7.

17.9K 1.2K 55
                                    

Ini part 7-nya yaaa maaf banget kalo lama kearin pulsa modem abis, ini juga pake wifi:’3 vomment yaJ hehe

Anna melangkah keluar dari ruang kesehatan yang terletak di dalam ruang kepala sekolah. Jujur saja, pikirannya masih melayang pada apa yang menjadi kesimpulan sementaranya tadi, yang menyatakan bahwa dia dirasuki arwah yang sering bergentayangan—tepatnya lagi hanya dirinya yang bisa melihat arwah itu—. Namun kali ini, Anna membulatkan tekad untuk meminta maaf pada Shapira, pasca dirinya atau tepatnya yang dia pikir kesurupannya membuat tubuhnya melakukan hal yang memang fatal, mencekik Shapira sampai pingsan tanpa dia sadari sendiri tubuhnya juga jatuh ke lantai setelah acara cekik mencekik itu. Anna merasa siap akan sesuatu yang tepatnya disebut hujatan atau hinaan bertubi-tubi yang akan meluncur bebas dari bibir pacar Max itu. Ya, sudah cukup siap untuk itu. Meskipun kepalanya terasa pening membayangkan itu semua. Bahkan Anna pun tidak menghiraukan tubuhnya yang basah dan lengket pasca disiram minuman oleh Shapira.

Anna melayangkan tangannya bersiap untuk mengetuk pintuk kayu di depannya itu. Sepertinya memang benar-benar ekstra kuat mental untuk menghadapi gadis selayaknya Shapira. Anna menghempaskannya tangannya ke sisi tubuhnya. Menerka-nerka apa kalimat yang akan di dapatnya setelah gadis yang berada di dalam kamar itu membuka pintu. Dengan ragu, Anna kembali mengangkat tangannya, mencoba untuk mengetuk pintu itu meskipun keringat membanjiri tangannya.

Belum sepenuhnya tersentuh, bahkan belum sama sekali terdengar ketukan, pintu itu terbuka sendiri dan menyentakkan Anna mundur secara spontan beberapa langkah ke belakang. Max keluar dari sana, wajahnya menyiratkan bahwa dirinya sama kagetnya dengan Anna ketika mendapati Anna di hadapannya ataupun sebaliknya. Dia menutup pintu itu hati-hati, seakan-akan yang berada di dalam benar-benar tidak mau diganggu.

“Ada apa?” tanya Max pada Anna.

Kening Anna mengkerut, dia ragu untuk mengatakan bahwa dirinya ingin meminta maaf pada pacar laki-laki di depannya ini. Anna menggeleng sejenak, lalu mengehela napasnya pelan dan mencoba menatap Max. “Aku ingin meminta maaf dengannya,”

Kening Max ikut mengerut, Anna yakin bahwa Max tidak sepenuhnya percaya pasca kejadian kesurupannya yang hampir merengut nyawa Shapira. Tapi, kalian juga tahu, dan sayangnya Max tidak tahu kalau yang melakukan itu bukanlah dirinya.

“Shapira sedang tidur dan kurasa tidak bisa diganggu sementara waktu,” Max melirik pada Anna, terlebih pada tubuh gadis itu yang seketika membuat gadis itu mengeryit dan menatap tubuhnya. “Dan, kukira kau perlu mandi.”

“Ouh! Ya! Ya, kurasa, aku memang perlu mandi.” Anna baru mengingat akan kotornya dirinya, dan dia yakin andaikan Shapira bisa ditemui saat ini juga, gadis itu tidak akan mau menemuinya. “Ok, sampaikan maafku padanya, walaupun aku yakin dia tidak akan mau memaafkanku.” pintanya sebelum berbalik menjauhi Max.

-o0o-

Gadis berambut pirang itu menutup kembali pintu kamar mandi setelah membukanya untuk keluar dari sana. Kini tubuhnya telah siap dan lebih segar jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, dimana keadaan tubuhnya lengket.

Air menetes setitik demi setitik dari rambutnya yang basah setelah keramas itu. Air tersebut juga merembas terserap blazer yang dikenakan gadis itu, membuat blazer itu basah dibagian belakang dan bangian depan tepat dibahunya.

Anna menghampiri cermin besar yang terletak beberapa meter darinya. Tetesan air di rambutnya yang basah menetes membasahi lantai memanjang dengan titik-titik air seiring langkahnya menghampiri cermin besar tersebut.

Anna melihat pantulan dirinya dalam cermin, rambut basah, pakaian acak-acakkan dan sedikit basah pula. Dia merapikan pakaiannya. Membenarkan kemejanya yang dia pakai asal saat di dalam kamar mandi tadi, memasukan bagian bawah kemejanya yang menutupi sebagian rok kedalam roknya, lalu membenarkan blazernya. Anna menyisir rambut basahnya itu dengan jari-jari tangannya. Menyisir tiap sisi rambutnya sampai dirasa tidak terlalu kusut lagi.

I'm Laura [Charters School]Where stories live. Discover now