#26: Fanmeeting (1)

Start from the beginning
                                    

jujur. pemuda itu tak bisa tidur semalaman, memikirkan hal apa saja yang akan terjadi saat fanmeeting nanti. lihatlah kantung mata di wajah tampannya yang kian menebal. menunjukkan bahwa pemuda kim itu tak tidur dengan baik.

kini, masih ada waktu sekitar 7 jam sebelum acara benar-benar dimulai. namun lautan manusia telah memadati area luar stadion baseball terbesar di negeri ini. seolah mereka tak peduli dengan dinginnya udara peralihan dari musim dingin ke musim semi. terlebih, pagi ini angin berhembus cukup kencang membuat suhu dingin benar-benar terasa hingga menusuk tulang. hhh luar biasa dedikasi mereka untuk sang idola.

"kau mau menunggu di dalam mobil saja? hyung pikir akan terasa lebih nyaman daripada menunggu di luar sana" seokjin menawarkan pilihan terbaiknya. diliriknya spion yang menggantung di atasnya, demi mengetahui respon apa yang akan diberikan sang adik.

sayang, niatan baik itu disambut gelengan pelan oleh taehyung.

"heeey, kenapa tak mau? bukankah kita sudah mendapat kursi VIP? dengan begitu kita tak perlu mengantri berjam-jam di tengah suhu dingin seperti ini" seokjin penasaran atas alasan apa yang mendasari taehyung menolak untuk menunggu di dalam mobil.

"apa gunanya kita datang awal kalau hanya diam di dalam mobil? aku juga ingin merasakan euforia seperti penggemar lain, hyung" taehyung menjawab pelan. kedua matanya masih tak lepas dari ribuan orang yang berlalu lalang di seberang jalan.

"ya tuhan, kim taehyung! apa yang akan kau lakukan di sana? bagaimana jika kau kelelahan sebelum acara dimulai? suhu yang tak menentu seperti sekarang akan mempengaruhi kesehatanmu!" jimin ikut menyumbang pemikirannya. bisa disimpulkan bahwa pemuda itu sependapat dengan seokjin.

hening. taehyung belum berniat untuk menjawab pertanyaan spontan jimin.

".............kau tak mau melewatkan segala momen di fanmeeting kan? hhh lagipula, mereka hanya membuang waktu dan tenaga untuk mengantri seperti itu" jimin melanjutkan kalimatnya kembali.

"ya sudah. kalau begitu bantu aku untuk turun dari mobil. kalian tunggu saja di sini, biar aku yang ke sana sendiri" kalimat mengejutkan terlontar begitu saja dari bibir taehyung. nada bicaranya terkesan datar, namun sukses membuat dua orang lain yang duduk di kursi bagian depan menolehkan kepalanya. bahkan salah satu diantara mereka tampak membulatkan matanya karena tak paham dengan jalan pikiran kim taehyung.

"jangan bertindak bodoh, kim taehyung!" seokjin yang awalnya terlihat santai, kini cukup terbawa emosi dengan keputusan nekat sang adik.

"aku bukan anak kecil lagi hyung! walau aku tak bisa berjalan, bukan berarti aku tak bisa berbuat apapun!" taehyung juga ikut meninggikan suaranya. cukup jengah dengan perlakuan protektif orang-orang di sekitarnya.

seokjin tak menjawab. ia hanya meraup oksigen sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskan perlahan, bermaksud menekan emosinya yang kian menjadi. taehyung-ah, bisakah sehari saja kau tak membuat hyung khawatir?

"hyung...... tahun ini aku berumur 19 tahun. aku sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang baik buatku dan mana yang tidak. aku punya mulut. aku bisa bertanya jika aku kebingungan atau tak tahu jalan" suara taehyung melemah. sepertinya ia berhasil mengontrol emosinya sekarang.

"tapi kau seringkali menyalahgunakan kepercayaan kami, kim taehyung!" jimin membuka suara. tak sadar pula dengan nada bicaranya yang terkesan menantang. um, bisa dibilang bahwa ia ingin menyampaikan pendapatnya dari sudut pandang seokjin. karena pemuda park itu sangat paham dengan sikap dan watak si dokter muda tersebut. jimin tahu, bahwa sangatlah sulit bagi seokjin untuk menyampaikan hal semacam ini kepada sang adik. pria muda itu lebih memilih untuk meningkatkan kesabarannya, daripada dijauhi lagi oleh taehyung karena salah berbicara.

Himnaeseyo [BTS Fanfiction]Where stories live. Discover now