13.

14.2K 1.1K 54
                                    

“Apa yang membuatmu penasaran dari rak-rak kusam seperti ini? tanya Nick heran ketika memasuki gudang—tak lupa menguncinya—dengan tangannya yang masih menarik lengan Anna.

“Katamu kau peramal, tapi, begitu saja tidak tahu.” Dengus Anna pelan.

Nick terkekeh tapi tidak menjawab. Kakinya terus melangkah dan tangannya tetap menarik Anna mengikutinya. Sampai matanya menemukan pintu putih di ujung ruangan. Pintu putih yang pernah dilihat Anna dulu, pintu putih yang terbuka sedirinya—dulu. Yang membuat tanda tanya besar di kepala Anna.

Nick menghentikan langkahnya ketika dirinya berjarak beberapa meter dari pintu itu. “Menurutmu, ada apa di dalam sana?” tanyanya pada Anna dibelakannya.

“Ruangan… penuh dengan barang-barang yang diselumuti kain putih berdebu.” Dan tanpa sadar Anna mengucapkan apa yang ada dibenaknya.

Dahi Nick mengkerut mendengar kalimat barusan. “Bagaimana kau bisa tahu? Setahuku ruangan itu tidak boleh dibuka, tapi kau yang baru di Charters sudah tahu apa saja yang ada di dalam sana.” Katanya terkekeh.

“Andaikan kau tahu, mengetahu apa yang ada di dalamnya sama saja bunuh diri ke jurang sengsara.” Ucap Anna datar, kemudian melangkah maju untuk mendekati pintu itu. Satu gerakan tangan, ia ingin memutar kenop pintu dan membuka pintu itu lagi. Tapi tidak bisa. Pintu masih terkunci rapat. Berkali-kali ia memutar kenop dan berkali-kali juga usahanya sia-sia. Apa yang ia lakuka tadi tidak ada gunanya. Pintu itu tidak terbuka. Tapi bagaimana mungkin saat pertama ia ke gudang bersama Kelly waktu itu, pintu ini dengan mudahnya terbuka?

“Terkunci?” tanya Nick di belakangnya. Anna menoleh kebelakang sekilas dan melihat Nick menatapnya heran sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada sok keren.

“Selalu. Dan mungkin akan selamanya terkunci.” Jawab Anna masih memandangi pintu itu.

“Lalu bagaimana bisa kau tahu isi di dalamnya?”

Anna menggedikan bahu, “Itu juga yang jadi pertayaan besar dikepalaku. Hari pertama aku di Charters, hari pertama aku ke gudang untuk mencari bangku bersama kelly, kami berpisah di bagian masing-masing untuk mencari bangku yang tersisa, tapi berujung pada rasa penasaranku terhadap pintu ini. Entah kenapa dan aku tak tahu waktu itu pintu ini bisa di buka, tapi saat Kelly memanggilku. Semua aneh. Pintu ini kembali tertutup.” Jawabnya. Entah kenapa rasanya berbicara jujur pada Nick membuatnya lega.

Nick diam. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dan Anna kembali sibuk dengan pintu itu. Dia menunduk mengapai celah kunci dari pintu tersebut. Berharap bisa menemukan sedikit celah untuknya bisa melihat keadaan di dalam ruangan sana.

Putih. Ruangan putih, kotor, todak terurus dengan semua barang-barangnya diselimuti kain putih kusam. Masih seperti beberapa bulan lalu, dimana Anna baru memasuki gudang dan melihat apa yang ada di dalam sana.

Tiba-tiba semuanya gelap. Berganti dengan warna hitam pekat, dan putih pucat, sepucat kulit mayat, berganti lagi dengan putih berbentuk bola dengan urat-urat merah berair  dan dengan bulatan hitam kecil ditengahnya, mengedip berkali-kali. Astaga! Itu mata! Benda kenyal itu mengedip berkali-kali membuat sekujur tubuh Anna menggigil ketakutan, dan tambah takut lagi ketika melihat mata itu melotot besar di balik celah, dan entah sejak kapan celah itu melebar, satu jari pucat berkuku panjang dengan warna tak terurus keluar dari sana, membuat Anna tersentak mundur dan memekik kecang. “Astaga!!!”

Tubuhnya menabrak Nick di belakangnya dan buru-buru menyeret Nick berlari keluar gudang. Napasnya tak beraturan, keringat dingin membasahi tubuhnya, jantungnya berdetak tak karuan, keningnya berkerut cemas. Anna menggebrak pintu dan buru-buru menutupnya. Bersender pada daun pintu sambil mengatur napasnya. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya seakan di gudang tadi napasnya direnggut habis-habisan.

I'm Laura [Charters School]On viuen les histories. Descobreix ara