpus. Ia menatap risih pada kerumunan itu. Ia berbalik arah dan berniat melewati lorong kelas XII IPA yang jalannya memutar dan lebih jauh.

Saat baru saja melangkahkan beberapa langkah kakinya, seseorang menabraknya dari belakang. Otomatis Gita langsung mengumpat.

"Lo bisa lihat gak sih?!" bentak Gita pada pria itu. Pria itu seketika terdiam menatap Gita.

"Heh! Kok malah ngelamun sih?"

Tedza, orang yang menabrak Gita, tersadar dari lamunannya.

"Eh, sorry. Gue gak sengaja. Laginya lo ngalangin jalan gue."

"Kok lo malah nyalahin gue sih? Lo yang nabrak, lo yang salahlah."

"Oke-oke. Gue kalah. Gue yang salah. Sebagai permintaan maaf gue, lo minta apa?"

"Gak usah lebay. Gue gak butuh apa-apa."

Gita berjalan meninggalkan Tedza, sedangkan Tedza berdiri mematung. Baru kali ini ada perempuan yang berani membentaknya. Dan ini pertama kalinya Tedza sangat tertarik pada perempuan itu.

Tedza tersenyum miring. "Gue pastiin, lo bakal jadi milik gue."

Plak! Sebuah tepukan keras mendarat di pundaknya.

"Eh, bangun-bangun ketemu Pevita," kaget Tedza. Orang yang menepuk pundaknya tertawa keras.

"Damar!!!" teriak Tedza, sedangkan Damar sudah berlari menjauh dari Tedza. Dan Tedza pun mengejar Damar.

Langkah Gita sangat cepat menuju perpus. Saat sampai di sana ia langsung menghampiri Khalilah yang duduk di pojok perpus dekat jendela. Tempat itu adalah tempat favorit mereka berdua.

Gita duduk di kursi hadapan Khalilah. Wajahnya terlihat cemberut. Khalilah yang melihat itu langsung menutup novel yang sedang ia baca tadi.

"Wajah kamu kenapa, Git? Kok cemberut."

"Gue lagi sebel, Lil. Ih, sumpah tuh orang pengen gue lelepin di pantai."

"Jangan dong, Git. Kalau dia meninggal gimana? Nanti pantai gak indah lagi loh. Nanti arwah dia gentayangan."

Gita mencubit tangan Khalilah yang sedikit pucat.

"Ih, apaan sih, Lil. Gak lucu tau."

"Laginya kamu. Emang kamu lagi sebel sama siapa?"

"Tadi kan si Tedza nabrak gue. Eh dia malah nyalahin gue."

"Kak Tedza? Temennya kak Damar?"

"Iya. Sahabat konyol dan koplak pangeran lo tuh."

"Ih, dia lucu tau."

"Lucu? Ih, najisin."

"Eh, gak boleh ngomong gitu, Git."

"Tau ah."

Gita kembali memasang wajah cemberutnya dan Khalilah kembali membaca novel yang tadi.

"Kabar kamu sama Papi kamu gimana? Kamu udah sebulan ninggalin rumah. Kamu gak kangen sama Papi kamu?" tanya Khalilah yang terkesan hati-hati.

"Ngapain kangen. Dia aja gak nyariin gue."

"Kata siapa? Papi kamu nyariin kamu kok. Dia nelfon ayah sama ibu."

"Kalau beneran dia masih peduli sama gue Lil, dia bakal jemput gue."

"Ayah aku nyuruh Papi kamu dateng di waktu yang tepat. Karena ayah aku tahu, kamu masih butuh waktu nenangin diri. Makanya Papi kamu belum jemput."

Langit Yang Membawanya Pergi √Where stories live. Discover now